aliza tersenyum lembut melihat penampilan putranya. Oh lihatlah, anaknya terlihat begitu antusias untuk mengunjungi sekolah barunya.
Ya, Kemarin ia dan juga kinan telah berhasil mendaftarkan marchel kesebuah SD. Meski umur marchel masih terbilang muda dibanding usia anak yang lainnya yang memasuki SD di umur 6 atau 7 tahun. Jika aliza ingat-ingat umur putranya sekarang baru 4 tahun. Namun hal itu tidak membuatnya patah semangat. Semakin cepat anaknya mengecap dunia pendidikan, semakin baguskan ?
Ia tidak keberatan membiayai sekolah putranya. Menurutnya, akan lebih baik jika marchel menghabiskan 4 tahunnya untuk belajar di SD ketimbang bermain dirumah dengan mobil kesayangannya.
"Nah, anak mommy sudah terlihat sangat tampan" ucap aliza yang kini berkacak pinggang sedang marchel menatap pakaian yang dikenakannya seraya menatap ibunya bergantian. Putranya terlihat begitu senang.
"telima kasih mom.." ucap marchel semangat yang membuat aliza gemas melihatnya.
"Nah sampai kapan kalian akan membuat raka menunggu ? sudah 2 jam lamanya ia menanti kalian digerbang" tegur ratih lalu menyeruput teh hangatnya dengan anggun.
"Ahh ! Y-ya aku lupa ! Ayo cepat pasang sepatumu sayang" ucap aliza.
.
.
.
raka menggunting kukunya dengan malas. Sudah dua jam lebih ia menunggu aliza dengan sabar. Ia tak habis pikir, sebenarnya apa yang dilakukan oleh aliza hingga selama itu ?
Bahkan saking bosannya raka sampai menyalakan musik di mobilnya.
"hoss.. hoss.. maaf kak raka, sepertinya aku terlalu berlebihan mengurus marchel itu maksudku, aku terlalu bersemangat saat berfikir ini adalah hari pertama putraku bersekolah he he he" Ucap aliza dengan tawa hambar.
"hm.. aku mengerti, Ayo masuklah. Kau pasti kelelahan karena harus menggendong marchel sambil berlari sperti itu. Ah lihatlah, Keringat dikeningmu banyak sekali aliza . Sepertinya kau harus mengulang make upmu kembali " Ucap raka dengan maksud bercanda.
"Cih, kau tak perlu mengatakannya " gerutu aliza kesal. Ia memasuki mobil dengan wajah merenggut lucu tak lupa dengan marchel dipangkuannya.
"Hahaha.. Aku hanya bercanda aliza. Kau tak perlu memasang wajah sperti itu" tawa raka dengan senyum tulusnya.
"Ya ya ya" aliza menjawab acuh. Keduanya lalu terdiam. raka terlihat sibuk dengan acara mengemudinya sedang aliza sendiri tenggelam dalam lamunannya sendiri.
Ia teringat jika beberapa hari yang lalu raka mengatakan padanya jika ia diterima bekerja di perusahaan marhesa. Bahagia ? Tentu saja. Meskipun sebelumnya Ia sempat dilanda keraguan saat mengingat jika arka adalah salah satu pembesar diperusahaan itu. Bodohnya ia yang baru saja mengetahui jika arka adalah seorang marhesa.
Sempat khawatir apa ia memang harus bekerja di tempat itu saat arka juga berada ditempat yang sama dengannya ?
Namun akal sehatnya menyadarkannya. Tak peduli arka ada ataupun tidak. Ia memang harus mengambil jalan itu untuk menghidupi keluarganya. Apalagi upah yang diterimanya jumlahnya besar.
aliza tidak akan menyia-nyiakan perkerjaan ini hanya untuk bayang-bayang masalalunya.
Lagipula ia bekerja sebagai agen pembersih . Sangat kecil kemungkinan baginya bertemu dengan arka . Jadi apa yang harus ia cemaskan ?
