"Iya tadi aku kebetulan lewat," lanjut dia.
"Kayak di ftv ya?Tiba-tiba pas aku nyanyi kamu lewat gitu."
"Nggak sih aku banyakan denger yang qosidahan tadi sebelum kamu. Pas kamu nyanyi, aku angkat telepon."
"Wkwk kocak beut qosidahan pas ambil nilai. Tapi mereka dapet nilai bagus lho? Kata Bu Venny, mereka menjiwai gitu."
"Oh ya? Waaw, itu teman-teman kamu kan?"
"Iya, sama kayak kamu sama Elisa dan yang lain."
Savira senyum, dia hampir ketawa tapi gajadi karena ini UKS dan ada siswa yang lagi sakit.
"Eh tapi berarti kamu lama dong di deket ruang kesenian tadi?"
"Iya, tadi izin sama guru. Gabut soalnya ngantuk juga."
"Wkwk, ternyata cewek juga bisa gabut atau ngantuk kalau jam pelajaran? Aku kira semua cewek itu serius dengerin guru."
"Nggak lah, kamu nggak tau aja banyak cewek yang ngumpetin headset bluetooth dibalik rambut. Aku justru kagum sama cowok-cowok. Kalian kayak lebih jujur gitu. Kalo serius ya serius, kalo bosan ya keliatan. Cewek ada kan yang gayanya serius dengerin guru, padahal muter lagu Blackpink."
"Ahaha Blackpink."
"Oh iya Van. Maaf ya tadi aku tu sebenarnya nggak niat ngajakin mereka. Cuma kamu tau sendiri kan geng cewek itu keponya minta ampun. Aku juga sih yang salah, ngapain aku cerita. Jadinya aku sendiri yang malu tadi pas ketemu kamu dan ada mereka. Kamu nggak marah kan?"
"Iya gapapa kok. Udah kejadian ini."
Satu siswa (mm, harusnya aku tulis pasien) menggeliat di tempat tidurnya. Savira mendekat dan mencari tahu apa dia butuh sesuatu. Sedangkan aku justru dapat ide. Daripada tidur di kelas dan dimarahin guru, mending pura-pura sakit aja ya? Bisa tidur enak di UKS. Kali aja yang jaga Savira, kan seru.
Hey aku nggak bilang siswa yang di UKS ini pura-pura sakit ya? Maksudnya bukan gitu. Ah dasar kalian.
Anak aneh, biasanya cewek itu jadi berani kalau sama gengnya. Kalo sendiri malah pendiam . Ini kok kebalik ya? Aku jadi senyum sendiri, sembari ngeliatin Savira ngasih minum ke pasiennya.
"Savira, aku balik ke ruang kesenian dulu ya," ucapku pamit. Tentu saja aku nggak teriak-teriak. Aku udah jalan mendekat kok. Jangan panik gitu kaliannya.
"Van, tunggu bentar." Savira malah nahan aku balik. Mau ngomong dia kayaknya.
"Gimana, jadi besok ujian fisika di kelas aku?" Tanyanya kemudian.
"Jadi. Tadi aku udah izin sama Bu Sinta."
"Mau belajar bareng nggak di rumahku sore ini?"
Demi apa aku diajak belajar bareng?
"Hmm, gimana ya?" Aku sih pengen banget bilang iya tapi....
"Yaudah nanti pulang langsung ke rumah aku aja. Apa nggak bareng aja nanti sama supir aku?"
"Aku kayaknya harus pulang dulu Ra. Nanti habis itu aku ke rumah kamu aja gimana?"
"Okey boleh. Aku nunggu di rumah berarti ya. Nanti aku shaleroc "
"Jadi ikutan belibet, shareloc."
"Oh iya shareloc."
"Mau shareloc pake apa?"
"Pake WA lah."
"Kan belum ada nomornya?"
"Oiya, kayak udah kenal lama. Padahal baru ngomong hari ini ya?"
Kami akhirnya bertukar nomor WA dan aku kembali ke ruang kesenian nggak lama setelahnya.
Kayaknya Savira cewek nggak bener. Hayo ngaku ada yang mikir gitu kan pasti. Sama, si Eval juga mikir gitu pas aku cerita. Kenapa? Karena dia yang seolah nyari kesempatan biar bisa sama aku? Emang kenapa kalau gitu? Nggak ada salahnya kan?
Teorinya cowok yang harus modus duluan, nyari kesempatan. Dan ceweknya musti jutek atau nggak jadi bad girl dulu buat cowoknya. Katanya sih itu harga diri. Ah, kalian kebanyakan nemu scriptnya ngikutin tren sih. Maklum, viral adalah kiblat semua konten di negara ini kan? Sesuatu yang meaningless aja asal viral pasti banyak yang ngikutin.
Lagian Savira cuma ngajak belajar bareng kok. Bisa jadi aja kan ada yang dia nggak ngerti. Dia nggak tau aja aku lebih nggak ngerti.
Motor tua Bang Bogem menemaniku menyusuri jalanan kota. Waah ternyata gini suasana kota di sore hari. Hampir nggak pernah bisa aku nikmati sih. Biasanya kalo pulang yaa mesti buru-buru. Karena rasanya banyak aja urusan rumah yang perlu aku selesaikan. Padahal nggak juga sih.
Syukurlah Bang Bogem tadi mau-mau aja aku pinjem motornya. Dia emang baik sih. Beruntungnya aku kenal abang jago, tapi baik gitu. Bukan abang yang suka malakin, suka minta jatah, suka mungut iuran apalah. Bang Bogem ini nggak kayak gitu. Walau galak, dia punya kerjaan tetap. Bukan modal tampang sangar tapi pengangguran. Nah pas kali, kalo sore biasanya motor Bang Bogem itu nganggur. Soalnya dia baru pulang kerja kan, jadi nggak kemana-mana dulu. Malem baru keluar kalo ada perlu.
Jalan Anggrek nomor 3. Em ini satu, dua, eh buset, tiganya gede amat. Jomplang gitu sama yang sebelah. Maap gess kaget. Maklum, orang pinggiran seperti aku mana pernah liat rumah gedong. Di pinggiran itu adanya sawah, kalo nggak pondok gitu. Nggak ada rumah mevvah. Aku tebak, pasti ada toktokers atau utubers iseng challange jatuhin ipong dari lantai atas nih kalo rumah ini di ibukota. Senggol dong.
Eh eh, hampir mau ngetok. Katro sekali aku. Kan ada bel ini. Pencet.
"Cari siapa?" Terdengar suara Google Voice dari dalam.
"Savira," jawabku.
"Dengan siapa?" Tanyanya lagi.
"Rovan, teman sekolahnya," ucapku.
"Menunggu konfirmasi Non Savira," kata si Mbak Google lagi.
Canggih betul pake pengamanan gini. Efektif nggak sih? Au ah.
"Eh Kamu udah dateng Van. Duduk dulu. Bentar ya aku bikinin minum." Savira menyambutku, dengan balutan casual begini dia terlihat sedikit beda dengan di sekolah.
"Kak, mana yang katanya mau main sama Aku?" Seru seorang anak kecil dari jauh.
"Bentar dek," jawab Savira membalikkan badannya. Dia tidak jadi berjalan ke arah dapur. Justru dia mendekat ke arahku sekarang.
"Van, kamu bisa bantu Aku nggak?" Tanya dia.
"Bantu apa Ra?" Ujarku nanya balik.
"Maaf ya aku boongin kamu. Sebenarnya aku ngajak kesini bukan buat belajar bareng. Eh iya sih aku emang mau belajar bareng. Tapi bukan cuma itu. Aku, aku..., aku nggak enak sama kamu Van."
"Ngomong aja Ra. Kalau aku bisa pasti aku bantuin."
"Aku lagi bingung Van."
"Bingung kenapa Ra?"
Ah gantungin disini aja ah. Biar yang baca pada kesal. Haha maaf maaf. Bukan nggak mau ngelanjutin dan bikin penasaran. Ini Saviranya tiba-tiba nangis. Kenapa sih? Bantu apa? Kenapa dia nangis? Astaga ini sih aku yang kena sendiri jadinya nih. Ampun ampun, nggak lagi-lagi deh ngeprank pembaca.