Part 9

1065 Kata
"Kamu itu istriku, jangan terlalu dekat dengan Kevin." "Istri yang tidak kamu harapkan 'kan, Mas?" ________ Bukan Istri Idaman Aulia Azzahra Aku langsung masuk ke kamar mandi, ternyata Mas Bisma sudah pulang. Dadaku berdebar saat melihat Mas Bisma, apalagi dia sedang memeluk fotoku. Sebenarnya ada apa dengannya. Aku harus berusaha cuek pada Mas Bisma, Kevin bilang biar Mas Bisma menyadari kalau aku berharga. Itu kenapa Kevin menjadikan aku seorang model. Kuguyur tubuhku untuk meredam perasaanku dan juga untuk menyegarkan tubuhku karena dari pagi tadi aku sudah melakukan pemotretan yang melelahkan, berkali-kali aku harus berganti pose. Ah kukira menjadi model itu mudah ternyata melelahkan. Tiga bulan menurut mereka aku sudah termasuk cepat untuk seorang pemula. Apalagi Kevin selalu berusaha membuatku bisa melakukannya makanya dia mengenalkanku dengan beberapa model yang sudah lama di dunia model. Sebenarnya aku tidak begitu menyukai profesi model ini, aku lebih suka menjadi istri yang selalu ada di rumah melayani suami dan mengurus anak-anakku nanti. Anak? Mana mungkin aku akan punya anak jika mendekatiku saja Mas Bisma tidak mau. Sekarang saja aku masih berusaha membuat Mas Bisma mau menerimaku sebagai istrinya, termasuk menjadi model. Selesai mandi, dan memastikan Kevin sudah keluar dari kamar segera aku keluar kamar mandi untuk ganti baju, dan sialnya lagi aku tidak membawa jubah handuk. Akhirnya aku hanya memakai handuk saja, biarlah meski ada Mas Bisma dia juga tidak akan peduli denganku. Aku melewatinya saat Mas Bisma sedang memperhatikan ponselnya, padahal jantungku sudah mau copot saja. Kuambil baju dan segera memakainya, aku tidak ingin Mas Bisma tiba-tiba masuk ke sini. Selesai memakai baju, aku berbalik …. Auw! Mas Bisma ternyata sudah di dalam ruang ganti, apa dia melihatku. Memalukan sekali sih. Mas Bisma mendekatiku, semakin mendekat. Dadaku bergemuruh, aku tidak bisa berkutik saat Mas Bisma mengunciku dengan tubuhnya yang kekar. "Apa yang kamu lakukan dengan Kevin?" Dadaku masih berdebar, aku tidak mau kalau Mas Bisma tahu apa yang terjadi antara aku dan Kevin. "Jawab!" "Aku tidak melakukan apa-apa," jawabku sambil menunduk. "Kamu itu istriku, jangan terlalu dekat dengan Kevin." ucap Mas Bisma terlihat marah, tapi aku tidak akan diam saja akan kubuat Mas Bisma mengejarku. "Istri yang tidak kamu harapkan, iya 'kan, Mas?" Setelah mengatakan itu, aku langsung meninggalkannya. Aku takut kalau Mas Bisma melihatku grogi di depannya. Ingat Aulia, Biarkan Mas Bisma menyadari kalau kamu pantas menjadi istrinya. Segera aku ke dapur untuk memasak karena Mas Bisma sudah ada di rumah. Kurasa aku makin bersemangat saat Mas Bisma ada di rumah. Saat aku di dapur, terdengar suara orang muntah di kamar mandi belakang. Kamar mandi itu tempatnya tidak jauh dari dapur. Aku penasaran siapa yang ada di kamar mandi itu, saat aku mendekat ke kamar mandi tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Niken keluar dari kamar mandi dengan keadaan pucat. Apa dia sedang masuk angin. "Kamu masuk angin?" tanyaku. Niken tidak menjawab pertanyaanku, memang dia selalu tidak suka denganku. Biarlah aku juga tidak peduli dengannya. Aku memasak masakan kesukaan Mas Bisma, aku juga sudah tahu makanan kesukaan Mas Bisma, ibu yang memberitahukan padaku. Selesai memasak aku menuju ruang kerja Kevin untuk membahas pekerjaan besok, sebenarnya kasihan juga Kevin selain mengurus butiknya sekarang menjadi managerku. "Kak, kenapa nggak nungguin Mas Bisma, kasihan dia di kamar sendirian." "Aku grogi didekatnya, Kevin." "Ada-ada saja kamu, Kak. Seharusnya kalian ini