"Apa maksudmu?" tanya Lynelle.
Ada hening yang tercipta. Edgar menatap kosong ke arah danau. Matanya memang begitu. Tak ada lagi sinar kehidupan. Dia melakukan semuanya berdasarkan insting dan kepekaan.
"Suatu hari nanti, jika kau sungguh-sungguh ingin keluar dari prostitusi, datanglah padaku!" tawar Edgar. Suaranya datar, sehingga Lynelle sendiri tak yakin apakah tawaran ini benar atau tidak. Jika pun benar, Lynelle tak terlalu percaya pada semua jenis kebaikan. Sebagian besar orang menawarkan pertolongan, karena ada perhitungan untung rugi. Ilmu sosial menyebutnya sebagai simbiosis mutualisme.
Jika ada kebaikan yang ditawarkan, secara alami ada hal lain yang akan orang itu ambil sebagai bayarannya. Untuk tawaran Edgar, Lynelle tak tahu jenis pembayaran yang lelaki itu kehendaki. Karena itulah ia memilih untuk tak menerima.
"Tidak. Aku sudah menerima keadaanku!" Lynelle terdengar mantap. Jika ada sesuatu yang bisa Lynelle pelajari dari kehidupan malam, maka itu adalah jangan pernah berhutang budi pada orang lain. Kau tak tahu apa yang akan orang itu ambil darimu. Bisa saja bayarannya besar. Tak ada malaikat di dunia gelap. Yang ada hanya rentenir dengan keuntungan bunga besar.
"Aku belum pernah menawarkan kebaikanku pada wanita lain. Kaulah yang pertama. Tetapi kau menolaknya dengan mudah!"
Lynelle tak tahu apakah Edgar marah atau tersinggung. Nada suaranya sulit dideteksi. Datar dan tak memiliki emosi. Untuk mengenal lelaki dingin sepertinya, tampaknya Lynelle harus bisa meraba-raba secara perlahan.
"Aku tidak menolaknya. Aku hanya bersikap realistis. Aku tak ingin menggunakan jasa orang lain dalam hidupku. Aku tak bisa berhutang budi. Jika nanti tiba saatnya aku keluar dari prostitusi, itu karena kekuatanku sendiri!" Lynelle terdengar keras kepala.
Sudah banyak teman-teman Lynelle yang diiming-imingi oleh lelaki tertentu untuk keluar dari prostitusi, dijanjikan cinta dan kehidupan mapan, tetapi pada akhirnya, ditinggalkan lagi begitu saja. Lebih parahnya, ada yang bahkan dijual lagi pada mucikari yang lebih kejam.
Marta memang licik dan manipulatif, tetapi setidaknya dia merawat anak-anaknya dan memberi kesejahteraan yang baik. Di luar sana, banyak mucikari yang menekan dan mengeksploitasi anak-anaknya sendiri hingga berakhir tragis. Lynelle masih realistis. Dia lebih memilih titik aman.
"Kau orang yang memiliki harga diri tinggi dan anti terhadap hutang budi. Tetapi, bisakah kau begitu terus sepanjang hidupmu? Bukankah pada saatnya nanti, ada kalanya kau harus bergantung pada orang lain!" Edgar mengingatkan. Nada suaranya masih datar.
Dalam dekapannya, Lynelle mendengkus kecil. Dia sangat anti pada hutang budi karena Lynelle pernah melaluinya. Dari usia sembilan tahun, ia dibesarkan oleh Marta. Dipenuhi semua keinginannya, difasilitasi, dilindungi, dan dijamin kehidupannya. Lihat saja akhirnya seperti apa. Sekarang Lynelle seperti boneka yang harus tunduk dan mengikuti semua kemauan Marta. Lynelle terpenjara dengan siklus tersebut. Mau tak mau, kata-kata Marta adalah kewajiban baginya. Sebagai balas jasa atas apa yang telah Marta lakukan untuknya.
Dari situlah Lynelle belajar banyak hal. Jika kau ingin melangkah bebas dan tak dikendalikan, kau harus berdiri sendiri tanpa topangan orang lain.
"Edgar," panggil Lynelle lirih.
"Ya?"
"Kau memiliki kekuarangan pada penglihatan. Tetapi kau selalu memilih wanita cantik dan menyeleksinya begitu ketat."
"Lantas?"
"Kenapa? Bukankah akhirnya mereka sama saja?"
"Kau berpendapat orang yang buta tak memiliki selera, begitu ya? Lynelle, aku adalah lelaki perfeksionis. Meskipun aku tak bisa melihat, tapi aku tak mau sembarangan mengambil. Aku memiliki uang, kekuasaan, dan kemampuan. Kenapa aku harus menerima w************n jika aku bisa membeli yang mahal?"
"Semahal-mahalanya p*****r, tetap saja p*****r, Edgar. Lebih bernilai wanita biasa yang bermoral!" Lynelle mengingatkan.
Banyak teka-teki yang tersemat dalam kehidupan lelaki ini. Caranya berpikir, caranya mengambil tindakan, caranya memutuskan sesuatu, semuanya. Bahkan, pekerjaaan Edgar juga tak terekspos. Ini membuat Lynelle jadi kian bertanya-tanya. Apa yang dilakukan lelaki ini untuk bertahan hidup?
"Lebih baik menghadapi p*****r yang tidak munafik dan dari awal tahu akan tujuannya dari pada wanita bermoral yang ujung-ujungnya tak lebih baik karena memiliki niat memanfaatkanku. Kau pikir aku belum pernah mencoba berhubungan dengan wanita baik-baik? Sudah berkali-kali. Dan aku tak suka saat keburukannya mulai nampak!"
Edgar tersenyum sinis. Dia pernah menjalin hubungan dengan wanita baik-baik, tetapi lihat apa yang terjadi. Mereka tak ubahnya benalu yang memanfaatkan Edgar dengan dalih ini itu. Pada akhirnya, Edgar membuang mereka semua.
Lynelle memilih tak menanggapi. Dia juga mengetahui apa yang dikatakan Edgar. Di luar sana, banyak wanita baik-baik yang hatinya lebih buruk dari p*****r. Memang tidak semuanya. Tetapi ada sebagian yang seperti itu.
"Bolehkah aku bertanya kau bekerja sebagai apa?" tanya Lynelle, akhirnya melontarkan pertanyaan ini juga. Dari tadi ia berusaha menahan. Tetapi tanya ini berada di ujung lidahnya dan mau tak mau keluar juga.
"Dad mewarisiku banyak perusahaan penting. Dalam bidang real estate, property, perusahaan tambang, dan fashion. Aku mengembangkannya di balik layar, mencari celah dalam pemasaran, dan menciptakan peluang-peluang baru. Singkat kata, aku berada di balik latar belakang!" Edgar mengeratkan pelukannya, ingin mengetahui respon Lynelle. Apakah wanita ini terkejut? kaget? atau tak percaya?
Untuk menghadapi Edgar yang pintar, Lynelle juga tak kalah pintar. Dia mengendalikan reaksinya sebegitu rupa, mencoba tidak menampakkan emosi.
Pekerjaan dan kekayaan orang adalah sesuatu yang sangat sensitif. Saat ini Edgar mungki mencurigai motif Lynelle bertanya tentang hal ini. Memangnya, lelaki mana yang suka ditanya-tanya tentang pekerjaan oleh wanita panggilan di hari pertama mereka bersama?
"Kenapa kau bertanya?"
Benar, bukan? Edgar pasti mencurigai Lynelle. Pertanyaan yang ia lontarkan sebelumnya cukup sensitif.
"Aku hanya ingin memastikan jika lelaki yang kulayani bukanlah pembunuh bayaran, atau psikopat kelas tinggi yang suka menyiksa wanita sebegitu rupa hingga saat-saat kematiannya!" Lynelle tertawa kecil.
Saat ia kecil, ia sering mendengar percakapan ayah dan ibunya yang merupakan jurnalis. Mereka pernah membahas tenang pembunuh dan psikopat. Jenis-jenis orang yang bisa melakukan segalanya hanya demi hasrat mereka yang sakit.
Di dunia ini, banyak orang yang tercipta dengan berbagai macam kondisi. Ada yang normal, ada yang tidak. Ada yang sehat, ada yang sakit. Ada yang baik, ada yang buruk. Begitu terus. Bukan hal yang aneh jika di beberapa kasus, psikopat dan pembunuh adalah sosok nyata yang patut kita waspadai. Biasanya, seorang psikopat itu cerdas. Otaknya manipulatif. Dia bahkan bisa membohongi orang cerdas dan aparat hukum demi tujuan-tujuannya yang tak masuk akal.
"Kau takut dengan pembunuh dan psikopat?" tanya Edgar.
"Ya. Meskipun aku bersikap realistis dan mencoba menahan ketakutanku, tetap saja di hatiku yang terdalam rasa takut itu tetap ada!" Lynelle mengakui. Dia masih menatap pemandangan danau di depan sana. Banyak orang mulai melakukan aktifitas-aktifitas kecil di tepi danau. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu.
Ada yang melakukan senam, berlari-lari, dan membawa anjingnya berjalan-jalan. Susana jadi semakin hidup. Banyak orang yang mulai paham akan nilai kesehatan. Mereka melakukan perbaikan dalam pola dan gaya hidup.
"Kalau begitu, mungkin kau harus berhati-hati dengan aku dan ayahku, Lynelle!" Edgar berkata serius. Seketika, Lynelle berbalik dan menatap mata Edgar yang kosong. Jantung Lynelle mulai berdentam tak stabil. Mungkinkah yang baru saja Edgar katakan adalah suatu peringatan? Atau hanya berkelakar saja?
"Apa maksudmu, Edgar?" tanya Liynelle kemudian.
"Aku dan ayahku memiliki sisi gelap. Kami bisa menjadi pembunuh atau bahkan, psikopat juga. Kau tahu bagaimana aku membunuh jalang-jalang sebelummu?"
"Bagaimana?"
"Aku memotongnya perlahan-lahan beberapa bagian tubuhnya hingga akhirnya kehabisan darah. Karena aku tak bisa melihat, jadi mendengar suara teriakannya saja sudah mampu membangkitkan hasratku. Di lain kasus, aku bercinta dengan korban dan saat dia o*****e, aku menggorok lehernya! Dad bahkan lebih sadis. Dia bisa menguliti orang hidup-hidup!"
Lynelle berdiri mematung. Dia mengedipkan matanya yang membulat sempurna.
…