bc

ALISHA: Gadis Panggilan sang Dosen

book_age18+
2.1K
IKUTI
25.7K
BACA
revenge
contract marriage
HE
teacherxstudent
friends to lovers
dominant
bxg
campus
professor
like
intro-logo
Uraian

Bagi Alisha tak pernah terbayangkan menjadi gadis panggilan di kampus tempat dia mencari ilmu. Status mahasiswi dengan gelar beasiswa nyatanya membuat lingkar pergaulan gadis itu sebatas buku dan perpustakaan. Namun, apa jadinya pekerjaan yang rutin dilakukan di sela-sela jam istirahat dipergoki oleh dosen muda yang digosipkan gay.

Bagaimana kelanjutan kuliahnya, juga nama baik sebagai gadis polos dan rajin di mata dosen? Lantas, apa kedekatan yang terjalin antara mahasiswi dan dosen itu dapat menimbulkan rasa cinta di hati keduanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Hukuman Liam
[Ke ruangan saya setelah kelas ini berakhir.] Buru-buru langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas saat seorang mahasiswa berdiri. Dia takut ada yang tidak sengaja membaca isi pesannya. Walaupun tanpa memberi nama pemilik nomor, Alisha tahu siapa pengirimnya. Alisha Gumara, gadis cantik dengan polesan make-up natural, juga bibir pink alami tanpa lipstik terlihat mengangkat kepalanya sedikit. Terkesiap, karena rupanya sosok laki-laki jangkung dengan kacamata baca tengah menatapnya. Sangat tajam. "Baiklah, pertemuan minggu ini selesai di bab ketiga. Besok saya adakan kuis. Bagi yang nilainya tidak sesuai, jangan harap bisa mengikuti kelas tambahan bersama saya. Apa bisa dimengerti?!" "Bisa, Pak!" Sahutan hampir keseluruhan, terutama para mahasiswi yang cenderung mencari muka. Kecuali Alisha, dia diam dengan bibir terkatup rapat akan tetapi, tangan di atas pangkuannya saling menggenggam. "Ayo, Sha," ajak seseorang yang bernama Alona. Teman sejawatnya yang juga pejuang beasiswa. "Em, duluan aja. Aku mau ke perpustakaan." "Lo nggak makan? Sudah jam sepuluh. Emang tadi di kos sarapan?" tanya Alona, masih tidak percaya. Biasanya mereka akan makan bakso atau tahu masak. Berbeda dengan mahasiswi lainnya yang berburu ke kantin. Maka, lain cerita Alisha dan Alona yang lebih memilih jajan di luar kampus, sebab harganya relatif lebih murah dan tentunya mengenyangkan perut. "Aku sarapan, kebetulan ada beberapa buku yang harus aku pinjam. Kamu ke warung sendiri nggak masalah, 'kan?" Agak ragu Alisha ngomong begini. Padahal dia sudah sering mangkir kalau diajak ke warung sama Alona dan ini sudah kedua kali dalam seminggu. "Gue gratisin, deh," rayu Alona yang tidak mempengaruhi Alisha sama sekali. "Nggak usah, kamu udah sering bayarin makanku. Padahal aku tahu kamu juga sering dapat bulanan telat dari ibu." Alona cemberut. "Ya sudah, deh. Palingan gue bungkusin aja. Setelah ini kita nggak ada kelas lagi, lo mau pulang bareng gue apa nggak?" Lagi dan lagi Alisha menggeleng. "Kamu duluan aja. Mumpung kelas cuma satu makanya aku mau di perpustakaan seharian." Mereka memang sering begitu. Setelah kuliah pasti cari makan, untuk dimakan sama-sama di kos, kalau bukan di kos Alona maka di kos Alisha. Mereka memang tidak satu kos, sebab Alona tergolong anak orang yang berkecukupan. Tanpa beasiswa juga bisa kuliah. Beda cerita kalau Alisha. Dari semenjak Sekolah Menengah Atas dia tidak mengeluarkan biaya, semua didapati dari beasiswa. "Okay, deh! Jangan lupa isi perut, ya. Lo suka lupa kalau udah belajar. Jangan terlalu memforsir diri juga. Tubuh lo butuh rehat, Sha. Kalau butuh jemputan kabari gue aja." "Iya, kamu hati-hati bawa motornya. Jangan sampai nyusruk. Nanti ibu potong bulanan lagi." "Sialan." Alisha terkekeh mendengar umpatan Alona yang sudah tidak asing lagi. Begitu menoleh ke belakang, hanya ada beberapa orang saja, termasuk dirinya. Buru-buru menyampirkan tote bag di pundaknya. Alisha langsung membalas pesan perintah yang belum sempat terbalas. [Saya segera ke sana.] Bukan tanpa alasan, hanya saja upaya ini biasa mereka lakukan. Saling memberikan kabar dengan tujuan supaya tidak kepergok. "Liam," lirih Alisha membaca papan nama di atas pintu yang