Agenda Carla

2018 Kata
Karla mendekati Samuel lalu memeluk sahabatnya itu, dia benar-benar sangat senang akhirnya ada yang dia ingat dari sekian orang yang dia temui sejak dia sadar dari tidur panjangnya. Sedangkan Dareen yang sedari tadi menunggunya berdecak kesal karena waktunya sudah banyak terbuang.   “Kamu sudah benar-benar sembuh?” tanya Samuel sembari memperhatikan seluruh tubuh Carla.   “Iya, hanya saja aku ….” Carla mendekatkan bibirnya di telinga Samuel, “Melupakan sebagian ingatanku,” bisiknya.   “Apa? Kamu hilang ingatan?” Samuel terkejut mendengar ungkapan Carla.   Gadis itu mengangguk, dia lalu meletakkan jarinya di bibir ,”Ini rahasia, aku hanya mengingatmu dan laki-laki itu saja,” ucap Carla setengah berbisik.   Ehem!   Suara deheman Dareen menyadarkan mereka, Samuel langsung memberi jarak pada Carla, lalu Carla menoleh dan menatap Dareen dengan tatapan tidak suka.   “Nona Carla, bukan saatnya anda bermain-main. Sekarang saatnya anda menyelamatkan perusahaan ayah anda,” tegas Daren dengan wajah kesal.   Carla akhirnya mengikuti lelaki angkuh itu setelah sebelumnya berpamitan pada Samuel, dia merasa sedikit tenang karena di kantor itu dia bisa bertemu dengan manusia  bukan singa, gerutunya dalam hati.   Carla mendahului Daren kemudian langsung menghempaskan tubuhnya di sofa dengan menekuk wajah kesal, lelaki angkuh itu telah merusak mood-nya pagi ini selain kejadian di rumah tadi.   “Sebaiknya, Nona berhati-hati dengan orang yang Nona temui.” Daren berkata tanpa menatap kearah Carla, dia lebih senang melihat layar laptopnya dibanding menatap pemilik wajah oval itu.   “Apa maksudmu, dia itu sahabatku sejak kecil. Dari sekian orang yang aku temui, hanya dia yang aku kenal. Aku yakin orang yang aku kenali itu orang baik, atau mungkin orang yang … MENYEBALKAN,” ujar Carla sembari melirik Dareen, sengaja dia menekankan kata menyebalkan untuk menyindir Dareen.   “Yang anda katakan itu benar, Nona. Siapa tahu orang yang anda kenal memang orang yang menyebalkan, jadi berhati-hatilah.”   “Kamu orang menyebalkan itu, Tuan Angkuh,” ucap Carla, tentu saja dalam hati. Melihat rahang yang mengeras milik Dareen membuat nyalinya menciut.   “Hei, bukankah aku ini adalah pemilik seluruh kekayaan ini, kenapa aku takut pada dia,” gerutunya lagi dalam hati.   “Rapat sudah siap, Tuan,” panggil sekretaris berpenampilan rapi itu sembari mengetuk pintu.   Dareen memberi tanda dengan lambaian tangan, lalu sekretaris itu meninggalkan ruangan itu seolah tahu apa yang harus dilakukannya.   Lelaki bertubuh tegap itu mendekati Carla dengan membawa laptopnya, dia menunjukkan apa yang harus Carla lakukan nanti di depan para pimpinan perusahaan dan pemegang saham.   “Nona hanya membaca teks ini setelah itu menandatangani surat yang nanti saya berikan pada Nona,” ujar Dareen.   Carla mengangguk pasrah, dia tidak membantah ucapan Dareen karena dia ingin segera menyelesaikan urusan pekerjaan dan ingin segera bertemu dengan orang normal. Ya, baginya, selain Samuel tidak ada orang normal yang dia temui, termasuk orang-orang yang ada di rumahnya.   Ruangan rapat yang cukup luas itu, membuat Carla gugup. Dia tidak yakin bisa berbicara di depan orang-orang penting itu, dia merasa hanya anak ingusan yang dipaksa menjalani tugas konyol yang tidak dia ketahui sama sekali.   