bc

TSUNDERE (Bahasa Indonesia)

book_age16+
670
IKUTI
2.6K
BACA
arrogant
dominant
badboy
badgirl
independent
drama
bxg
highschool
coming of age
enimies to lovers
like
intro-logo
Uraian

Semua orang tahu siapa Rafka Adhitama.

Dara Aretha juga tahu. Hanya sekedar tahu, tapi tidak saling mengenal. Namun Rafka tidak pernah tahu, bahwa Dara adalah salah satu perempuan yang berada di sekolah yang sama dengannya. Mereka tidak berencana terlibat satu sama lain. Dara juga tidak mau dan tidak akan pernah mau mengenal Rafka.

Ketika Rafka yang arogan, dingin, kasar dan tempramen itu menjadi daya tarik semua perempuan di sekolah, Dara tidak menaruh perhatian pada laki-laki itu sama sekali.

Tapi sekali Dara berurusan dengan Rafka, hidupnya tidak pernah tenang semenjak hari itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
BAGIAN 1
Meskipun selera makannya sedikit berkurang, Dara terpaksa menyeret kakinya ke kantin karena cacing-cacing diperutnya tidak berhenti bersuara. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, dan satu-satunya alasan yang membuat nafsu makannya menurun adalah karena teman-teman kelasnya yang baru. Tiap tahun ada sistem rolling class, dan untuk tahun ini, Dara ditempatkan di kelas yang benar-benar asing untuknya. Semuanya orang-orang baru-nggak semua, sih, beberapa ada anak eksis yang sering ia temui di koridor kelas sedang bergerombol kini berada di kelas yang sama dengannya, tapi Dara tidak pernah mengenal mereka. Dara tidak mau mengenal dan ia tidak mau berkenalan dengan salah satu dari mereka. Setidaknya ini adalah tahun terakhirnya sekolah, hanya tinggal setahun lagi dan ia akan bebas dari tempat yang sangat membuatnya terintimidasi selama dua tahun terakhir. Pagi ini ia hanya makan sepotong roti dan segelas teh manis. Siang itu suasana kantin penuh menjelang berakhirnya bell istirahat kedua, belum lagi ditambah siswa-siswa kelas 11 yang baru selesai berolah raga. Jatah makan siangnya hari ini belum ia ambil, jadi Dara segera bergabung dengan barisan orang-orang yang mengantri untuk makan siang mereka. Sekolah Dara memang bukan sekolah biasa pada umumnya. Sekolah yang berdiri atas nama yayasan swasta yang cukup terkenal, dan termasuk sekolah swasta yang paling diincar oleh kaum sosialita kelas menengah atas. Kalau ada yang bertanya kenapa Dara bisa sampai tersesat di sini, jawabannya adalah karena beasiswa. Dan murid beasiswa di sini benar-benar diremehkan. Jadi semuanya cukup masuk akal kenapa Dara ingin cepat-cepat menyelesaikan pendidikannya. Dara menelan ludah, menu hari ini cukup membuat matanya sedikit terbuka. Tinggal dua orang lagi yang mengantri di depannya, sementara dibelakangnya ada sekitar lima belas orang yang masih berdiri dengan teratur. Saat satu orang paling depan telah mengambil piring makan siangnya, tiba-tiba dua orang laki-laki yang masih berkeringat sehabis bermain futsal itu menyerobot dan dengan santainya berdiri sambil cekikan di posisi paling depan. Hal itu langsung membuat orang-orang yang berdiri di belakang Dara mendesah dan berdecak, namun tak ada satu pun dari mereka yang berani memprotes kedatangan dua laki-laki itu. "Ya ampun, kenapa sih..." Perempuan yang berdiri tepat di belakang Dara itu bergumam kesal. Dara menolehkan kepalanya ke belakang dan ia melihat seorang siswa laki-laki di jajaran paling belakang hanya bisa menghela napas pasrah. Dara kemudian kembali mengalihkan perhatiannya pada laki-laki jangkung yang tanpa rasa bersalah berdiri sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dara