“Ciee Haidar cie Haidar uhuuuyyy” ledek Gita kepada Mira yang baru saja berangkat sekolah.
“Paan si lo. Receh tau ga!!” balas Mira dengan nada marah.
Marahannya mereka tidak sampai satu hari, bahkan lima jam pun tidak ada. Pada saat istirahat, mereka pasti kembali pergi ke kantin bersama.
”Eh masih marah lu sama gua? Yhaaa” dengan wajah meledek ala Gita.
“Nomarahmarahkleb gua mah. Haha” jawab Mira.
“Sip, itu baru temen gua” sambil berjalan ke kantin.
“Dih, emang gua temen lu?” Mira lari meninggalkan Gita menuju kantin.
Mereka berbincang-bincang sambil menunngu makanan yang sudah dipesan namun tak kunjung diantarkan. Maklum, karena kantin itu adalah kantin yang paling ramai di sekolah mereka dan kantin yang palig digemari oleh para cewe-cewe sekolah, karena kantin yang lain hanya dipenuhi oleh laki-laki.
Di kantin pun sama tidak ada bedanya si Gita tetap meledek Mira. Gita memang hobinya meledek siapa saja yang kasmaran.
“Ini mba pesenannya. Mie goreng dua mie rebus tiga sama rujak satu yah. Minumnya es teh enam kan, ini mba..” pelayan sambil menaruh pesanan mereka dengan hati-hati.
“Oke pak terimakasih.” Luthfi tersenyum kepada pelayan itu.
“Eh, eh Luth itu tu ada si Elang” ungkap Febi sambil menunjuk-nunjuk.
“Aaaaaa ganteng bangettt” Luthfi yang terkejut melihat Elang dengan pakaian muslim.
Hari itu adalah hari jumat, jadi semua siswa laki-laki memakai baju koko untuk sholat jumat bersama di sekolah tetapi setelah itu mereka ganti lagi menggunakan seragam olahraga. “ Tumben banget tu si Elang pake baju koko, biasanya tetep pake kaos olahraga aja kalo sholat jumat”, celetuk Mira sambil memainkan handphonenya. Luthfi hanya tersenyum, dia kagum melihat Elang memakai pakaian yang tidak seperti biasanya dan lebih rapih dari biasanya.
“Eh..eh lu kok maenan hp terus sih Mir, itu dimakan mienya keburu dingin. Udah pada abis juga, tinggal lu doang yang belom abis,” ungkap Febi yang kesal melihat Mira bermain hp tanpa memikirkan disekelilingnya.
Mira meletakkan handphonenya, “Emang? Cuma gua nih yang belum abis? Hehe maap ya manteman.”
Mereka melanjutkan perbincangan tentang Elang sambil menunggu Mira menghabiskan makanannya.
~~
“Teet...teett..teeett..teeeett...” suara bel berbunyi yang menandakan waktunya untuk pulang, mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan tidak berkumpul seperti biasanya karena mereka ada les tambahan di luar sekolah. Hanya ada Mira, Lista, dan Gita saja. Mereka belum pulang karena mereka ada jadwal piket hari Jumat.
“Ha..ha..haidar dar dar dar dar..,” ledek Gita kepada Mira yang sedang menyapu ruang kelas. Mira hanya diam karena dia tidak sedang emosi dan cukup sabar menghadapi sahabatnya itu.
Lista tertawa melihat tingkah mereka, “Duhaduhh udah deh Git, Mira lagi sabar tuh, jadi dia ngga berontak.. kalo dia udah ilang tuh kesabarannya, dia bakal berubah jadi macan haha...” Mira hanya melirik ke arah Lista dan tidak berbicara apa-apa.
“Oooo gitu ya.. ya udah gua pulang duluan ya.. daaah.”.
“Eh.. emangnya lu udah piket Git?” tanya Lista karena dia adalah seksi kebersihan kelas tersebut, jadi Lista harus teliti siapa saja yang belum atau sudah piket dan tidak memandang apakah dia sahabatnya atau temannya bahkan teman sebangkunya.
“Eh Git, tunggu.. gua nebeng lu dong..,” panggil Mira.
Gita menengok dan hanya tertawa, “Ayo cepet, masih butuh gua juga lu ternyata..”.
Gita dan Mira pulang bersama dan ketika berada di jalan, mereka pasti berbincang-bincang apa yang tidak dipikirkan ketika mereka di kelas.
“Mir, gua udah tau dong yang namanya Haidar kaya gimana, haha,” ujar Gita.
“Ya trus?” jawab Mira sinis.
“Haha, gua chat yaa,” ledek Gita.
Mira tersenyum sinis, “Silahkan..”
Gita tertawa puas, “Haha ngga lah, yakali gua mau nikung sahabat gua sendiri.”
~~
Kringgg… kriinnggg… kringgg suara handphone Gita berbunyi ketika dirinya baru saja turun dari motornya dan melepaskan sepatunya.
“Iya, kenapa Mir?”
“Lagi ngapain lu Git? Udah sampe?”
“Ya elahh, kalo gue belum sampe, ngapain juga ngangkat telefon lu Mir, ada-ada aja,” Gita tertawa kecil dan berdiri dari duduknya.
“Ya siapa tau lu lagi istirahat gitu kan,”
“Udah cepet, banyakan basa-basi lu ah, ada butuh kan lu tiba-tiba telfon gue gini. Baru balik lagi, baru ketemu padahal barusan. Barusan loh,” ujar Gita sambil berlalu ke kamarnya.
“Eh, lu kalo mau chat si Haidar chat aja,” jawabnya sambil mondar-mandir memegang handphone di tangannya.
~~
Waktu semakin berlalu dan hari ini sudah menunjukkan pukul 18.30, Gita sudah bersiap-siap untuk menepati janjinya bertemu dengan Mira di Jong Kafe. “Udah jam setengah tujuh aja ini, gua siap-siap dulu lah sambil nunggu Mira telfon,” ujar Gita yang tengah memainkan handphonenya. Gita sudah berganti pakaian menggunakan kaos hitam dan celana jeans dengan di tambah kemeja denim warna hijau tua dengan kerudung warna hitam dan sepatu navy. Setelah itu dia melamun memikirkan tantangan apa yang akan Mira berikan untuknya.
“Kringgg..kringggg” suara handphone itu membuat Gita tersadar dari lamunannya. Dia bergegas mengangkat panggilan dari Mira.
“Hallo.. gua udah siap nih. Lu cepetan kesana ya.. gua otw,” ucap Mira.
“Ok..” jawab Gita dan langsung menyiapkan motornya untuk pergi ke Jong Kafe.
~~
“Oyy..” panggil Mira sambil melambai-lambai ke arah Gita. Gita melihat Mira dan mendekatinya kemudian Gita duduk di hadapan Mira.
“Lu mau ngasih gua tantangan apa sih?” tanya Gita dengan muka penasarannya.
Mira terdiam, “Yhaa kepo yhaaaaa.” Mukanya berubah menjadi tampak meledek tingkat dewa.
“Ah s****n, gua serius juga,” Gita kesal.
Gita kesal dan dia memainkan handphone-nya dengan wajah yang masam. Mereka terdiam sejenak. Mira tampak bingung merangkai kata-kata untuk diungkapkan kepada Gita.
“Emmm, eh Git, lu berani ngga chatting si Haidar?” dengan mukanya yang serius.
Gita hanya menatapnya, dia memastikan apakah Mira serius atau tidak. “Gelaaa, serius lu? Ngga ah tar lu marah lagi, secara gituu, ehmm..” ujar Gita dengan wajah meledek.
“Iya gua serius Git, berani ngga lu? Tapi ada syaratnya,” tantang Mira.
Gita anak yang tidak suka ditantang dan diremehkan sehingga dia akhirnya menerima tantangan dari Mira. “Emm okayyy, apa syaratnya?”.
Mira tersenyum, “Lu ngga boleh bawa-bawa nama gua dan inget chattingannya harus lu tunjukkin kegua setiap waktu. Janji?”.
“Emmm okee, janji” Gita menyodorkan kelingkingnya sebagai tanda perjanjian”. Mereka sudah berjanji dengan mengaitkan kelingking mereka satu sama lain sebagai tanda perjanjian.
“Oiya, gua mulai kapan nih mulainya, sekarang?” tanya Gita.
“Janganlah, nanti kalo lu udah sampe rumah aja,” ujar Mira.
Mereka berbincang-bincang sampai larut malam hingga waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB.
“Eh udah malem, pulang yuk,” ajak Mira.
“Ayo, lu pulang sama siapa?” tanya Gita.
“Jemput bokap, tenang aja. Udah lu sana ati-ati ya,” Mira membereskan laptopnya ke tasnya.
“Beneran ngga nih” tanya Gita khawatir karena ini sudah malam.
Mira tersenyum, “Beneran, iya udah. Lu ati-ati di jalan.”
Mereka pulang ke rumah masing-masing.
~~
Gita memulai percakapan dengan aplikasi i********: dengan men-dm Haidar terlebih dahulu.
@Gitaaaaaa : Haidar yah? :v
@Hai.dar : Ehm iya gua,,
@Gitaaaaaa : Mira sehat? :v
@Hai.dar : Alhamdulillah sehat,,
“Buset, geer banget ni anak,” dalam hati Gita menggerutu sendiri. Tanpa pikir panjang, Gita melanjutkan chatnya bersama Haidar. Tanpa lupa, setelah chat panjang dengan Haidar, dia juga tidak lupa akan janjinya untuk selalu memberitahu kepada Mira tentang percakapannya dengan Haidar. Gita men-screenshot chatnya dengan Haidar kemudian ia kirimkan ke Mira. Respon Mira awalnya biasa dan dia hanya merespon seadanya bahkan dia hanya menjawab sebisa yang dia jawab tanpa banyak berkata.
Percakapan Gita dan Haidar terus berlanjut sampai kurang lebih tiga hari mereka chattingan. Awalnya, Gita memang selalu memberitahu kepada Mira tentang chatnya bersama Haidar. Namun lama-kelamaan, sikap Mira berubah seiring dengan sikap Gita yang sebenarnya biasa-biasa saja.
Setelah beberapa hari chattingan Gita dan Haidar selalu diberitahukan kepada Mira. Mira bersikap berbeda dari yang biasanya.
“Ini lo mau liat lagi ngga chattingan gue sama Haidar. Cepet, tar kalo gue ngga mau kasih tau dikira mau nikung lo lagi. Hahaha,” Gita tertawa bersama Lista sambil meledek Mira. Mira ikut tertawa dan dilanjutkan dengan senyuman. “Udah ngga usah, gue ngga mau liat lagi.” Mira pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa. Gita dan Lista memberhentikan tertawanya dan mereka terdiam. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Mira. Mira menarik tangan Gita sambil berjabat tangan dan sambil tersenyum, “Makasih ya, berkat lo, gue jadi ngga suka lagi sama Haidar.” Gita terheran-heran melihat sikap Mira yang seolah berubah seratus delapan puluh derajat dengan sikap yang biasanya Mira ceria.