Rapat para petinggi perusahaan pun dimulai, Dareen dengan begitu cerdas membahas permasalahan dalam perusahaan. Kematian pemilik perusahaan membuat perusahaan inti berikut anak perusahaan menjadi sedikit guncang, apalagi Frans tidak mempunyai keturunan laki-laki, satu-satunya pewarisnya adalah  anak perempuan manja yang membuat para petinggi perusahaan ragu perusahaan akan berjalan dengan semestinya. Dareen meyakinkan pada para pemegang saham dan para petinggi perusahan bahwa tidak akan ada perubahan yang terjadi, dia juga meyakinkan bahwa Carla sangat mampu menggantikan ayahnya.   Kini giliran Carla yang memberikan sambutannya untuk pertama kalinya. Dia menatap ragu pada Dareen, lalu lelaki itu mendekati Carla berpura-pura membenarkan mikrofon.   “Nona harus bisa, jangan kecewakan Tuan Frans,” ujarnya, lalu dia menekan tombol untuk menyalakan mikrofon.   Carla menarik napasnya lalu memejamkan matanya untuk meyakinkan pada dirinya bahwa dia bisa. Tiba-tiba sekilas bayangan orang tuanya terlintas, senyum tulus sang ibu dan tatapan penuh kasih sayang ayahnya membuatnya punya keberanian. Carla segera menatap ke atas agar air matanya tidak jatuh, “Kenapa kalian pergi secepat ini,” keluhnya dalam hati.   Para anggota rapat saling pandang saat Caral tidak segera menyampaikan sambutannya. Dareen semakin kesal Karena Carla akan membuat wibawa nama Fransisco jatuh.   “Nona Carla, silahkan,” tegur Dareen.   Carla menghela napasnya panjang, lalu dia mulai membuka kertas yang diberikan Dareen tadi, dia pun terbelalak saat menghitung jumlah kertas yang akan dia baca. 25 lembar kertas yang berisi tulisan penuh yang harus dibacanya, Dia lalu menoleh ke arah Dareen dan menaikkan dagunya mempertanyakan perihal kertas itu, dia pun langsung mendapatkan anggukan dari Dareen dan tatapan penuh ancaman.   Akhirnya Carla menyerah, dia membaca lembar demi lembar hingga selesai. Tidak ada kegugupan sedikit pun. Meskipun dia tidak mengerti sama sekali tentang perusahaan, tapi wajahnya yang terlihat tenang membuat para anggota rapat yakin bahwa Carla mampu melanjutkan menjadi  pengganti pimpinan perusahaan. Ternyata Carla punya jiwa pemimpin yang diwarisi dari Frans—ayahnya, seperti pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.   Setelah selesai memberi sambutan, Dareen menyodorkan surat-surat yang harus ditandatangani Carla. Gadis itu sedikit ragu karena itu penandatanganan surat-surat penting, dia takut melupakan tanda tangannya, tapi untuk kesekian kalinya Dareen meyakinkan bahwa akan baik-baik saja. Akhirnya penandatanganan selesai dilakukan, Rapat pun selesai dalam waktu yang cukup lama.   Para anggota rapat sudah meninggalkan ruangan rapat, Carla merasa lega akhirnya menyelesaikan tugas dari Dareen. Tiba-tiba tubuhnya lemas dan pandangannya kabur. Saat dia akan berdiri, tubuhnya terhuyung dan secepat kilat Dareen menangkap tubuh Carla.   “Nona, anda kenapa?” pertanyaan yang sempat didengar Carla dan setelah itu Carla tidak ingat apa pun.   “Cepat panggil Dokter Jodi,” perintah Dareen pada salah satu staf di sana. Dareen membopong tubuh Carla ke ruang direktur utama, karena hanya di ruangan itu lah yang ada kamarnya. Frans sering menginap di sana saat ada banyak pekerjaan.   Dareen sangat khawatir apalagi tubuh Carla semakin pucat, dia menggenggam tangan gadis itu , denyut nadi yang semakin melemah membuat tubuhnya berpeluh meskipun AC menyala. Dia takut jika terjadi hal buruk pada Carla padahal baru kemarin Carla sembuh.   Tidak lama kemudian, Dokter Jodi sampai dengan wajah yang tak kalah panik. Dia lalu mengambil stetoskop dan juga sphygmomanometer dan melakukan pemeriksaan pada Carla. Setelah melakukan pemeriksaan, Dokter Jodi meletakkan peralatannya, dia sedikit lega karena tidak ada hal buruk pada Carla.   “Tuan Dareen, apa anda sudah memastikan makanan yang dikonsumsi Nona Carla?” Dokter Jodi bertanya dengan wajah tenang.   Dareen juga tidak berpikir tentang masalah itu, seharusnya dia memastikan pada pelayan rumah untuk memberikan makanan sehat untuk Carla. “Maaf, Dok, saya tidak memperhatikan makanan Nona Carla,” sesalnya.   “Saya mohon, tolong perhatikan apa pun yang masuk ke tubuh Nona Carla, ini sangat penting bagi kesembuhan Nona Carla dan juga pastikan kondisi kejiwaan Nona Carla harus baik.”   Saat Dokter Jodi mengatakan hal itu, Carla sudah sadar, dia pun tersenyum karena punya senjata untuk menolak semua aturan yang dibuat Dareen, apalagi setelah ini dia harus ke luar kota untuk menghadiri peresmian pabrik baru.   “Nona sudah sadar? Apa masih pusing atau ….” Dokter Jodi menekan denyut nadi yang masih melemah.   “Saya capek, ingin istirahat,” ucap Carla dengan suara lirih.   “Iya, Nona harus istirahat dulu. Tuan Dareen, tolong siapkan makanan untuk Nona,”  perintah Dokter Jodi. Untuk urusan perhatian, Dokter Jodi jauh lebih lembut memperlakukan Carla, satu hal yang membuat Carla senang bertemu Dokter Jodi. Selain tampan, Dokter Jodi juga sangat ramah.   Dareen segera menghubungi pelayan rumah untuk membawakan makan buat Carla, dia sangat marah saat mendapat laporan bahwa Carla tadi belum makan karena ada insiden kecil di rumah besar. Tangannya mengepal ingin sekali memberi pelajaran pada keempat orang yang menumpang di rumah besar itu.   Dalam waktu singkat, dua orang pelayan bergegas membawakan makanan untuk Carla. Para pelayan itu telah bekerja keras menyiapkan berbagai makanan yang diperintah Dareen. Bagi para para pelayan, Dareen adalah salah satu orang penting yang harus ditaati perintahnya karena dulu tuan besar juga memperlakukan Dareen seperti keluarganya. Dareen juga menjadi orang kepercayaan Frans hingga kepergiannya menyerahkan semua kekayaannya untuk dia kelola sebelum Carla benar-benar bisa mengelola kekayaannya.   Pelayan itu menyiapkan makanan dan menaruhnya di meja beroda yang mereka bawa dari rumah besar, Dareen lalu membawanya masuk ke dalam ruangan tempat Carla bersama Dokter Jodi. Tatapannya tajam kearah Dokter Jodi yang menggenggam tangan Carla. Seketika Dokter Jodi melepaskan genggamannya.   “Nona harus makan dulu agar kondisi Nona segera pulih,” ujar Dokter Jodi lembut.   Carla mengangguk dan tersenyum pada Dokter Jodi, dia lalu berusaha bangun. Kedua lelaki itu bersamaan segera membantu Carla untuk duduk. Dareen menatap tajam Dokter Jodi, lalu Dokter itu menggeser tubuhnya dan membiarkan Dareen membantu Carla. Dareen memang punya wewenang atas apapun dari Carla.   Carla sebenarnya lebih suka dibantu Dokter Jodi karena menurutnya Dokter Jodi lebih manusiawi daripada Dareen. Dia lalu sedikit menggeser tubuhnya agar Dareen menjauhinya, dia menatap sinis lelaki itu, tapi Dareen tidak merasa terganggu dengan tatapan sinis Carla. Dareen mengambilkan makanan dan bersiap menyuapi Carla, dia ingin memastikan sendiri apapun yang akan masuk ke tubuh Carla, dia tidak mau hal buruk terjadi pada Carla. Dia sudah berjanji akan menjaga Carla melebihi nyawanya sendiri, itu adalah janjinya pada Frans.   “Aku bisa sendiri.” carla  berusaha menolak suapan dari Dareen, tapi lelaki itu terus saja menyodorkan makanan ke mulut Carla dengan menatapnya tajam.   Tatapan tajam itu membuat Carla akhirnya mau membuka mulutnya, dia tahu lelaki angkuh itu tidak akan menuruti ucapannya. Dia menyumpahi Dareen dalam hati “Awas saja, tidak akan ada wanita yang mau menikah denganmu, dasar lelaki angkuh,” gumamnya dalam hati.   “Nona menyumpahi saya?” Pertanyaan Dareen membuat makanan yang akan masuk melewati tenggorokannya tiba-tiba tersangkut, Carla menepuk dadanya dan dengan cepat Dokter Jodi mengambilkan minum untuk Carla.   “Pelan-pelan saja makannya, Nona,”ucap Dokter Jodi lembut sembari membantu Carla minum.   “Terima kasih, Dokter,” ucap Carla lembut lalu melirik sinis pada Dareen, tapi lelaki itu tidak mengubah ekspresinya, dia menyendokkan lagi makanan dan menyodorkannya ke mulut Carla.   Bagi Carla, kelakuan Dareen membuatnya kondisi hatinya semakin memburuk,  dia tidak bisa membayangkan setiap hari harus bersama Dareen. Carla menyesalkan kenapa ayahnya begitu percaya pada Dareen padahal lelaki itu tidak bersahabat sama sekali, dia juga terlalu angkuh dan juga sangat menyebalkan.   Carla tidak menolak  suapan demi suapan yang diberikan Dareen, dia masih tidak punya keberanian melawan lelaki itu.Dia sendiri tidak tahu kenapa dia takut pada lelaki itu. Sejauh yang dia ingat, sejak dulu dia memang takut pada lelaki itu.   Setelah selesai menyuapi Carla, Dareen membawa keluar lagi sisa makanan dan memberikannya pada pelayan, dia lalu kembali keruangan itu. Dia menatap tidak suka pada Dokter Jodi yang begitu ramah pada Carla.   “Sebaiknya, Dokter Jodi segera kembali, Carla sudah membaik,” usir Dareen.   Dengan berat hati, akhirnya Dokter Jodi menuruti perintah Dareen, dia tidak akan berani melawan perintah Dareen. Hal ini juga membuat Carla semakin membenci Daren, lelaki yang banyak mengatur hidupnya.   “Silahkan, Nona istirahat, saya akan menunggu Nona di sini,” ujar Dareen lalu dia duduk tak jauh dari ranjang itu.   Carla menelan ludahnya, dia tidak habis pikir dengan kelakuan Dareen, mana mungkin dia bisa tidur dengan ditemani tatapan menyeramkan lelaki angkuh itu, dia mengumpat kesal dalam hati kelakuan Dareen yang tidak manusiawi.   “Nona, tidak perlu menghabiskan tenaga Nona untuk mengumpat saya, simpan tenaga Nona karena satu jam lagi kita ke luar kota.”   Carla melotot, dia benar-benar ingin melempari Dareen dengan apa pun yang ada di dekatnya, dalam keadaannya yang masih lemah , Dareen masih saja melanjutkan jadwal yang telah disusun. Bahkan menggerutu dalam hati saja Carla tidak bisa. Akhirnya Carla mengalah lagi dan merebahkan tubuhnya sambil memikirkan cara agar bisa lepas dari terkaman macan itu.   Karena kondisinya yang masih lemah, akhirnya Carla tertidur juga meskipun diiringi tatapan tajam Dareen. Carla pun di buai mimpi dan dalam mimpinya pun Dareen hadir untuk mengintimidasinya.   Guncangan di tubuh Carla membuat gadis bermata biru itu terbangun dengan paksa, dia pun tersentak saat pertama kali yang dilihat adalah lelaki angkuh itu lagi. Dareen telah menghantuinya di alam nyata maupun dialam mimpi. Dia meluaskan pandangannya dan melihat dua pelayan rumahnya juga sudah berada di ruangan itu.   “Kalian berdua, segera kerjakan tugas kalian,” perintah Dareen lalu dia meninggalkan ruangan itu.   “Ada apa ini?” tanya Carla dengan wajah panik saat dua pelayan itu mendekatinya.                    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN