Semua persiapan untuk pergi ke Malaysia telah selesai diurus. Aksa pun sudah mendapat cuti. Mereka siap berangkat. Saat Gadis membantu Dokter Aksa memasukkan barang bawaan ke ransel, mamanya menghampiri. Perempuan yang rambutnya mulai memutih di bagian ujung-ujungnya itu duduk tanpa semangat di tepi ranjang. Napasnya sesekali terdengar diembuskan secara kasar. Dua tanganya saling memijat. Matanya terus melihat sang anak yang sibuk packing. "Ada apa, Ma? Kenapa mukanya sedih gitu, sih? Aku cuma pergi sebentar." "Bukan masalah sebentar, Sa. Kamu ke Malaysia, mau ketemu Wulan, kan? Mama enggak mau ya kamu gangguin keluarganya. Dia sudah bahagia, Sa. Tolong jangan dibuat berantakan rumah tangganya." "Tenang saja, Ma. Aku enggak ngapa-ngapain, kok." Bohong. Satu kata itu mencuat dan mengej