honey moon bukan malah sendiri-sendiri gini." "Biarlah, percuma juga aku di dekatnya, dicueki juga." "Ya sudah, Kakak pelajari ini saja dari pada pusing mikirin suami yang nggak peka, bener nggak?" Kami menertawakan kelakuan Mas Bisma. Memang Kevin sangat berbeda dengan Mas Bisma. Tiga bulan dekat dengan Kevin aku merasa nyaman, sedang dengan suami sendiri aku merasa canggung. Kami membahas pekerjaan sampai waktu shalat magrib, kami mengakhiri pekerjaan kami. Kevin pergi ke masjid, aku keluar dari ruang kerja Kevin dan berpapasan dengan Mas Bisma. Mas Bisma menatapku tajam tanpa ada senyuman, dia terlihat kesal sekali. Segera kutunaikan kewajibanku, mengadu pada sang pencipta. Aku tidak tahu bagaimana kehidupan pernikahan yang aku jalani, yang jelas aku berharap bahwa aku ingin memperjuangkan pernikahan ini. Aku sangat berharap Mas Bisma mau menerimaku sebagai istrinya. Selesai Shalat, aku menunggu kedatangan Mas Bisma, mengingat saat aku pulang Mas Bisma tertidur sambil memeluk fotoku. Apa dia sudah mulai menerimaku. Kulihat fotoku yang tadi di peluk Mas Bisma, melihatnya aku memang merasa aku telah berubah, aku sudah seperti gadis kota yang menarik. Bahkan saat foto itu aku unggah di sosial media, aku mendapat ribuan like. Pintu kamar terbuka, Mas Bisma menatapku lekat. Dia mendekatiku, kusalami Mas Bisma penuh takzim. Mas Bisma tersenyum manis, sangat beda dari biasanya. Kurasa karena perubahan dalam diriku membuat Mas Bisma berubah baik, setidaknya dia mau tersenyum. "Ayo kita makan dulu, Mas. Tadi aku masak makanan kesukaanmu," ajakku. Mas Bisma menggandeng tanganku, hatiku seketika meleleh. Mudah sekali aku jatuh cinta. Semua keluarga sudah berada di ruang makan, Mas Bisma merangkulkan tangannya di pinggangku. Melihat itu, ibu dan ayah tersenyum ke arah kami. "Nah, begitu dong. Suami istri itu harusnya seperti ini, masa sudah tiga bulan lebih masih belum akur. Ibu senang melihat kalian seperti ini," ujar ibu senang. Kurasa Mas Bisma sengaja melakukannya di hadapan keluarganya, terlihat sekali jika di buat-buat. "Sayang, tolong ambilkan ya?" Sayang? apa aku tidak salah dengar? Dengan senang hati ku ambilkan makanan untuk Mas Bisma, dia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Selesai makan Mas Bisma menarik tanganku untuk masuk ke kamar kami. Aku mengikuti kemauannya, entah apa yang direncanakannya. Setelah di dalam kamar, Mas Bisma terlihat seperti biasanya dengan wajah tegang dan menyuruhku duduk di sofa yang ditunjuknya. Mas Bisma duduk di sampingku dengan tenang. "Coba ceritakan apa yang kamu lakukan seharian tadi bersama Kevin," ucap Mas Bisma sambil menatapku tajam. Aku menunduk, tatapannya begitu menakutkan. "Aulia!" serunya. "Tadi … aku ada kerjaan, setelah selesai Kevin mengantarku belanja," jawabku terbata. "Hanya itu?" "Iya." "Sedekat apa hubunganmu dengan Kevin?" tanya Mas Bisma terlihat tidak suka. "Ya, biasa saja dia hanya mengantarku pemotretan setelah itu pulang." Kulihat Mas Bisma tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan. Memang dua bulan yang lalu Kevin mengatakan kalau dia mencintaiku dan memelukku waktu kami terjebak dalam lift. Namun kami tidak melakukan apa-apa, itu hanya perasaan spontan saja dan kami telah melupakan kejadian itu. Tapi tidak mungkin aku menceritakan pada Mas Bisma. "Ya sudah, tidurlah pasti kamu lelah." Mas Bisma menyuruhku tidur lalu meninggalkanku di dalam kamar sendirian. Aku bingung dengan perilaku Mas Bisma, tidak bisa menebak perasaannya. Tapi sedikit perhatiannya meyakinkanku bahwa perubahanku setidaknya Mas Bisma mau melihatku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN