"Marahan lagi kalian ?" Tanya Susan.
"Kaya orang pacaran aja sih tiap hari marahan." Sahut Keira.
"Dika tu aneh, dia masak nglarang aku temenan sama si Ken tanpa alasan yang jelas."
"Iya Dik?" Tanya Susan.
"Ada alasannya. Tapi ga bisa aku omongin."
"Kenapa ?"
"Nanti ku kasih tau, tapi bukan sekarang."
"Yaudah, aku gak temenan sama Ken nanti aja kalau udah dikasih tau alasannya sama kamu."
"Terserah lu deh."
***
"Mau nonton film enggak?" Tanya Dika.
"Hah? Aku?"
"Lha iya. Siapa lagi ? Kan gak ada orang."
"Film apa?"
"Ada film baru di bioskop, kalo mau sih."
"Ditraktir?"
"Iyalah, kan gue yang ajak."
"Tapi laper juga."
"Iya, makan deh sepuasmu."
"Mauuuuuuuuu...... "
"Nanti ya pulang sekolah."
Ini tumbenan si Dika baik banget sama aku. Setelah dari kemarin Dika ngamuk-ngamuk ga jelas dia tiba-tiba baekin aku. Ngajak nonton film, nraktir makan pula. Sungguh kepribadian yang aneh menurutku.
Aku pilih film horor, Dika ngikut aja. Awalnya dia nolak, karena pengennya nonton film action, tapi aku gamau, aku ga ngerti film action. Aku ngambek, dan Dika nurut sama aku.
"Malu-maluin ah!" Marah Dika.
"Ya kan serem."
"Trus kenapa nonton?"
"Tapi seru !!!!"
"Tapi teriak-teriak, cakar-cakar tanganku, kan sakit."
Jadi, aslinya aku tu penakut. Tapi suka sama film horor, teriak dong aku. Dika yang duduk di sebelahku kena jeritan dan cakarku juga, dia sih diem aja pas nonton. Gatau sok berani apa emang dasarnya ga penakut.
"Emang sakit ?"
"Nih merah!" Dika menunjukkan tangan putihnya yang merah kena bekas kukuku.
"Yaampun, maaf. Aku obatin ya?"
"Gak usah. Gapapa kok "
"Ayolah ikut, kita beli obat merah dulu ya."
Kuajak Dika masuk ke hipermart, kucari hansaplas, obat merah dan alkohol biar ga infeksi. Ku gandeng tangan Dika kesana kemari. Dia nolak terus. Tapi aku ga enak, kasihan sama dia.
Byurrr !!
Tiba-tiba ada yang menyiramku menggunakan air mineral sehingga membuat wajah dan bajuku basah kuyup.
****
Aku masih ga ngerti apa salahku pada perempuan yang kutahu bernama Tere itu. Kenal tidak, bertemupun belum pernah, tapi dia sepertinya begitu membenciku tanpa sebab dan akibat yang aku tau.
Banyak mata memandang ke arahku dengan kejadian tadi. Kudengar Dika menampar Tere. Tapi aku tak melihatnya. Karena aku menutup wajahku.
"Maafin aku ya?" Dika menggenggam erat tanganku.
"Maafin aku udah bikin kamu malu di depan umum, sampai kamu basah kaya gini."
"Dia itu siapa sih Dik? Kenapa dia begitu benci sama aku ?"
"Dia itu orang gila. Kamu gak usah peduliin dia."
"Gimana bisa aku ga peduliin sementara dia terus neror aku ? Kenal aja aku enggak Dik."
"Aku janji, setelah ini aku bakal bikin dia ga berani lagi neror kamu."
"Aku ga butuh itu. Aku cuma mau kamu cerita siapa dia, dan kenapa dia benci banget sama aku. Udah itu aja Dik."
"Aku pasti cerita. Tapi bukan sekarang. Kamu istirahat dulu ya. Ganti baju, baju kamu basah, nanti kamu bisa sakit. Aku pulang dulu."
***
Aku gabisa tidur malam ini. Tere, Dika dan Ken bener-bener bikin kepala pusing. Ada aja masalah semenjak mengenal mereka. Dika jelas gak mungkin bisa diminta buat cerita, aku tau gimana Dika. Satu-satunya cara ya lewat Ken. Tapi gimana caranya ? Dika akhir-akhir ini jadi berubah. Semenjak yang kejadian aku diguyur air sama Tere kemarin dia berubah jadi sedikit lebih baik. Gak ketus kaya dulu. Dia juga tiba-tiba suka ngantar jemput aku sekolah. Kata dia biar ga diteror lagi sama Tere.
"Hai ..... Lama nunggunya ?"
"Baru kok Ken."
"Kamu kemana aja ? Kok aku susah banget hubungin kamu ?"
"Gaboleh sama Dika."
Akhirnya aku bisa mencuri-curi waktu buat bisa bertemu sama Ken. Aku coba hubungi Ken pake hape Susan. Karena kebetulan Dika ga masuk sekolah hari ini jadi aku bisa hubungi Ken.
"Emang ada hubungan apa kamu sama Dika ?"
"Hubungan ? Maksudnya ?"
"Ya kok sampai Dika nglarang kita buat deket ?"
"Gatau sih, kata Dika gaboleh."
"Menurutmu Dika gimana orangnya?"
"Kenapa tanya kaya gitu ?"
"Ganteng ga ?"
"Ha ? Kan dia cewek ?"
"Tapi tomboy. Coba deh misal Dika cowok, ganteng ga menurut kamu ?"
"Ummmm kalo dia cowok sih iya, tapi kan dia cewek."
"Kalao Dika nembak kamu, kamu mau?"
"Aneh deh..... Ngomong apaan sih Ken kamu ?"
"Eh serius ini... Perumpamaan aja."
"Gamau ah, orang sama-sama cewek juga."
"Sisi!" Tiba-tiba Dika sudah berdiri di dekatku dan Ken.
"Dika ?"
"Kenapa Dik ? Apa salahnya kalo Sisi ketemu sama gue ?"
"Diem lo !"
"Sisi bukan siapa-siapa lo Dik. Gabisa lo larang-larang dia buat ketemu gue."
"Ayo pulang Si !"
"Lo bahkan ga berani bilang tentang siapa lo yang sebenarnya ke Sisi ?"
"Bukan urusan lo !"
"Gue tantang lo buat ngomong jati diri lo yang sebenarnya. Sebelum gue yang melangkah duluan buat ngedapetin Sisi !"
"Jangan pernah temuin Sisi lagi."
****
"Sebenarnya ada masalah apa sih antara kamu sama Ken ?"
"Gak ada masalah."
"Aku mau penjelasan. Aku mau tau ada apa diantara kalian?"
"Sisi udah makan ?"
"Jawab Dika !"
"Ga ada yang perlu dijawab ah."
"Tapi aku mau jawaban ! Atau aku perlu tanya sama Ken langsung?"
"Aku gak suka kamu ketemu sama Ken!"
"Kenapa?"
"Ya gak suka !"
"Kamu aneh !"
****
Aku diem-dieman sama Dika udah dua hari. Di sekolah aku lebih memilih duduk dengan Susan, dan Keira duduk dengan Dika. Menurutku Dika udah kelewatan. Dia bahkan udah blokir nomer Ken dari hapeku. Aku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua. Apalagi saat Ken bilang mau ngedapetin aku, aku tambah ga ngerti lagi.
"Masak sih Ken ngomong gitu?" Tanya Keira.
"Iya. Kan aneh ya ?"
"Kamu curiga ga sih kalo ada apa-apa sama mereka berdua ?"
"Curiga. Tapi sayangnya diantara mereka gak ada yang mau ngasih tau. Kan aku jadi sebel."
"Eh tapi si Ken ganteng loh. Coba dia cowok."
"Eling Key, dia cewek." Toyol Susan dikepala Keira.
"Tapi masih gantengan Dika sih. Cuma dia amburadul aja."
"Keira !"
****
"Sate satu ya bang." Pesenku sama abang jualan sate di depan rumahku.
Dari jauh kulihat motor Dika masuk ke dalam gang rumahku. Kulihat jam tangan menunjukkan jam 8 malam. Dia berhenti tepat di depanku.
"Makan pizza mau?"
"Ogah!" Jawabku ketus.
"Ditraktir sama aku kok."
"Males!"
"Yakin ? Ga laper emang ?"
"Udah beli sate!"
"Tawaranku cuma malam ini doang sih. Besok batal loh."
"Bodo!"
"Yaudah aku balik ya. d**a !!!" Dika mulai menyalakan motornya.
"Ehh tunggu !"
"Apaan ?"
"Ganti baju dulu ..... "
"Satenya ?"
"Dimakan juga sambil makan pizza."
"Hahhahaha rakus. Yaudah sana ! Au tunggu sini ya ?"
Aku tau sebenarnya kalo Dika lagi nyogok aku biar ga marah lagi. Dika itu meskipun nyebelin dia itu baik sebenarnya. Tapi berubahnya juga akhir-akhir ini sih setelah aku deket sama Ken.
Sebenarnya aku juga bukan cewe matre ya, ya sekarang siapa coba yang ga seneng kalo ditraktir ? Kan kita jadi hemat uang jajan. Hahhaah ...
Ga butuh waktu lama buat aku bersiap-siap, ganti baju pake lipgloss, semprot parfum selesai ...... Cuss langsung berangkat beli pizza, tapi ga dimakan ditempat. Kita beli trus dimakan di taman kota, sambil nongkrong berdua menikmati malam kata Dika.
"Kenyang ?"
"Bangettttt ...... "
"Jangan marah lagi lah."
"Enggak marah, cuma sebel aja."
"Kenapa?"
"Karena kamu gamau jujur sama aku."
"Masalah apa ?"
"Masalah kamu sama Ken."
"Nanti jujur, tapi bukan sekarang."
"Kenapa ?"
"Karena Dika takut kalau kamu tau yang sebenarnya bahwa Dika adalah seorang lesbian."
Bruk !!! Seketika gelas es yang kubawa langsung terjatuh saat aku mendengar Ken mengucapkan hal itu. Aku tidak tau darimana asalnya Ken, dan darimana dia bisa tau kalau aku dan Dika disini. Tapi aku bener-bener syok mendengar kata-kata Ken yang mengatakan bahwa Dika adalah seorang lesbian.