'marhesa kah ? ' batinnya
Ia jadi teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu.Saat dimana ia terbangun dikediaman marhesa. Tak habis pikir dengan arka yang dengan lancangnya membawanya kesana. Meski ia harus berterima Kasih karena ia sudah ditolongnya. Haruskah ia berterima kasih disaat pelaku yang membuatnya pingsan adalah arka sendiri ? aliza tertawa mengejek dalam hati.
Di saat itu punlah ia bertemu dengan Kakek dan juga Nenek marchel. Kalau dipikir-pikir saat itu ia sangat tidak sopan.
"Maaf.. Saya sedang terburu-buru.. Saya akan kambali untuk mengucapkan terima kasih kepada anda dilain waktu saat urusan saya telah selesai. Saya permisi dulu"
Ah aliza jadi teringat ucapannya saat itu. Bodohnya ia telah membuat janji secara tidak langsung pada orang tua arka.
Jika seperti ini ia mau tak mau harus menemui mereka bukan ? Baru kali ini rasanya aliza ingin merutuki kebodohannya.
Harusnya saat itu ia tak mengatakan jika ia akan mengunjungi mereka. Cukup mengatakan jika ia memiliki urusan yang sangat mendesak semuanya akan jadi lebih mudah bukan ? aliza mengangguk mengiyakan.
Tapi sebagian dari dirinya mengatakan jika apa yang dilakukannya dulu memang sudah benar. Ia memang harus mengatasi semua itu . Toh kelakuannya saat itu memang kurang sopan.
"mom !" teriak marchel dipangkuannya yang membuat aliza tersadar dari lamunannya.
"Ah ya sayang. Ada apa ?" Tanya aliza bingung
"Kau melamun aliza. kau bahkan tak sadar jika aku sudah memanggilmu berulangkali " ucap raka seraya menggeleng tak percaya
"Benarkah ?" beonya
"Um kita cudah campai dali tadi mom" ucap marchel cadel. Ia merenggut dengan tatapan lucu.
" Sebenarnya apa yang kau pikirkan ? " tanya raka
"Ahahha.. bukan apa-apa kak raka. Ok, Saatnya pamit pada ayah sayang" ucap aliza seraya menatap putranya yang kini berada dipangkuannya.
"marchel pamit dulu ayah" ucap marchel yang kini tersenyum kearah raka
"Ya, marchel tidak boleh nakal. belajar yang benar ok ? jangan buat gurumu marah" ucap raka lalu mengelus rambut marchel yang berada dipangkuan aliza .
"ciap kapten !" Ucap marchel riang dan penuh semangat. Lihatlah si kecil gembul itu bahkan memasang pose hormat pada raka yang membuat dua orang dewasa disana tertawa karena ulahnya.
Setelah turun dan menutup mobil, raka menurunkan kaca mobilnya untuk melihat aliza Dan juga marchel yang masih berdiri disisi mobil yang dikenakannya.
"Kenapa kalian tidak masuk ?" Tanya raka heran. Setahunya anak SD sudah masuk beberapa menit yang lalu.
"Kurasa sampai disini saja kak raka. Kau bisa pergi lebih dulu . Maaf sudah merepotkanmu" Ucap aliza dengan senyum tak enak. Ya dia sadar jika Ia telah membuat Suami sahabatnya itu terlambat ke kantor.
"Lalu bagaimana denganmu ?" tanya raka
"Jarak antara kantor marhesa dengan tempat ini sudah tak begitu jauh. Aku bisa mengenakan Taxi untuk sampai disana dengan cepat" jawab aliza dengan senyum menenangkan.
"Kau yakin tak ingin aku mengantarmu ?" raka terlihat ragu. Ia tahu jika ekonomi aliza kurang. Jika ia membiarkan aliza menaiki taxi, Pengeluaran aliza akan bertambah. Meski tak dapat ia pungkiri jika saat ini ia sudah terlambat dua jam lebih. Seharusnya ia sudah menyelesaikan beberapa dokumen dikantornya. Itu berati jam pulangnya akan semakin lama. Ia benar-benar akan membuat kinan menunggu.
"Tak apa kak raka. Justru aku sudah merepotkanmu. Pergilah, nanti kau semakin terlambat" jawab aliza
setelah melihat tubuh aliza dan marchel memasuki sekolah tempat marchel bersekolah selama 6 tahun kedepannya raka dengan cepat menghubungi seseorang yang akan membantunya.
" halo,ini aku!? selidiki wanita bernama aliza "?raka menutup hpnya setelah mendengar jawaban dari seberang sana.
" jika memang ternyata aliza adalah aliza adikku yang hilang selama 22 tahun.aku berjanji akan melindunginya "?desis raka
" semoga dia adikku " lirih raka
.
.
.
aliza menatap kelas Putranya dengan senyum mengembang. Ada begitu banyak orang tua murid yang datang sepertinya. Rasanya jiwa keibuannya terasa bangkit. Apakah ia bisa dekat dengan ibu-ibu disini ? Bisakah ia berbagi resep masak atau berbagi cerita seperti ibu-ibu pada dasarnya ? jika dipikir-pikir itu akan sangat menyenangkan. aliza menggeleng dengan cepat . Bukan saatnya ia memikirkan hal itu, ia harus ke tempat kerjanya sekarang.
"marchel tak apakan jika mommy tinggal sekarang ?" tanya aliza mencoba mencari pengertian putranya . Mau bagaimanapun ia akan meninggalkan putranya ditempat yang asing. Ia tahu betul tabiat putranya. Apa lagi ini lingkungan baru. Pasti sangat berat bagi putranya untuk menerima semuanya.
"Umm.. tak apa mom. Pulang nanti jangan lupa jemput aku ya ?" tanyanya dengan senyum diwajahnya yang membuat aliza terharu. Apakah anaknya bisa memahami keresahannya ?
"Iya sayang.. mom pasti jemput marchel nanti . Oh iya, Jangan lupa makan bekal yang sudah mom buat ok ?" tanya aliza lalu mengecup kening putranya penuh sayang.
"Umh.. !" marchel mengangguk dengan senyum cerah.
" Baiklah, mom pergi dulu yah ? Bye bye sayang.." aliza tersenyum paksa
"bye mom.." marchel balas tersenyum. perlahan Sosok aliza menghilang dibalik pintu. bersamaan dengan itu mimik wajah cerah yang ditampilkan sang putra berubah menjadi dingin .
.
.
.
.
aliza berlari dengan nafas terputus-putus kedalam gedung bertingkat dihadapannya beberpa menit yang lalu. Bohong jika ia menaiki Taxi untuk sampai ditempat ini. aliza berfikir jika ia menggunakan Taxi dirinya akan sangat rugi. Toh, baginya jarak antara SD dan juga marhesa Crop tidak terlalu jauh. Meski dalam kondisi terlambat aliza memilih berjalan kaki. Lebih tepatnya berjalan kaki sambil berlari. Itulah mengapa rambutnya terlihat lepek dan juga wajahnya penuh dengan keringat.
krietttttttt
aliza dengan cepat membuka ruangan dihadapannya yang ia yakini adalah ruangan kepala bagian kebersihan.
Dalam hati ia berdoa semoga kepala kebersihannya itu adalah orang yang baik dan bisa memaklumi keterlambatannya.
Namun hayalannya itu harus ditelannya bulat-bulat. Lihatlah, Wanita bername tag ella yang duduk di meja bertuliskan kepala kebersihan itu kini menatapnya dengan tatapan tajam.
"Apa kau tak tahu apa kesalahanmu aliza !" tanya ella yang kini berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju aliza yang kini menunduk.
"S-saya terlambat " Cicit aliza tak berani menatap wajah atasannya.
