“Hiks.” “Hiksss—- hikss.” “Ras, udah gue enggak papa.” “Tangan lo diamputasi nanti, Ken— hiks.” “Lukanya kecil kok.” “Tapi karena gue—- hiks.” Arken terkekeh melihat Laras yang terus menangis sambil mengelus lengannya yang diperban. Sudah beberapa kali Arken mengatakan untuk berhenti menangis karena lukanya tak terlalu dalam. Namun wanita itu tetap saja menangis dan terus merasa bersalah. “Lo enggak akan ngelaporin gue ke polisi kan, Ken?” tanya Laras dengan wajahnya yang polos. “Enggaklah.” “Hikss—- tapi lo kesakitan.” Arken yang melihatnya menghela nafasnya pendek. Awalnya memang lucu melihat Laras yang menampilkan ekspresi sendu dan menangis seperti ini, bukan wajah galak dan sangar yang biasa perempuan itu tunjukan. Dan demi apapun lama-lama Arken khawatir juga dengan wanita