ada di depannya. Dia gugup, padahal bukan pertama kalinya masuk ke dalam. Namun, tetap saja over thinking setiap kali disuruh datang. Entah apa lagi yang akan terjadi di dalam sana. Pelan, Alisha mengetuk pintu di depannya dengan kepala menunduk dalam. "Masuk." Suara berat itu membuat bulu kuduk Alisha berdiri. Dia mengusap lengannya yang terbuka karena model pakaian dress berlengan pendek. Cardigan miliknya tertinggal di motor Alona tadi pagi. "Dan aku membuat masalah dengan ini," gumam gadis itu. "Harusnya diambil dulu." Namun, apalah daya. "Kenapa kamu berdiri saja di depan pintu. Apa suara saya kurang keras?!" "Maaf, Pak," katanya, dengan kepala menunduk. Laki-laki itu menghela napas. "Masuk!" Terkejut kedua kali karena seruannya, buru-buru Alisha masuk dan tidak lupa pula menutup pintu serta menguncinya. "Siapa yang menyuruhmu duduk di kursi?!" Alisha terlonjak. Dia langsung bangkit. Akan tetapi, yang terjadi selanjutnya membuat matanya membola. Tubuhnya melekat dengan tubuh laki-laki itu. Aroma badan yang bercampur parfum membuat Alisha tidak tahu diri mengendusnya. Meletakkan pipinya bersandar di d**a bidang itu. "Balas pelukan saya, Alisha." Alisha menurut, melingkarkan lengan kecil tanpa lemak miliknya di pinggang pria itu. Senyum Liam mengembang. Pada awalnya hendak memarahi Alisha karena berpakaian seperti ini. Namun, melihat sang mahasiswi tidak fokus membuat Liam kasihan. "Kamu kenapa, hem? Banyak pikiran? Mau belanja?" tawar Liam berkata lirih, seduktif. Di dekat daun telinga Alisha membuat gadis itu menggeliat sebab tangan sang dosen tak tinggal diam. Bukan melingkar di pinggang lagi karena saat ini yang terjadi membuat suara manja Alisha terdengar. "Pak ... saya—ah!" desah gadis itu ketika merasakan bongkahan padatnya diremas oleh sang dosen. "Sepertinya hanya cara ini yang membuat kamu buka mulut. Atau perlu saya cium dulu?!" Alisha menggeleng ribut. Dia paham, bukan cuma sebatas ciuman saja, pasti ada plus-plus yang bikin dia nggak bisa menolak ajakannya. "Kamu tahu alasan saya menyuruhmu ke sini?" "Tidak, Pak," jawab Alisha kalem, polos. Matanya mengerjap, bibir pink alami yang mengerucut. "Saya akan dihukum, Pak?" "Ya, tentu saja!" Liam menyeringai. Melepaskan paksa tubuh Alisha yang memeluknya. Bahkan tak segan sedikit mendorong Alisha hingga mundur beberapa langkah ke belakang. "Buka bajumu!" "P-pak—" "Atau saya yang buka?" "Baik, Pak." Alisha menjawab pasrah. Meletakkan tote bag ke atas meja kerja sang dosen. Dress di bawah paha memang nampak ketat, tapi jika dipadukan cardigan bokongnya tidak akan terekspos. Apalagi pinggang rampingnya membuat siapa saja yang melihatnya meneteskan air liur. "Hadap sini!" perintah Liam tak terbantahkan. Alisha yang pada mulanya membelakangi Liam sontak dibuat terkejut karena suara Liam yang tegas. Dia berbalik badan, wajahnya memerah karena secara terang-terangan mata Liam memandang badannya yang hanya tertutup pada area terlarangnya saja. Liam mendekat, tangannya meraih gundukan kembar milik Alisha lalu meremasnya dengan kuat, bahkan tidak peduli dengan pekikan gadis itu. "Pak ...," lirih Alisha, tapi tak ada usaha karena dia membiarkan Liam melakukan apa pun. Tak mau makin dihukum oleh laki-laki itu. Mungkin jika mahasiswi lain mengetahui tindakan b***t dosen mereka, nama Liam akan langsung tercoreng. Sialnya Alisha tidak memiliki keberanian untuk buka suara. Dia tunduk di bawah perintah Liam. "Buka semuanya." "Pak?" "Sekarang, Alisha." Alisha menurut, hendak membuka pengait bra. Namun, tangannya dicekal. "Saya yang akan buka." Alisha pikir hanya sebatas membuka. Namun, siapa sangka sepanjang tangan itu membuka bibir Liam bergerilya di punggungnya yang mulus. Belum lagi tangan kirinya sudah menjalar ke bawah. Alisha masih mengeratkan kedua pahanya sebab rasa perih dua hari yang lalu masih terasa. Akan tetapi, Liam tak bisa dihentikan. Dia menarik paksa kedua kaki Alisha, meninggalkan gundukan yang sedang diremasnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook