Bab 16-Imperfect to be Perfect Part 2

1282 Kata
Bioskop tersebut ada di sisi lain pantai. Dengan beberapa kursi lebar berbentuk tempat tidur agar penonton bisa duduk sambil berselonjor, yang dialasi dengan matras empuk. Di dalam air, berdiri beberapa tiang penyangga sebuah layar putih besar yang nantinya akan menayangkan film yang diputar. Beberapa kursi tampak sudah terisi oleh beberapa pasangan. Lampu-lampu berwarna kuning berjejer di atas pasir, memberikan pencahayaan redup agar suasana terasa romantis. “Kita tidak terlambat, kan,” bisik Devon seraya mengulurkan tangan pada Davina. “Nope,” ujar Davina seraya menyerahkan tangannya untuk digenggam Devon, dan mereka berdua melangkah menuju salah satu tempat yang diarahkan oleh petugas. Mereka naik ke atas tempat duduk yang mirip tempat tidur tersebut, lalu bersandar di tumpukan bantal besar. Ada sebuah selimut besar di sana bagi yang merasa tidak tahan dengan angin malam. “Apa sekarang perutmu terasa sakit?” tanya Devon. Davina menoleh dengan bingung, lalu menggeleng. “Nggak kok. Memangnya kenapa?” Devon membentangkan selimut, lalu menyelimuti kaki Davina. “Soalnya tadi kamu makan dengan terburu-buru karena takut terlambat.” Sesaat Davina tersentuh dengan perhatian Devon. Jadi karena itu Devon khawatir padanya. “Nggak kok, aku baik-baik aja,” ujar Davina tersenyum. “Syukurlah,” ujar Devon. “Omong-omong, apa layarnya nanti nggak akan bergoyang karena ditiup angin?” tanya Davina sambil menunjuk layar di hadapan mereka. “Semua itu sudah diatur dan diperhitungkan oleh mereka. Kemarin saat aku nonton, semua baik-baik saja kok,” jawab Devon. Davina mengangguk. Sambil menunggu film diputar, ia kemudian menatap ke sekeliling. Lalu tiba-tiba saja matanya menatap sosok yang hendak melewati tempat duduk mereka. Bukan hanya Davina saja, melainkan sosok itu ternyata juga melihat mereka. Sialan! Devon seketika mengumpat di dalam hati. “Hai, Davina. Devon,” ujar Erick lalu melangkah mendekati mereka. “Kalian sudah berbaikan sekarang. Syukurlah...” Devon lagi-lagi ingin mengumpat. Sejak di restoran tadi ia sudah berusaha membuat Davina dan dirinya tidak bertemu Erick. Sebisa mungkin Devon mengalihkan Davina agar tidak melihat ke arah pria itu. Lalu kini, setelah ia susah payah menghindarinya, Erick muncul begitu saja di hadapan mereka. “Kak Erick jalannya cepat banget sih,” ujar perempuan yang menyusul di belakang Erick. Ada tiga perempuan lain yang mengekorinya. Erina dan tiga temannya kini berdiri berjejer dengan Erick. Mereka berlima menatap ke arah Devon dan Davina. “Hai, Devon. Kita bertemu lagi,” ujar Erina. “Kamu nonton juga ya?” tanya Rania pada Devon. Menurut ngana? ujar Davina dalam hati. Apa dia pikir Davina dan Devon hanya iseng-iseng saja duduk di sini? “Kami juga mau nonton lho,” sambar Jenny. Bahkan sebelum Davina atau Devon memberi respons. Gue nggak peduli, ujar Davina dalam hati. Sementara ekspresinya terhadap empat gadis itu hanyalah senyum tipis yang sejujurnya enggan ia berikan. Meski kini Davina sudah duduk bersama Devon, keempat gadis itu tampaknya masih saja berusaha menarik perhatian suaminya. Davina benar-benar kesal. “Tadi aku lihat kalian di restoran. Tapi aku nggak enak mau nyapa,” ujar Erick ke Davina. “Kenapa nggak nyapa?” tanya Devon. Meski bertanya, sebenarnya ia ingin sekali mengusir para pengganggu di hadapannya ini. Ia tidak ingin Erick mencuri-curi pandang ke Davina. “Kalian kelihatannya sedang asyik mengobrol,” jawab Erick. “Harusnya tadi kamu samperin aja,” ujar Davina. “Kita bisa makan malam sama-sama.” Devon seketika melirik Davina. Ekspresi istrinya itu saat berbicara dengan Erick benar-benar membuatnya kesal. Bagaimana pula Davina bisa berbicara dengan cara seperti itu pada pria di hadapannya ini? Yang boleh menerima senyuman itu hanya Devon. Erick tidak boleh mendapatkannya. Oke, Devon merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu agar pengganggu di hadapan mereka ini menyingkir. Meski tahu bahwa Davina sudah punya suami, Devon bisa merasakan bahwa Erick masih sangat tertarik pada istrinya. “Eh iya, kalian duduk di mana?” tanya Davina. Ketika Davina dan Erick saling fokus satu sama lain, Devon melirik syal yang dikenakan Davina kemudian menarik benda itu hingga lepas dari leher istrinya. “Dev, kenap—“ Davina menatap Devon hendak protes, namun pria itu langsung memotong ucapannya. “Ada serangga yang masuk ke balik syal kamu,” ujar Devon seraya mengibas-ngibaskan benda tersebut ke belakang kursi mereka. “Hah?” Davina seketika memegang lehernya. “Jangan-jangan masuk ke baju aku lagi,” ujarnya panik. “Sini aku periksa,” ujar Devon lalu menarik Davina mendekat ke arahnya. Davina hendak protes ketika Devon mengintip ke balik pakaian di punggungnya, namun ia tidak ingin memberikan Erick dan empat perempuan itu tontonan. Jadi alih-alih protes, ia membiarkan saja Devon melakukan semua itu sesukanya. Lalu di antara kesibukan Devon, tiba-tiba saja Erina terkesiap. Sepersekian detik Davina belum menyadari apa yang membuat perempuan itu tampak begitu terkejut, hingga akhirnya tatapan semua orang di sana tertuju ke lehernya. Mereka pasti melihat tanda-tanda yang ditinggalkan Devon semalam. Sial! “Ehm... Kalau begitu, kami permisi dulu ya. Masih ditungguin sama petugasnya,” ujar Erick sambil menujuk ke petugas yang sejak tadi masih setia menunggu Erick dan rombongannya yang berhenti di depan tempat duduk Devon dan Davina. Ekspresi pria itu tampak terkejut sekaligus kecewa. “Pasti bekas semalam,” bisik Jenny. Keempat perempuan itu lalu berbisik-bisik di belakang Erick. “Ya, sampai jumpa lagi,” sahut Davina dengan senyum tak enak. Devon memberikan anggukan, dan dalam hati ia benar-benar tertawa puas. Rencananya berhasil. Erick bisa lihat sendiri sekarang, Davina adalah milik Devon. Jadi jangan coba-coba merebut apa yang menjadi miliknya. “Malu banget,” bisik Davina sambil menutup wajah dengan telapak tangan. “Aku sudah nyaris lupa dengan keberadaan tanda yang kamu tinggalin semalam ini.” “Nggak apa-apa,” ujar Devon sok menenangkan. “Kenapa harus malu? Mereka tahu kok kalau kita suami istri.” “Ya malu lah. Bekas beginian dilihat orang-orang. Mereka pasti mikir yang nggak-nggak.” Devon seketika terkekeh mendengar keluhan Davina. “Istriku, kita ke sini memang untuk bulan madu. Tanpa melihat hal seperti ini pun orang-orang juga sudah tahu apa yang akan dilakukan pasangan suami istri dalam bulan madu mereka.” “Tapi kan kita nggak melakukan seperti apa yang mereka pikirkan,” protes Davina. “Jadi kamu mau kita melakukan seperti yang mereka pikirkan?” pancing Devon. “Nggak! Itu maunya kamu,” ujar Davina sambil memukul pelan lengan Devon yang kembali mengenakan syal ke leher Davina. Pria itu seketika terkekeh. “Bilang aja kalau nanti kamu tiba-tiba berubah pikiran ya,” ujarnya sambil mengedipkan mata. “Dalam mimpimu,” ujar Davina mencibir. Devon terkekeh, lalu meraih wajah Davina. "Kamu kalau cemberut gemesin banget. Jadi pengen cium." "Nggak mau." Davina seketika memalingkan muka. Devon pun bergerak mendekat lalu melingkarkan lengannya ke pinggang Davina. "Ayo lah... " "Nggak," tolak Davina. Tanpa permisi, Devon langsung mencium belakang telinga Davina. "Dev... " ujar Davina sambil menjauhkan tubuh. "Sini, cium dulu." "Nggaaaak..." Devon menggigit daun telinga Davina. "Dev!" bisik Davina sambil melotot. "Kita ada di tempat umum." "Kalau gitu, di vila nanti boleh ya?" tanyanya dengan senyum menggoda. "Kamu jangan kayak kucing yang lagi h***y deh." "Sembarangan," protes Devon lalu menarik Davina ke pelukannya. "Gini aja ya. Jangan kabur lagi, nanti kamu kedinginan. Kalau dalam pelukanku kan hangat." "Oke," ujar Davina akhirnya menyerah. "Pelukan kamu emang hangat." Ia pun bersandar dengan nyaman di tubuh hangat Devon, sementara pria itu terkekeh puas karena di kejauhan, dilihatnya Eric masih mencuri-curi pandang ke arah tempat duduk mereka. *** Bersambung... Makasih untuk tap love dan komentar teman-teman untuk cerita ini dan buat yang udah mampir ke Geheimnis, Deep Purple, serta Copulabis. Makasih banyak ya ^^ Bagi teman2 yg mau dpt info hari apa cerita ini update, bisa follow IG Kyurarabooks atau add sss Kiyura Kyurara. Nanti kl cerita ini saya update, bakal saya umumin di IG dan sss. Makasih ya teman-teman semua udah sayang sama pasangan double D yg gemesin tapi minta ditabok ini. Hehe
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN