Part 1

1984 Kata
Part 1   Kita tidak pernah tahu bagaimana sebuah takdir berjalan. Bisa saja masa lalu kembali hadir dan memporak-porandakan semuanya.   ***   Musim semi di Berlin, Jerman.   Seorang wanita cantik dengan pakaian khas kantornya baru saja menuruni tangga. Tidak lupa wajah cerianya selalu membawa kebahagian bagi keluarganya. Dia adalah Gya Sangster. Wanita berusia 24 tahun yang baru saja mendapatkan gelar MBA dari kampus ternama Jhonson University. Gya juga anak bungsu dari keluarga Sangster yang terkenal akan kesuksesan mereka di dunia otomotif. Kalian tahu brand mobil yang mereka keluarkan? Namanya Gya. Persis seperti nama anak bungsu mereka, yang berarti kekuatan. Mereka berharap brand baru ini bisa merajai pasar Jerman dan kuat seperti si bungsu mereka.   "Wah adikku cantik sekali!"   Sosok lelaki tampan baru saja membuka kaos yang dia gunakan untuk berlari pagi. Hanya celana pendek yang dia kenakan saat ini dan mungkin saja wanita yang melihatnya akan mimisan akan pesona lelaki di sana. Tapi sayangnya sudah ada yang punya.   "Kak Ady!!! Gya kangen sama, Kakak." Gya berlari ke arah lelaki bernama Ady, atau panjangannya adalah Grady--Kakak dari Gya yang selama ini sibuk dengan perusahaan keluarga mereka, apalagi sejak produk Gya merajai pasar eropa, waktu Grady banyak tersita di sana. Bahkan dia sampai di undang untuk menghadiri beberapa talkshow yang ada. Semua dia lakukan demi bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Wajar hidup berdua saja di dunia ini membuat mereka berusaha untuk tidak mengemis pada sanak-saudara yang buta saat mereka mengalami kesulitan.   "Kakak juga kangen sama kamu, kamu tidak masalah pakaianmu bau keringat?" pertanyaan itu di jawab dengan gelengan kepala oleh Gya. Wajarkan Gya rindu Kakaknya. Apalagi sejak punya istri Kakaknya selain sibuk dengan kantor pasti sibuk dengan keluarga kecilnya. Jadi, Gya jarang punya waktu bersama Kakaknya. Wajar jika pagi ini dia mau bermanja-manja dengan Grady.   "Nanti aku akan ganti pakaian, aku mau kangen-kangenan sama Kakak. Kakak kan jarang ke sini, lagi pula kapan Kakak datang? Kok gak ada yang kasih tahu aku?" Gya bertanya pada Grady dengan nada merajuknya. Membuat Grady hanya bisa tersenyum sambil mengelus rambut adiknya.   "Emm.. semalam pas kamu tidur," jawab Grady membiarkan adiknya memeluk tubuhnya yang berkeringat. Pasti wanita itu merindukannya.   "Andai mereka semua masih ada di sini, pasti meja makan ini akan ramai. Pasti ada suara Mama yang akan memarahi Kakak dan suara papa yang tertawa akan tingkahku. Aku merindukan mereka, Kak." perkataan Gya membuat Grady terdiam.   Grady juga merindukan mereka. Andai dia menjelaskan semuanya pada kedua orang tuanya pasti mereka tidak akan pergi. Semua salah Grady karena merahasiakan semuanya. Rahasia yang akan dia kubur sampai dia mati mungkin. Entahlah, yang pasti Grady tidak akan membiarkan air mata adiknya kembali turun ke wajah cantiknya. Grady sudah memutuskan akan menetap di sini dan membahagiakan saudara satu-satunya. Saudara yang seharusnya dia jaga selama ini.   "Kakak juga, tapi sebaiknya kita jangan bahas mereka. Mereka sudah tenang di atas sana. Ada baiknya kita doakan saja mereka. Maaf ya, karena Kakak kamu harus kehilangan mereka."   Gya menggelengkan kepalanya, "Sudah takdirnya, Kak. Jangan menyalahkan diri Kakak sendiri." Gya lupa, membahas mereka malah membuka luka untuk keduanya. Lebih baik mereka nikmati saja sarapan ini. Menikmati waktu yang Tuhan ciptakan untuk mereka berdua, kapan lagi kan Gya bermanja-manja dengan suami orang?   "Kalian melupakanku?" pertanyaan itu keluar dari wanita cantik yang kini menggendong bayi laki-laki berusia 2 tahun. Baru saja Gya berkata wanita itu muncul. Gya segera turun dari pangkuan Grady dan berjalan mendekati wanita dan bayi menggemaskan di depannya saat ini.   "Ya ampun ponakan aku lucu banget si, makin gendut ya kaya Mamanya." wanita itu mendengus mendengar perkataan adik iparnya. Dari mana dia gendut? Tubuhnya sudah pas bagi umurnya yang menginjak 27 tahun. Emang dasar adik iparnya ini!   "Ya walau gendut masih banyak yang suka," kata wanita itu.   "Dih, mana ada. Sebagai wanita kamu itu har--"   "Grady aku tahu ke mana arah pembicaraan kamu, tapi aku lagi malas mendapatkan asupan dari kamu. Ouh ya, Gya! Kamu katanya sudah dapat kerjaan di mana?" pertanyaan wanita yang hampir setahun ini tinggal bersamanya membuat Gya tersenyum manis. Namanya Andin, istri kakaknya yang menikah diam-diam sampai memiliki anak. Karena wanita ini kedua orang tuanya pergi. Ya, Gya tidak menyalahkannya. Toh semua sudah jalan takdirnya. Mungkin memang begitulah garis kehidupannya dia seharusnya. Tapi, Gya bersyukur Andin wanita baik hati yang mendapatkan Kakaknya bahkan wanita itu juga mengurus Kakaknya yang sibuknya mengalahkan presiden. Jadi, Gya tidak ada alasan membenci wanita itu bukan?   Gya kembali duduk di samping Kakaknya. Apa sudah tepat jika dia menjelaskan di mana dia bekerja? Gya takut kakaknya tidak setuju. Apalagi lepas kepergian kedua orang tuanya, banyak sekali permasalahan keluarga yang terjadi termasuk keluarga Omnya yang mau mengambil alih perusahaan peninggalan ayahnya. Mau tidak mau Grady sebagai anak tertua berusaha melindungi apa yang jadi miliknya.   Gya berdeham, "Kak Andin, aku bekerja di Aldebaran Group!" suara teriakan Gya membuat Grady yang tengah minum air putih langsung menyembur ke wajah Gya tanpa berdosa. Membuat wanita itu membelalak tidak percaya.   "Bisa-bisanya kakak sembur aku. Kalau beginikan jadinya aku harus bersih-bersih lagi. Kakak tahukan? Ini hari pertamaku dan aku tidak mau telat! Arghhhh... Kak Grady menyebalkan!" Gya yang berlari ke atas membuat Andin menggelengkan kepalanya. Tinggal bersama Grady dan keluarganya membuat wanita itu mengerti banyak hal. Apalagi drama keluarga mereka. Maklum saja Andin yatim piatu jadi dia tidak tahu bagaimana rasanya kasih sayang kedua orang tua dan saudara sedarah. Kasih sayang orang tua baru Andin rasakan ketika bertemu keluarga Grady. Walau akhirnya mereka pergi karena kecerobohan mereka.   "Kamu gak perlu nyembur adik kamu juga," kata Andi sambil menyusui anaknya di depan Grady.   Grady mendengus di tempatnya, "Ini Aldebaran Group loh, An. Kamu tahukan?" tanya Grady dengan raut wajah cemasnya.   Andin sangat tahu apa yang lelaki itu cemaskan. Grady pasti takut jika Gya bertemu dengan sahabat yang sangat membenci mereka. Apalagi tiga tahun lalu mereka melakukan kesalahan besar pada lelaki yang kini memimpin Aldebaran Group. Tapi kan kesalahannya bukan ada di mereka saja. Tapi, ada di lelaki itu juga karena tidak pernah mau mendengarkan penjelasannya.   "Ya, tahu, Dy. Tapi, kamu tenang saja di sana pasti tidak akan terjadi apa-apa. Kan Gya pasti menyembunyikan identitasnya bukan?" pertanyaan Andin membuat Grady menganggukkan kepalanya. Lelaki itu melanjutkan sarapannya sambil memikirkan kejadian-kejadian buruk yang akan memimpa adiknya. Termasuk saat lelaki itu tahu kalau Gya adiknya.   "Walau dia menyembunyikan identitasnya. Kita selalu kalah dengan orang seperti mereka Andin." Grady menjawab dengan kesal. Wanita di depannya ini sangat tidak peka sekali. Kalau adik kesayangannya kenapa-kenapa gimana? Apalagi kalau sudah berususan dengan lelaki yang dulu menjadi sahabatnya. Tidak bisa! Grady tidak akan biarkan Gya bekerja di sana.   "Kakak-kakak aku berangkat ya! Takut telat." teriakan Gya membuat Grady berlari mengejar adiknya.   "Tidak bisa! Aku tidak mengizinkan kamu bekerja di sana!" Grady menahan tangan adiknya membuat wanita itu menatap bingung, dia meminta bantuan kakak iparnya yang saat ini memberikan bayi lelakinya kepada baby sitternya.   "Aku mau bekerja di sana! Aku mau kerja di tempat yang sudah aku idam-idamkan sebelumnya! Kakak pasti tidak tahukan?!" omel Gya pada kakak lelakinya.   "Ya jelaslah gak tahu, sejak kapan kamu kasih tahu Kakak hal seperti ini. Bahkan kamu pacaran aja kamu gak pernah kasih tahu Kakak. Kamu anggap apa Kakak kamu ini!" Grady melihat sosok keluar dari sebuah mobil yang ada di depan rumah mereka. Pasti itu pacar adiknya makanya adiknya mau bekerja di Aldebaran Group karena ada lelaki itu?! Sial! Grady tidak akan membiarkan adiknya berpacaran! Apalagi dia tidak tahu asal usul lelaki itu, kalau lelaki itu hanya memanfaatkan adiknya bagaimana? Atau lebih parahnya lagi adiknya nanti di--Tidak! Grady tidak akan membiarkan adiknya terluka. Tidak akan!   "Pacaran apaan si Kak! Or--Ah itu? Dia itu sahabat aku, Kak. Kakak ingat kan Sabrina?" pertanyaan adiknya malah spontan di balas dengan gelengan kepala. Membuat Gya spontan berteriak di depan kakaknya.   "Ya ampun, Kak. Sabrina itu pernah nyatain perasaannya sama Kakak dulu. Eh, tahu-tahunya kakak udah nikah diam-diam." Andin yang mendengar perkataan Gya semakin penasaran dengan sosok bernama Sabrina. Apa mungkin Sabrina ini wanita yang sering Grady ceritakan selama mereka bersahabat dulu? Jika benar bukankah ini kabar baik untuk mereka berdua?   "Pagi semuanya! Pagi juga mantan gebetan!" Grady dan Andin speechless. Wanita dengan potongan rambut seperti laki-laki, serta dress ketat di tubuhnya membuat Andin sudah menebak jika wanita di depannya sangat tergila-gila dengan Grady. Atau mungkin wanita itu memang sengaja menggodanya? Ah! Andin ingat siapa Sabrina. Sabrina ini wanita yang sangat Grady cintai tapi harus pupus karena ulahnya. Andin jadi merasa bersalah tapi Andin punya seribu cara untuk membuat keduantmya kembali.   "Ekhem.. Kamu tahukan Grady itu sudah punya anak dan istri?" tanya Andin menantang wanita di depannya. Ia harus berlaku seperti istri yang cemburu.   "Ah, tentu saja tahu. Lagi pula selama waktu terus berputar, bisa saja suami anda tertarik pada saya. Ah, badan kamu sangat bagus. Masih sama seperti dulu!" kedipan mata Sabrina membuat jantung Grady berdetak kencang, dan Andin yang melihat tingkah Grady tersenyum tipis.   "Ah, apa kalian pernah melakukan hal yang iya-iya?" pertanyaan spontan Andin membuat Grady dan Gya menatap Andin dengan wajah serius mereka.   "Tentu saja pernah, jauh sebelum anda merusak semuanya." Andin merasakan aura permusuhan dari Sabrina. Sepertinya yang ada di kepalanya benar adanya jika Sabrina yang ada di depannya ini adalah Sabrina yang sering Grady ceritakan sejak mereka jaman sekolah dulu.   "Kamu ngomong apa si, Sab. Ada istriku kamu harusnya jaga sikap." Grady menatap Sabrina dengan tatapan dinginnya. Walau sebenarnya dalam hatinya Grady ingin sekali memeluk wanita itu.   "Aku mencintai kamu dan itu tidak akan pernah berubah."   "Bagus dong! Kalau gitu kenapa tidak dekati saja suamiku?" Gya membelalak. Apa jangan-jangan Kakak iparnya tengah marah saat ini? Gya harus mengambil alih sebelum perang dunia terjadi.   "Ah. Kalau gitu kita pamit dulu! Bye semuanya!" Gya menarik tangan Sabrina untuk masuk ke dalam mobilnya. Sampai wanita itu berteriak, "Ingat kata-kataku Grady! Aku masih mencintaimu dan aku bisa saja merebut kamu kembali! Karena aku tahu kamu juga memiliki perasaan yang sama!"   "Kam--"   "Kak, abaikan ya! Sabrina melantur. Bye!" Mobil yang adiknya tumpangi melaju meninggalkan kediamannya sampai suara Andin membuat langkah kaki Grady terhenti. "Jangan bilang padaku, Sabrina ini adalah wanita yang sama yang sering kamu ceritakan saat kita masih sekolah dulu?"   "Apaan si, jangan ngaco! Sekarang fokus sama kamu, gimana kalau dia menemui kita nantinya?" tanya Grady yang kini menatap serius Andin yang berdiri di hadapannya. Menjadi tameng untuk Andin selama ini harusnya sudah cukup. Tapi, dia mau Andin sendiri yang bergerak. Karena Andin berhak menuntut pertanggung jawaban nantinya.   "Tenang saja aku siap menemui dia. Dan aku akan jujur pada adik kamu nantinya, ya lumayan lah ya nanti kamu bisa berdekatan dengan si seksi Sabrina." ledek Andin.   "Jangan ngaco! Kamu kan is--"   "Jujurlah pada hati kamu, Dy. Aku tahu kamu sudah berjuang melindungi aku selama ini. Kini sudah waktunya aku melepaskan kamu, dan aku akan melepaskan kamu ke wanita yang tepat. Dan Sabrina sepertinya wanita yang cocok untuk kamu, kenapa tidak kam--"   "Jangan bicara sembarangan, Andin! Kamu itu istri aku dan samp--"   "Sampai waktu itu tiba, kita sudahi permainan rumah-rumahan ini. Kamu orang baik Grady, dan kamu berhak mendapatkan wanita yang sempurna. Aku akan atur pendekatan kamu dengan Sabrina. Lucu kali ya kalau kita buat Sabrina layaknya pelakor?" suara Andin yang meledek malah membuat Grady mendengus. Grady tidak peduli permainan apa yang akan Andin rencanakan. Yang pasti dia akan menjaga Andin dan anaknya sampai mereka kembali ke rumah sesungguhnya.   "Jangan bicara sembarangan, kamu sangat tahu bagaimana perasaanku pada wanita itu," kata Grady serius.   "Nah, karena aku tahu. Makanya aku akan buat kalian dekat. Aku akan membuat drama yang luar biasa di rumah ini. Tenang saja kamu akan mengerti maksudku nanti." Andin sudah menyiapkan rencana besar di kepalanya. Dia akan membuat Grady kembali menemulan kebahagiannya. Andin tahu sekarang sudah waktunya dia berdiri sendiri.   "Lupakan rencana kamu, aku akan temukan kebahagiaanku dengan wanita itu nanti, lepas urusan kamu selesai." Grady melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Andin yang kini terdiam di tempatnya. Andin tidak perlu meminta izin Grady untuk melakukan rencananya. Toh, Andin bisa melakukan semuanya sendiri. Andin akan bayar semua waktu Grady yang dia habiskan untuk menjaganya.   "Kamu lelaki baik, Grady. Kini giliranku membalas semuanya."   *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN