*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Rasa bersalah merasuki hati Aji, sepanjang jalan ia hanya berdoa agar putra sulungnya tidak kenapa-napa. "Abang! Abang bangun, Nak. Jangan buat bunda khawatir, Sayang." Dita terisak dengan memangku putranya yang masih dengan setia menutup mata. Darah mimisan di hidung Rasya sudah mengering dan Dita masih membersihkan nya. Ia merasa sangat sakit ketika melihat anak yang ia lahirkan harus dihukum sampai pingsan tidak sadarkan diri. "Tenang, Yang. Abang pasti baik-baik aja." "Tenang mas bilang? Tenang? Mas gak bakal tau rasanya jadi Dita. Ngeliat anak yang Dita lahirkan dengan susah payah harus terbaring lemah karna masalah kucing. Ini yang mas mah?" Teriakan protes duta membuat Aji tersadar. Kondisi anaknya begini karena salahnya. Apa ia keterlaluan