tahu namanya, dan siapapun juga tahu kalau laki-laki yang biasa dipanggil Rafka itu adalah orang yang paling disegani di sekolah ini. Tanpa pikir panjang, setelah Ares-teman Rafka yang juga datang bersamanya tadi sudah mendapat piring makan siang-Dara tanpa ragu berpindah posisi dan berdiri tepat di depan Rafka ketika piring bagian Rafka baru saja hendak di serahkan oleh petugas kantin. "Oy," seru Rafka. Tapi Dara menghiraukan seruan dengan nada rendah itu dan tersenyum ketika ia berhasil mengambil piring makan siang yang harusnya berada di tangan Rafka sekarang. "Woy!" panggilan itu kembali terdengar dengan intonasi yang lebih tinggi. Namun Dara sama sekali tidak menggubris dan justru meminta satu piring lagi untuk siswa yang tadi berdiri di depannya sebelum Rafka dan Ares datang. "Nih, buat lo." Dara menyerahkan satu piring di tangannya pada siswa laki-laki yang berdiri di belakang Rafka. Laki-laki itu terlihat kikuk ketika Rafka menatapnya tajam, ia sempat menolak tapi Dara tetap menyodorkan piring itu ke aranya. "Ini emang bagian lo, nggak usah sungkan gitu, deh." "M-Makasih," Dara tersenyum tipis, sementara semua orang yang tadi mengantri di belakangnya menatap Dara dengan tatapan khawatir ketika Rafka tidak melepaskan pandangannya dari perempuan berkuncir satu itu. Rafka mengincar Dara. Lalu ketika Dara hendak berjalan melewati tubuh Rafka, rambutnya ditarik hingga perempuan itu hampir kehilangan keseimbangan. "APA SIH?!" Rafka melepaskan tangannya dari rambut Dara, "Lo tau ngantri nggak, sih?!" Pertanyaan itu sontak membuat Dara meringis. "Heh, emang nggak kebalik ya? harusnya gue yang nanya gitu sama lo," Ares menatap Dara dengan dahi berkerut, piring makan siang itu masih berada di tangannya dan ia sudah memberi isyarat pada Rafka agar melepaskan Dara daripada harus membuat keributan. Tadinya Ares juga tidak ingin mengikuti Rafka untuk langsung berdiri di jajaran paling depan tapi laki-laki itu menyeretnya sambil setengah bercanda. Ares tidak menyangka bahwa akan ada yang berani memprotes kedatangan mereka berdua. "Diem, kan lo?" Dara menyeringai ketika Rafka justru diam dan menatapnya tajam. "Lo diselip seorang aja hebohnya minta ampun, noh liat tuh yang paling belakang! Ngantri di belakang lima belas orang aja udah istighfar apalagi ditambah lo berdua yang langsung seenaknya berdiri paling depan!" Rafka berdecak, "Ya suka-suka gue, lah! Mau ngantri paling depan kek, nyelip di tengah kek, lo siapa ngatur-ngatur?!" Dara tertawa kecut, ia mengedarkan pandangannya ke atas langit-langit kantin saking tidak habis pikir dengan jawaban Rafka. "Ya emang lo pikir lo juga siapa, hah?! Lo juga manusia, kan?! Kayak lo punya jurus Naruto aja sampe bisa seenaknya sama anak-anak yang sekolah di sini!" "Nggak lucu, Anjing," saat itu juga Rafka langsung menarik kerah seragam Dara hingga ujung sepatunya terangkat naik, Dara merasa tercekik tapi tatapan matanya sama sekali tidak teralihkan dari sepasang bola mata hitam mengkilat milik Rafka. Laki-laki itu menggerakkan kepalanya dan berbisik di telinga Dara, "Lo berani sama gue, hm?" Ares menaruh piringnya di sembarang meja, ia segera berdiri di sebelah Rafka dan menahan d**a laki-laki itu. "Udahlah, dia cewek, nih. Lo nggak malu apa?" Rafka tidak menggubris kalimat Ares dan justru menarik lebih kencang kerah seragam Dara hingga satu kancing paling atasnya terlepas. Semua orang langsung menjadikan mereka pusat perhatian, termasuk penjaga dan petugas kantin yang berada di sana. Tidak ada satupun yang berani