"Oh baguslah jika kau cukup tahu diri !" dengus ella sambil bersedekap d**a.
"Angkat wajahmu !!" teriak ella kesal. aliza dengan cepat mengangkat wajahnya namun ia memilih menatap tembok yang berada dibelakang karin. Menatap ella tepat dimatanya hanya akan membuat pekerja baru sepertinya akan pipis dicelana.
"Cih , Lihat betapa hancurnya tampilanmu ! Kau pikir dengan tampilan seperti ini kau bisa bekerja di Perusahaan ini ? " teriak ella marah. Ya saat ini poni aliza memang jatuh menutupi wajahnya. Keringat diwajahnyapun terlihat dengan jelas. Ikatan rambut alizapun melonggar. Satu kata untuk menilai penampilannya. Hancur.
Sebenarnya hanya dengan memperbaiki tatanan rambunya aliza sudah terlihat sangat cantik. Wajahnya terlihat cantik natural meski tanpa make up. Hanya saja saat ini rambut lepeknya menutupi wajahnya.
'Memang apa yang salah dengan tampilanku ?' Batin aliza balik bertanya dalam hati
" Pakailah Make up ! Jadikan diriku sebagai panutanmu . Lihat tampilanmu saat ini, para pegawai akan menatap kita jijik ! Asal kau tahu, Kita tidak sekedar bertanggung jawab sebagai pembersih-bersih ditempat ini. Tapi juga sebagai primadona. kau memgerti ?!" bentak ella
'Menirumu ? Tidak terima kasih' batin aliza menolak. Lihatlah, ella terlihat lebih cocok bekerja di bar ketimbang bekerja dikantoran. Apa-apan dengan rok sependek itu ? Tak lupa dengan belahan d**a yang terbuka. Tak heran jika aliza melihat beberapa petugas OG sepertinya malah berpenampilan tak jauh seperti ella. Meski ia akui jika penampilan ella adalah yang terburuk. Apa mereka tak sadar jika mereka ini hanya OG ?
'Mereka ingin bekerja atau menggoda ? ' Batin aliza ngeri
Ia tak habis pikir dengan pola pikir ella . Berpenampilan menarik ? Primadona ? memangnya mereka model ?
".... APA KAU MENGERTI ?!" teriak ella diakhir penjelasannya.
"Ya. saya mengerti " Ucap aliza . Padahal ia sama sekali tak mendengar penuturan ella yang dianggapnya sebagai angin lalu. Toh apa yang diucapkan ella sungguh tak masuk akal.
aliza tak ingin menyia-nyiakan memory otaknya hanya untuk menyimpan pidato tak bermutu ella .
"Sekarang kembali keruanganmu ! Ganti pakaianmu dengan seragam yang ada dilokermu. Aku tak peduli bagaimana caranya kau bisa mengoles rupa jelekmu itu. Tapi aku tak ingin melihatmu setelah ini dengan penampilan serupa ! keluarlah !" ucap ella lalu duduk di kursinya kembali
aliza mengangguk lalu pamit undur diri. Sebelum ia benar-benar pergi suara ella kembali mengintrupsi sehingga aliza menoleh kearahnya.
"Besok jika kau terlambat aku tak akan memberi pengampunan untukmu !" ancamnya
.
.
.
aliza mendesah lelah. Saat ini ia baru saja selesai berganti baju. Demi tuhan, Berada sedetik diruangan ella seakan berada semenit dipadang pasir.
Apa wanita bermake up tebal itu tak bisa berhenti mengoceh ? batin aliza heran.
Dengan telaten aliza mengikat rambutnya yang terlihat lepek.
Ia terkekeh, Toh ucapan ella tidak sepenuhnya salah. penampilannya memang buruk karena hasil lari kilatnya tadi.
"Kau ingin ini ?" Tawar seorang wanita dengan t**i lalat di bibirnya kananya . Ia menyodorkan sebuah tas berisi alat-alat make up pada aliza.
" Ah aku hanya butuh sebuah sisir" Jawab aliza dengan senyum lembutnya
"Kau bisa memakai yang lain jika kau mau" Ucap wanita itu yang kini sibuk merapikan tampilannya yang bisa aliza lihat dari pantulan cermin.
"terima kasih.." aliza berterima kasih lalu mengambil sisir dari tas mini milik si wanita
"Namaku tasya.." Ucap wanita itu yang ternyata bernama tasya. alizapun menghentikan sesi menyisirmya lalu menyambut uluran tangan tasya yang kini tersenyum manis kearahnya. aliza baru sadar jika wanita yang meminjaminya sisir ini terlihat sangat manis.
"aliza.. Salam kenal mbak tasya " balas aliza
"Kau bisa memanggilku tasya.. kuharap kita bisa berteman baik kedepan " Ucap tasya yang kini menggaruk pipinya kikuk
" Hum.. Kuharap juga begitu. Oh ya terimakasih karena kau sudah menyapaku terlebih dahulu" Ucap aliza tulus
"Tak masalah, Lagipula aku juga tak begitu dekat dengan mereka. Seleraku berbeda dengan mereka asal kau tahu" Ucap tasya
"Kau benar. Tidakkah menurutmu mereka terlalu berlebihan ? Ah maksudku seorang OG tak seharusnya berpenampilan seperti itu " aliza berucap dengan suara yang dikecilkan.
" Kita sependapat. Salahkan si nenek berambut pink itu yang membuat aturan gila tak sesuai tempat" Ucap aliza balik berbisik.
"Hahahaha.. kau benar tasya.." aliza menyeka air mata yang siap menetes diujung matanya .
tasyapun makukan hal yang sama. Selama ini tasya memang selalu menutup diri dari rekan sesamanya. Ia mambawa alat make up sepeagi formalitas saja. ya hitung-hitung untuk mengjindari amukan dari ella.
"Apa yang kalian tertawakan ! Ayo cepat bekerja !" teriak ella yang tidak mereka prediksikan kedatangannya. Dengan cepat keduanya berlari keluar dari ruangan itu dengan sapu ditangan mereka masing-masing.
Setelah mereka merasa berada dititik yang aman dari sang pemangsa, Keduanya pun mulai mengerjakan tugas mereka. Entah siapa yang memulai. Sehingga keduanya kini tertawa dengan kencangnya.
"Hahahahahah.. kau jahat tasya ! Kau tak bilang jika nenek sihir itu ada dibelakang kita " Ucap aliza yang kini menghentikan aktifitas membersihkannya dan memilih tertawa sekencang-kencangnya.
"Kau pikir aku menyadarinya ? dia seperti bunglon yang bisa membaur dengan keadaan sekitarnya. Aku bahkan tak menyadari keberadaannya sedikitpun haha.." Ucap tasya yang memegangi perutnya.
" Nenek sihir lebih cocok untuknya " ucap aliza yang membuat tawa tasya kembali pecah. Beberapa pegawai yang kebetulan lewat memandang mereka kagum.
Mereka mulai berbisik satu sama lain.
"apa mereka OG baru ?"
"Aku tak pernah melihatnya"
"Cantik sekali mereka"
"Tidakkah kau pikir yang berambut hitam itu terlalu cantik sekali bahkan kecantikan nona bella lewat ? "
" Yang t**i lalat dibibir itu juga manis"
" Apa mereka sedang syutting film ? Mereka artis ?"
"Cantiknya"
aliza dan tasya saling tatap lalu mengangkat bahu acuh.
sepertinya tidak hanya ella dan bawahannya yang gesrek.
'Pegawai pria ditempat ini pun sama gilanya' Batin aliza dan tasya kompak
Baru saja aliza ingin mengajak tasya pergi dari tempat itu karena risih, Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang sehingga membuat aliza terpaksa menoleh.
"kak bella "
bersambung