“Dev, bangun...” Davina menggunacang badan Devon yang tidur seperti orang mati.
“Dev...” ujar Davina lagi.
Tampaknya Devon benar-benar kelelahan. Selesai mereka makan siang tadi, Davina lagi-lagi minta digendong hingga ke kamar. Lalu ia juga meminta Devon yang membereskan semua piring makanan mereka. Davina benar-benar menikmati hal itu, namun ia juga tak menyangka kalau Devon benar-benar bersedia melakukan itu tanpa mangkir dari tugasnya. Meskipun beberapa kali mengomel, Devon tetap melakukan semua permintaan Davina.
Karena itu, setelah mereka selesai makan tadi, Davina membiarkan Devon tidur siang. Pria itu benar-benar tampak kelelahan. Wajar saja, mereka sudah cukup lama berenang pagi tadi, lalu dilanjut dengan tugas menggendong Davina naik dan turun tangga. Lalu mengangkut makan siang mereka dengan bolak-balik beberapa kali.
Namun kini matahari mulai terbenam di luar sana. Tadi Devon bilang mereka akan makan siang di luar dan nonton film di bioskop terapung. Kalau Devon tidak bangun juga, bisa-bisa rencana mereka akan gagal total. Film akan dimulai pukul tujuh. Davina tidak ingin mereka datang terlambat.
“Devon... Bangun...” Davina kembali mengguncang tubuh Devon.
Kali ini pria itu memberikan reaksi. Ada gumaman yang terdengar dari bibirnya.
“Dev, matahari sudah mulai terbenam. Ayo siap-siap untuk makan malam.”
“Capek,” gumam pria itu lalu menutup kepala dengan bantal.
“Tapi kamu udah janji lho tadi pagi,” ujar Davina seraya menarik bantal yang digunakan Devon untuk menutup kepala. Davina tidak terima kalau malam ini mereka juga harus makan malam di vila. Ia benar-benar sudah merasa bosan.
“Pijat...” gumam Devon. “Pijat dulu pinggangku.”
Devon mengganti posisi tidurnya dari menyamping menjadi tengkurap. Tangannya menunjuk area pinggangnya.
“Di sini?” Davina mengulurkan tangan untuk menyentuh pinggang Devon.
“Ya, di sana. Pegal sekali,” ujar Devon.
Davina menarik napas, lalu mulai memijat Devon.
“Waah... Enak sekali,” desah Devon. “Harusnya dari tadi siang aku minta kamu pijat aku. Sering-sering aja ya.”
Davina memukul pinggang Devon. “Jangan besar kepala. Aku melakukan ini karena kasihan tahu nggak.”
“Iya, nggak apa-apa, yang penting kamu pijat. Pegel banget.”
“Duh, susah ya orang tua,” ujar Davina sambil terus memijat pinggang Devon.
“Hei, harus berapa kali aku bilang, aku baru saja menginjak usia tiga puluh tahun. Aku bukan kakek-kakek,” protes Devon.
“Tapi lumayan tua dari aku yang masih dua puluhan. Jadi tetap aja kamu orang tua.”
“Aku nggak setua itu juga. Usia kita hanya berbeda tujuh tahun,” bantah Devon.
“Itu cukup jauh,” balas Davina. “Bayangkan, saat aku baru saja lahir, kamu sudah duduk di sekolah dasar. Aku baru aja menangis melihat dunia, kamu sudah mulai belajar baca-tulis. Kalau saat bayi saja aku lihat kamu adalah orang yang cukup tua, tentu saja hal itu juga berlaku untuk sekarang kan?”
Devon berdecak, lalu menarik tangan Davina hingga gadis itu terjatuh ke kasur.
“Kyaaa... Devon, apaan sih!” Davina seketika berusaha kembali bangkit, namun Devon kembali menariknya dan mengurung Davina dengan lengannya.
“Jadi kamu akan terus memosisikan aku sebagai yang tua dan kamu yang muda, begitu?”
“Ya, kan memang begitu kenyataannya,” ujar Davina.
“Kamu tahu, tiap kali kamu bilang aku tua, aku selalu merasa seperti kakek-kakek yang sedang bersama cucunya,” ujar Devon.
Davina langsung terkekeh mendengar ucapan Devon barusan. Isi kepalanya seketika membuat bayangan Devon dengan rambut penuh uban. Devon versi kakek-kakek.
“Bagus... Sekarang kamu semakin merasa senang pastinya ya.”
“Iya, Kek. Cucu baru tahu kalau Kakek jago ngelawak,” ujar Davina.
Devon lalu mencubit pipi Davina.
“Awww... Kakek kok main fisik sih!”
“Gemes banget ya lihat cucu Kakek yang bawel ini,” ujar Devon masih mencubit pipi Davina.
“Sakit, Kek. Aduh...”
“s**t! Aku mulai merasa kayak kakek-kakek pemain film dewasa produksi Jepang,” umpat Devon ke dirinya sendiri.
“Siapa?” tanya Davina. “Kakek-kakek di film dewasa?”
“Bukan siapa-siapa,” ujar Devon lalu melepaskan Davina dari pelukannya.
“Kamu...” Davina menatap Devon dengan tatapan mencela. “Ternyata film seperti itu yang menjadi tontonan favoritmu ya.”
“Kamu nggak tahu dunia laki-laki,” ujar Devon mengelak.
“Tak kusangka kamu....”
“Davina...” Devon memberinya tatapan memperingatkan.
“Ternyata....”
“Kalau kamu masih menatapku dengan tatapan seperti itu, aku akan tinggalkan tanda merah lagi di lehermu.”
“Nggak!” Davina seketika duduk. “Ini aja belum hilang, malah mau kamu tambahin lagi.”
Devon nyengir. “Makanya jangan memancing.”
“Siapa yang memancing, kan kamu sendiri tadi yang bilang kalau kamu mirip kakek-kakek di film—Kyaaaaa!” Davina menjerit ketika Devon menarik tangannya.
“Kalau kamu ulangi lagi, aku benar-benar akan melakukannya,” ancam pria itu.
“Ampun, Kek, eh Devon. Aku janji nggak akan ulangi lagi,” ujar Davina.
“Bagus,” ujar Devon.
“Ya sudah, sekarang kamu sudah seratus persen sadar kan. Ayo kita siap-siap untuk makan malam. Jangan lupa, kamu janji ngajak aku nonton setelahnya lho,” ujar Davina.
“Oke... Oke... Kamu mau mandi duluan?” tanya Devon.
“Kok tahu kalau aku belum mandi?” Davina mulai khawatir apa jangan-jangan tubuhnya menguarkan aroma tidak sedap.
“Pakaianmu masih sama dengan tadi siang,” ujar Devon yang kini bersandar di tumpukan bantal.
“Oke, aku mandi duluan. Kamu jangan tidur lagi.” Davina memperingatkan seraya turun dari tempat tidur.
“Iya, aku nggak akan tidur lagi kok.”
Davina mengangguk. “Bagus, awas saja kalau kamu tidur lagi. Aku nggak akan maafin kamu, Kek.”
Mata Devon melebar penuh peringatan, namun Davina langsung berlari dari hadapannya.
“Awas ya kamu!” ujar Devon, sementara suara tawa Davina terdengar semakin menjauh ketika gadis itu menghilang ke arah kamar mandi.
***
Bersambung...
Terima kasih pada geng cowok-cowok di kampus dan di kantor, karena benar-benar telah menjadi informan sejati perihal si “kakek” yang dibahas Devon dan Davina tadi. Tanpa obrolan dan jokes m***m mereka, aku mungkin nggak bakalan tahu ada jenis “kakek” seperti yang disebutkan tadi. Hehe
Btw udah baca ceritaku yg Copulabis blm? Kl blm baca, buruan dibaca sebelum babnya terkunci. Ceritanya udah tamat, jd bisa langsung dibaca sampai selesai ^^
Update berikutnya akan diinformasikan lagi di IG Kyurarabooks ya. Krn skrg blm bisa kejar daily update, jd info update-nya saya share di IG ya :)