memisahkan mereka berdua, karena semua orang tahu, siapa Rafka. Sekali mereka terlibat, mereka tidak akan berakhir di hari itu juga. Dara menjatuhkan piringnya hingga menimbulkan suara pecahan kaca di lantai. Kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman tangan Rafka di kerah seragamnya. "Lepas," "Nggak, biar lo mampus sekalian!" "Heh Rafka, jangan gila lo!" Ares berusaha menarik Rafka dan melepaskan tangan laki-laki itu dari seragam Dara. Rafka kembali mendekatkan mulutnya di telinga Dara, rahangnya mengeras. "Eh, inget ya. Sekali lagi lo berani sama gue, gue pastiin besok lo udah nggak ada di sini lagi. Gue sama sekali nggak peduli lo cewek atau bukan, karena apa? karena gue nggak pernah pandang gender buat berantem. Nger-ti?" Setelah kalimat itu, Rafka menghempaskan tubuh Dara ke lantai dan perempuan itu sedikit terbatuk karena kesulitan bernapas. Rafka memandang Dara sekali lagi sebelum melangkah meninggalkan perempuan yang kini masih terduduk di lantai sambil memegangi lehernya yang sedikit memerah. Namun mata Dara masih tertuju pada punggung Rafka yang baru tiga langkah di depannya. Dan dengan sisa tenaga yang ada, perempuan itu menepuk tangan dan belakang roknya untuk membersihkan debu yang menempel di sana. Ia melangkah mengejar Rafka dan menarik bagian belakang kerahnya sekuat tenaga hingga laki-laki itu kehilangan keseimbangan dan terjengkang ke belakang. Ares terkejut dan melihat bagaimana Rafka kini ambruk dan saat itu juga Dara menduduki perut Rafka dan menarik dasi abu-abu yang terikat di lehernya dengan sangat kuat. Rafka berusaha melepaskan tangan Dara yang terus mengencangkan dasinya hingga ia tercekik, namun entah mengapa Dara lebih kuat. Laki-laki itu susah bergerak karena Dara kini menaiki perutnya dan membuat ia semakin kesulitan bernapas. Dara mencondongkan tubuhnya hingga Rafka bisa melihat fitur wajah perempuan itu dengan sangat jelas. Sorot matanya tajam, menusuk. "Lo juga harus inget, lo bukan penguasa di sini. Yang punya sekolah ini Bokap lo, bukan lo. Lo nggak lebih dari anak manja yang cuma manfaatin uang Bokap lo. Lo b**o, nilai lo nol besar, dan lo nggak layak ada di sekolah ini dibandingin anak-anak lain yang pinter di sini." Dara menyeringai, senyumnya sarkas tapi Rafka menangkap image liar dalam ekspresi itu. "Dan satu lagi," Dara baru akan melepaskan tangannya dari dasi Rafka, namun ia menariknya lagi hingga Rafka kembali tercekik. "Gue nggak takut sama lo, brengsek." Bersamaan dengan itu, Dara berdiri dan melangkahi tubuh Rafka yang masih terlentang di lantai kantin. Perempuan berkuncir satu itu melenggang dengan santainya keluar dari area kantin, sementara Ares segera membantu Rafka berdiri. Rafka tidak bisa berhenti mengumpat dan mengabsen setiap kosa kata binatang yang ia ingat sampai punggung perempuan itu menghilang di koridor pertama. "Kan udah gue bilang, nggak usah macem-macem!" gerutu Ares sambil menepuk bagian seragam Rafka yang kotor. "Lo, sih batu!" Rafka menyingkirkan tangan Ares, laki-laki itu tidak ingin di sentuh dan selera makannya langsung hilang. Saat itu juga Rafka bersumpah, tidak akan pernah membiarkan perempuan berkuncir satu itu lepas begitu saja. . . . (TBC)

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

T E A R S

read
317.7K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
13.1K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
77.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Over Protective Doctor

read
484.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook