Satu minggu berlalu, Sean sudah menyangka bahwa Cakra akan sibuk sekali. Terhitung pernah dua kali Cakra menemuinya sejak ia KKN, mungkin tiga kali dengan hari ini, itupun hanya sebentar mungkin sekitar satu atau dua jam. Sean bersolek di depan cermin memastikan dirinya sudah rapih dengan pakaian yang menurutnya cocok ia pakai dan tersenyum puas melihat pantulan dirinya. Ia meraih tote bag-nya dan beranjak ke halte bus menuju mall karena agenda kencan kali ini akan menonton film di bioskop.
Hari ini bus tampak kosong, jadi ia memilih tempat duduk di dekat jendela di kursi belakang. Tangannya meraih earphone dari dalam tasnya lalu memutar lagu kesukaannya dari ponsel yang ia pegang. Bibirnya menampilkan sebuah senyuman tipis membayangkan ia akan bertemu Cakra hari ini. Rasanya lama sekali sudah tidak bertemu dengan pemuda itu, ia merasa rindu dengan segala tingkah laku ajaibnya Cakra.
Sean merasa gadis paling beruntung di dunia karena telah dipertemukan dengan Cakra. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan dan keadaan Sean, Cakra benar-benar selalu menjaga dan memerhatikannya. Dalam setiap hubungan pasti ada permasalahan entah itu masalah kecil atau besar, sebisa mungkin mereka mengesampingkan ego masing-masing dan menyelesaikannya dengan kepala dingin. Namun Cakra dan Sean hanya cekcok kecil biasa tapi tetap saja keduanya selalu berkomitmen untuk bersikap dewasa dengan menyelesaikan suatu masalah dengan baik.
20 menit berlalu, Sean melihat seseorang melambaikan tangannya di depan pintu masuk. Senyum Sean kian mengembang seiring dekat dengan sosok Cakra, hatinya berbunga, rasanya ia ingin meledakan diri saat itu juga. Cakra menahan dirinya agar tidak memeuluk Sean di tempat umum, ia sungguh merindukan Sean. “hai cantik?” sapa Cakra, Sean tersenyum, “hai kak Cakra” balas Sean, ia tidak tahu harus membalas apa lagi selain itu. Cakra mengusap puncak kepala Sean cepat, “ayo” Cakra meraih tangan kanan Sean dan menuntunnya memasuki area mall.
“memang kak Cakra lagi nyantai ya? Bisa ke sini?”
Cakra menoleh, “sebenarnya aku kabur” ucap Cakra santai, Sean menoleh cepat “serius? Kok gitu? Kenapa kabur?” Cakra menggeleng, “mau tahu aja” Sean mencubit pinggang Cakra.
“aku nanya serius”
Cakra tertawa geli, “enggak sayang, kakak lagi nyantai beneran. Kali ini waktunya agak senggang soalnya anak-anak juga ada yang pulang ada juga yang jalan-jalan di sana ngobrol sama warga, lagi libur ngerjain proker. Butuh istirahat juga, kan?” jelas Cakra. Sean mengangguk, “iya, kak. Makasih sudah sempetin datang ke sini, harusnya kak Cakra istirahat aja di sana” Cakra menggeleng kuat, “ini namanya refreshing, apa salahnya kakak jalan sama pacar kakak sendiri? Mau memang kak Cakra jalan sama cewek lain?” Sean memukul lengan Cakra, tidak begitu keras tetapi cukup membuat Cakra meringis.
“jangan dong!” Sean cemberut, “aduh, lucu banget sih pacar aku kalau cemburu gitu” Cakra mengusak kepala Sean gemas, keduanya berjalan beriringan menuju bioskop sambil bercanda. “kamu tunggu aja ya? Mau makananya juga?” tanya Cakra, Sean mengangguk, “aku aja yang beli makanannya, kakak beli tiket” Cakra menggeleng, “biar kakak aja semuanya, kamu tunggu aja duduk di tempat yang kosong” Sean merasa tidak enak karena Cakra selalu menolak jika ia ingin gantian membayar. “kakak udah sering traktir aku, aku juga mau traktir kakak”. Cakra tersenyum karena kelakuan pacarnya yang menggemaskan ini, “ya sudah kali ini kakak mau ditraktir kamu. Oke?” Sean mengangguk, “mau apa?”
“apapun yang kamu beli kakak makan kok”
“terus kalau aku beli lipstick kakak bakal pake?”
Ekspresi Cakra berubah menjadi datar, “bukan gitu Sean. Maksudnya gak kesana, cintaku” Sean terkekeh, “hehe, siap bosku. Dadah” Sean berlari kecil menuju kasir. Sean diharuskan mengantri, antriannya tidak terlalu banyak. Ia membuka tasnya dan mengambil dompetnya. Matanya bergerak memerhatikan menu di belakang kasir, “Sean?”.
Sean terkejut saat sesuatu menyentuh bahunya, ia menoleh ke belakang. Sean tertegun, orang yang memanggilnya pun sama terkejut. Keduanya sama-sama terdiam, “Se, gamau maju?” kesadaran Sean kembali saat mendengar suara Cakra, “oh, iya ini mau maju” Sean maju satu langkah bersama dengan Cakra.
“Cakra?”
Cakra menoleh, matanya melebar melihat sosok di belakangnya. Ia sungguh tidak sadar, “loh Juna?”
+ + +
“oh, kamu sekarang pacaran sama Sean, toh?”
Cakra mengangguk mantap dan merangkul bahu Sean. Sean hanya menunduk, “iya, Juna ini temen aku, Se. Dulu kita satu sekolah pas SMA, teman lama” ucap Cakra. Sean mengangguk atas jawabannya lalu menoleh pada Juna yang tengah tersenyum padanya lalu membuang mukanya ke arah lain. Ponsel Cakra berdering, ia merogoh saku celananya dan terpampang nama Halim. Cakra menghebuskan, “Se aku angkat dulu ya?” Cakra meminta ijin terlebih dahulu pada Sean. “iya, kak”
“apa Hal?”
Cakra menyimak apa yang Halim katakan lalu meminta ijin untuk menjauh dari Sean dan Juna karena Halim bertanya pasal proker minggu ini padanya. Jadi Cakra beranjak untuk membicarakan prokernya ke tempat yang lebih santai meninggalkan Sean dan Juna berdua.
Sean mengutuk Halim yang menelpon Cakra saat ini, ia rasa waktunya sangat tidak tepat. Tentu saja, ia ditinggalkan dengan sang mantan berdua di sana. Canggung sekali, keduanya hanya berdiam tanpa suara. Maksudnya hanya Sean yang merasa canggung, “Sean?”
“iya?” jawab Sean, ia berusaha menghilangkan kegugupannya. “kalau ada yang ajak bicara itu tatap matanya. Aku gak lagi marahin kamu, ga usah nunduk” Sean mendengus. Bagaimana bisa Juna setenang itu? Sean mengangkat wajahnya, “kenapa?” Juna tersenyum, “aku gak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Kaget gak?” Sean ingin sekali melempar botol minumannya pada Juna karena bertanya seperti itu. “enggak, biasa saja” ujar Sean gengsi. Juna tertawa, “kelihatan kok, kaget banget ya? Aku juga kaget apalagi ternyata sekarang kamu pacarnya teman aku. Kita dulu kenal dekat tapi gak dekat banget sih, cuman ya akur aja. Oh iya, Halim ke mana?”
Topik yang bagus, Juna. Sean bersyukur karena Juna tidak membahas masa lalu mereka, Sean mulai merasa tenang, “dia KKN, sama kak Cakra juga” jawab Sean, Juna mengangguk, “kalau dia ikut namanya bukan kencan, ya? Hehe, maaf. Berarti kalau lagi KKN dia ke sini sempetin buat ketemu sama kamu ya, Se? Gak berubah memang, Cakra tuh setia banget. Kamu jangan bikin dia kecewa, Se” Sean mendengarkan Juna.
“kamu juga hebat, sudah bisa nerima orang lain ternyata. Aku belum bisa seperti kamu”
Sean tertegun, maksudnya Juna masih suka padanya? Sean menggeleng, “yang sudah ya sudah. Toh sudah lama, kok” kali ini Sean angkat bicara. Mereka berpisah secara baik-baik, keduanya memutuskan untuk berpisah karena kesepakatan untuk fokus pada karir masing-masing. Hubungan mereka sudah lama terputus karena Juna betul-betul memokuskan dirinya untuk menjadi anggota polisi, dan kini ia sudah menjadi polisi sungguhan. Terlihat dari postur tubuhnya yang cukup tinggi dan berisi dengan otot yang tidak terlalu besar namun cocok dengan postur tubuhnya.
“iya, aku tahu. Tapi aku beneran masih suka sama kamu, Se”
Juna menatap Sean dalam. Dalam hatinya, ia sangat tidak suka melihat Sean datang bersama Cakra dengan status pacaran pula. Dalam pandangannya, Sean tidak banyak berubah. Tetap terlihat tenang dan lebih dewasa sekarang, sudah pandai memakan make up dan Juna benar-benar masih menaruh hati pada Sean.
Sedangkan Sean menatap Juna datar, meskipun dalam hati ia tidak benar-benar melupakan Juna. Tetapi situasi sekarang sudah berbeda, ia tahu Cakra sayang padanya jadi mana mungkin ia akan menaruh hati kembali pada Juna dengan seenak jidat, “ya sudah, kamu saja yang suka. Aku enggak, tuh”. Juna tersenyum.
“jangan bohongi diri kamu sendiri, Sean”
Sean menggerutu dalam hati karena Cakra tidak kunjung kembali ke sana. Ia jadi takut berlama-lama dengan Juna, karena bukanlah hal yang bagus. Sean menghela nafas, “omong kosong”. Juna mendengus, “judes banget ya sekarang?”
“bisa gak, jangan bandingin dulu sama sekarang yang sudah jelas beda?”
Juna terdiam mendengar ucapan ketus sang mantan yang tidak bisa diajak bercanda ini. “iya maaf, bercandanya gak lucu. Kamu jangan sensi gitu, serem tahu!” ujar Juna, Sean mendengus lalu melihat Cakra berjalan cepat kearahnya dan duduk seperti orang yang sudah lari maraton. “kenapa?” tanya Sean. Cakra tersenyuk, “gak, ayok Se film-nya sebentar lagi tayang. Jun, bareng gak?”
“duluan aja, bro. Kalian kan lagi nge-date masa aku ikutan, have fun ya” uap Juna dengan setengah hati tetapi ia beneran tidak enak jika ikut dengan sepasang kekasih itu. Ia hanya bisa melihat Sean berjalan bergandengan tangan dengan Cakra, pikirannya kembali menjelajah ke masa lalu mengingat ia sangat suka menggenggam tangan Sean dan bercanda ketika sedang berjalan bersama. Ia sedikit aneh melihat sikap Sean padanya, Sean yang sekarang sangat hobi menatapnya dengan tajam dan datar, setidak sukanya kah Sean pada dirinya? Tapi yang menjadi pertanyaan Juna adalah penyebab Sean tidak suka padanya.
Kalau mereka bertemu kembali, Juna akan mengajak Sean untuk mengobrol. Jika Sean mau, namun ia sudah bisa menebak jawabannya bahwa Sean tidak akan mau bertemu dengannya lagi.
+ + +
Di jalan pulang, Cakra terus-menerus memerhatikan sang kekasih yang terdiam. Tidak biasanya ia diam seperti ini, “Sean?” panggil Cakra lembut sambil menoleh ke belakang karena mereka tengah berada di atas motor. Sean pun ikut menoleh pada Cakra, “iya, kak? Kenapa?” Cakra tersenyum. “kirain tidur, kamu”
Sean menggeleng, “enggak kok, lagi lihat-lihat jalan aja. Enak” Sean mengeratkan pelukannya pada Cakra, “pantas diam terus” Sean menoleh pada Cakra, “memang aneh kalau aku diam?” Cakra mengangguk. “tentu, kamu biasanya mengoceh tapi dari tadi diam terus. Lagi kepikiran sesuatu, ya? Boleh kakak tahu?” Sean menggeleng, “enggak kok. Lagi pengen diam aja, enak ada angin-anginnya” Cakra mendengus, “lucu banget sih. Kalau kenapa-kenapa bilang ya? Kakak suka khawatir kalau ingat kamu pas lagi KKN” Sean mengangguk.
Tidak mungkin ia jujur pada Cakra kalau ia memikirkan Juna, tidak sepenuhnya memikirkan pria itu. Namun ia menjadi ingat beberapa moment bersama Juna, dan Cakra kemungkinan tidak mengetahui hubungan Sean dan Juna dulu. Sebenarnya Sean sudah tidak mengingat Juna, tetapi karena mereka bertemu secara tidak sengaja jadi otomatis teringat masa lalu.
Dulu Sean masih sedikit kekanak-kanakan namun juga bisa bersikap dewasa, Juna suka kedua hal yang berkebalikan dalam dalam diri Sean itu. Seiring berjalannya waktu keduanya sama-sama sibuk, Sean yang sibuk dengan ujian masuk perguruan tinggi dan Juna yang memilih putus kuliah untuk pendidikan polisinya. Mereka sama-sama memahami kesibukan masing-masing sampai akhirnya memutuskan untuk fokus pada kesibukannya, Juna sendiri yang mengajak memutuskan hubungannya seperti itu.
Sean sedikit menyayangkan hal itu, tidak hanya Sean tetapi Juna juga sangat menyayangkan hubungan baik antara keduanya. Namun jika dipikir kembali mereka tidak seperti orang berpacaran jadi memutuskan untuk putus. Juna juga bersungguh-sungguh untuk mengejar cita-citanya dan Sean juga melakukan hal yang sama sehingga ketika mereka berhasil mencapai titik itu tidak merasa kecewa sama sekali namun merasa kehilangan.
“kak Cakra langsung pulang ke sana lagi?
Cakra mengangguk, “iya, tadi Halim bilang mau ada rapat lagi buat proker yang lain. Nanti kan kita mau rapihin lagi desa di sana, rapihin balai desa juga pokoknya banyak deh. Lumayan bisa bikin tawuran, Se” Sean tertawa mendengar keluh kesah Cakra, “semangat dong, jangan lemas gitu. Gak ganteng kalau gak lesu begitu” Cakra mengusap tangan Sean yang berada di perutnya, “iya cantik. Ini semangat, kok. Makasih ya sudah sempatin waktu kamu buat nonton hari ini, maaf juga mainnya cuman bisa sebentar” Sean menggeleng mendengar penuturan Cakra.
“kakak yang sibuk, aku yang makasih kakak sudah kosongin waktu buat jalan. Gak apa-apa, masih banyak waktu, lagian kak Cakra juga bakal makin sibuk bukan? Aku paham kok. Tapi jangan tinggalin aku ya?” ujar Sean mengingat dulu ia berpisah dengan Juna pun karena situasi yang hampir sama seperti sekarang. Ia juga akan sibuk nanti, kemungkinan Cakra yang tengah sibuk menyusun skripsi akan ia tinggalkan untuk KKN. Ia jadi takut kehilangan orang yang ia sayang lagi, ia yakin tidak akan lagi terjadi hal yang sama. Kali ini ia harus bisa bertahan sampai akhir.
Cakra mengangguk, “gak akan ninggalin kamu, Se. Sesibuk apapun kakak, pasti bakal sempetin buat kamu. Kamu sudah jadi bagian dari prioritas kakak saat ini” Sean terdiam setelah mendengar kata prioritas. Pikirannya kembali berlalu dengan cepat ke masa lalu dimana Juna pernah mengatakan hal yang sama namun pada akhirnya tidak sesuai ekspetasi.
Padahal ia ingat ia sendiri yang bilang pada Juna bahwa masa lalu hanyalah masa lalu, namun entah kenapa Sean jadi mudah mengingat masa lalu setelah bertemu dengan Juna. Menjilat ludah sendiri itu enak, Se.
“bahkan saat kak Cakra beneran sibuk banget gitu?”
“iya, bahkan saat lagi sibuk banget”
Sean terdiam, ia jadi takut dengan kata-kata yang menjanjikan seperti itu. “kenapa nanya begitu? Tumben? Kamu lagi kepikiran sesuatu, kan?” tebakan Cakra memang betul tetapi Sean mana mungkin jujur pada Cakra. “iya, kepikiran aja. Kalau kakak sibuk terus aku juga sibuk, kak Cakra mau gimana?”
“sibuk tugas? Kalau sibuk tugas, kak Cakra bakal datang ke kosan kamu, kita ngerjain bareng biar kamu gak kesepian. Kamu jangan nethink gitu, kakak jadi kepikiran juga, ya? Kakak gak akan ninggalin kamu karena itu, kakak semangat kalau ada kamu. Kalau kita pisah kakak gak punya semangat, serius. Tanya aja sama Halim” Sean terdiam mendengar penuturan Cakra. “makasih ya, kak”
“giliran kakak yang nanya. Kalau kita sibuk apa kamu mau ninggalin aku?”
Sean menggeleng cepat, “enggak lah, bakal gak fokus mungkin bukannya malah fokus” Cakra menggenggam erat jemari Sean, “kita udah dewasa. Kalau ada dalam suatu masalah ya obrolin sama-sama. Berpisah bukan jalan yang baik tetapi bisa lebih baik juga, kita tinggal pilih mana yang baik buat kita. Oke?” ucapan Cakra benar adanya. Berpisah bukan hal baik namun bisa lebih baik juga, kita hanya tinggal memilih karena hidup adalah tentang pilihan.
“nah sudah sampai, kamu istirahat ya?” Sean mengangguk lalu menyerahkan helm pada Cakra.
“mantan kamu gak usah dipikirin. Pikirin aku aja”
-Never Ending Story-