Malam pengukuhan adalah malam yang paling dinantikan oleh semua mahasiswa baru, termasuk Aliana Niakansavy. Alunan musik dari band lokal seakan membuat Aliana lupa diri. Ia adalah pecinta konser. Gadis itu bisa seperti orang kesurupan jika suka dipertemukan dengan musik dan lagu yang ia hapal betul liriknya.
Seperti halnya saat ini, Aliana kini sedang menggoyangkan badannya diantara kerumunan para penonton. “Kalau cinta sepakat kan kuakad perangkat sholat! Kalau cinta sepakat, t*i kucing rasa coklat!” teriaknya menyanyikan sepenggal lirik dari lagu andalan band Tani Maju.
Gadis itu mengangkat tangannya dan bersiap - siap untuk melompat, namun terhenti saat sebuah tangan besar menyentuh bahunya. Seseorang membalikkan tubuhnya dengan cepat dan memposisikan kepalanya di perpotongan lehernya. Aliana terdiam kaku saat merasakan rasa hangat menyelimuti lehernya, yang kemudian berubah menjadi sebuah hisapan. Gadis itu membuka mulutnya lebar dengan pandangan mata setengah kosong, lalu tersadar saat cowok yang ia kenal dengan nama Adam menjauhkan wajahnya dari leher Aliana.
Adam menatapnya lekat, lalu berucap “Gue ngambil upah yang dulu, dengan begini lo gak bakal bisa lupain gue,” ujarnya seraya terseyum lebar setengah kurang ajar.
Aliana mengerjapkan matanya, mengepalkan tangannya penuh emosi dan langsung menonjok kakak tingakatnya itu dengan kekuatan penuh. Tidak peduli dengan beberapa penonton yang memekik karena ulahnya. Pikiran Aliana kosong, yang Gadis itu pikirkan hanyalah ingin memukul dan menendang cowok m***m itu dengan sepatu kets barunya.
Suasaan malam pengukuhan itu mendadak ricuh. Aliana bisa merasakan seseorang menarik dirinya menjauh dari kerumunan orang dengan susah payah. Napas Aliana tersengal hebat penuh dengan emosi.
“Itu cowok gila apa? Dipikir gue cewek apaan!” pekiknya seraya begitu ingin kembali ke kerumunan penonton dan menendang si Adam.
“Udahlah Lan, tenang - tenang… Kita diliatin banyak orang, nih. Lagian tadi kayaknya dia setengah mabok deh, Lan,” tegur Stella yang kini masih berusaha keras menyeret sahabatnya itu untuk semakin menjauh dari keramaian.
“Mana bisa tenang, Stell? Seluruh jiwa dan raga gue itu milik Denis! Bodoh amat mau tuh cowok mabok, jungkir balik, gulung - gulung, apa pun itu! Intinya, cowok kurang ajar yang minta disunat itu, udah seenaknya jilat, gigit, dan nyupang anak orang!” geram Aliana saat teringat kejadian beberapa menit yang lalu, ketika cowok kurang ajar dan kurang kerjaan yang dikenal sebagai kakak tingkatnya itu melakukan hal yang terlampau nista bagi Aliana.
Berbanding terbalik dengan penampilannya yang memang terkesan urakan dan khas seorang bad girl, Aliana sangat menjauhi hal - hal yang dapat merusak masa depannya. Seperti rokok, alkohol, sampai hal biasa yang ia anggap tabu, yaitu pacaran.
Cewek yang baru beberapa minggu lalu memasuki masa perkuliahan itu hanya sekadar nakal hang out, suka keluyuran dengan teman yang ia percayai dan menonton konser band terkenal yang membuatnya bisa meloncat dan berteriak kegirangan. Hanya itu saja. Ia tak pernah pacaran, gandengan tangan, pelukan, apalagi ciuman.
Dan beberapa saat yang lalu, Adam Saputra, kakak tingkat yang terkenal karena menjadi panitia mahasiswa baru di kampusnya, telah terang - terangan menandai Aliana, di tengah kerumunan para mahasiswa. Sungguh, mengalami pelecehan di tengah kerumunan adalah hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Aliana, bahkan dalam mimpi sekalipun. Dan kakak tingkat yang awalnya ia kira baik itu kini seolah bertransformasi menjadi mimpi buruk bagi Aliana. Mimpi paling buruk sepanjang hidupnya.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Adam Saputra, cowok yang kini sedang mengompres pipinya dengan botol minuman dingin itu memasang wajah masam. Dari auranya, semua penghuni basecamp ormawa (organisasi mahasiswa) sudah paham betul bahwa lelaki itu pasti berniat menonjok siapa saja yang berani mengusiknya saat ini. Ditonjok seorang cewek di tengah keramaian bukanlah lelucon yang bisa membuatnya tertawa. Terlebih lagi pukulan itu tidak main - main, sampai membuat pipinya lebam dan ia yakin besok pasti akan membiru.
Astaga, itu anak makan apaan, sih? Cewek kok tenaganya macam kingkong betina.
“Dam, bantuin beres - beres napa! Nyantai amat!” tegur Damar yang membuat semua orang di sana menahan napas. Itu bocah satu memang tidak pernah peka dengan mood seseorang. Macan ngamuk malah diajak ngobrol, cari mati aja.
Duak!
Nah kan! Mereka kompak membatin saat melihat Damar menggosok kepalanya sembari mengumpat setelah dilempar botol oleh Adam. “Apa - apaan, sih? Ngajak berantem lu?”
“Pas banget! Gue juga lagi pengin bunuh orang nih!” balas Adam tak kalah garang. Lelaki itu bahkan sudah berdiri dari duduknya. Membuat Bella, salah satu anggota organisasi, dengan cepat menghampiri mereka.
“Sebelum kalian saling bunuh, udah gue bunuh duluan!” teriak cewek berambut cokelat hasil pewarna salon itu. “Tanggung jawab, dong! Penyambutan ini kan acara kita semua, bukan cuma program kerjanya ketua pelaksana. Kita semua udah pada capek, pengin istirahat!” lanjut Bella.
Adam lalu melihat ke arah teman - temannya yang rupanya sedang mengawasi dirinya dan Damar dengan beragam ekspresi. Ia menghela napas dan menepuk bahu Damar pelan.
“Sorry, Mar. Gue tadi cuma mau kasih lu minum,” cengirnya khas orang yang sedang bercanda. Namun semua orang tahu bahwa apa yang dikatakan Adam hanya alasan belaka.
“Ngasih minum pala lu! Udah ah, yuk bantuin angkat - angkat!” jawab Damar yang memang terkenal sangat santai itu. Keduanya pun mulai disibukkan dengan kegiatan beres - beres usai acara penyambutan mahasiswa baru yang diisi oleh band pendatang baru hingga band terkenal semacam Payung Teduh.
“Dasar Duo Dam! Homo kek lo berdua!” ejek Bella karena merasa diacuhkan.
“Kalo kita homo, yang nangis juga lo, Bel!”
Adam memang sangat tahu bahwa teman satu organisasinya itu diam - diam menyimpan rasa padanya. Hanya saja ia pura - pura tidak peka karena tetap ingin menjaga keutuhan organisasi. Lelaki itu pun hanya cengengesan saat dibalas u*****n oleh Bella.
“Pipi lo kenapa, Dam?” tanya Damar dengan raut wajah penasaran. Adam baru ingat kalau lelaki itu tidak ada di TKP saat acara penonjokan itu berlangsung.
“Ditonjok,” jawabnya pendek.
Damar terlihat makin penasaran, cowok dengan alis yang lumayan tebal itu mengerutkan keningnya. Ia berhenti memindahkan barang dan lebih memilih untuk mengamati pipi Adam yang tampak memprihatinkan.
“Ditonjok siapa?”
“Cinta.”
Jawaban asal dari Adam itu justru membuat Damar memberikan tatapan aneh kepadanya. Tapi lelaki itu tidak lagi bertanya. Bukannya tadi kepala gue yang dilempar botol? Kenapa jadi Adam yang mendadak stres?
Sembari mengangkat beberapa barang untuk dikembalikan ke penyewaan, Adam senyum - senyum sendiri. Dalam otaknya, sudah tersusun berbagai rencana untuk mendekati si Kingkong Betina. Bodoh amatlah kalau kena tonjok lagi. Lagian, gue juga udah dapet untung di awal.
“Senin kok lama banget, ya.”
Damar langsung membulatkan mata ketika mendengar gumaman Adam. Asli, nih anak stres beneran.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -