bc

Pernikahan Untuk Suamiku

book_age18+
3
IKUTI
1K
BACA
revenge
dark
love-triangle
family
HE
heir/heiress
drama
tragedy
sweet
lighthearted
city
like
intro-logo
Uraian

Sepuluh tahun menikah, Ayana baru mengetahui bahwa suaminya, sama sekali tak mencintainya tapi mencintai wanita lain bahkan berniat menikahinya. Hal yang membuat Ayana hancur adalah wanita tersebut merupakan masa lalu suaminya yang belum usai. Dia pun terpaksa mengizinkan suaminya menikahi wanita tersebut bahkan mengadakan pesta pernikahan untuk mereka berdua . Sebagai gantinya, dia meminta hadiah besar yang tak pernah suaminya pikirkan sebelumnya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Ayo bercerai
"Mas, boleh aku minta sesuatu? Ceraikan aku, Mas. Talak aku." "Lagi lagi kamu ngomongin hal yang nggak masuk akal. Aku cuma minta kamu adain pesta. Itu aja, kalau misal kamu nggak bisa, jawab aja. Nggak usah ngomongin hal yang nggak-nggak." "Karena kamu udah sejauh ini. Apa yang kita bina selama ini bisa hancur sia-sia." "Aku tau, aku udah nyakiti kamu. Aku udah hianati pernikahan kita. Tapi aku tetap harus nikahi dia. Aku janji nggak akan ada yang berubah. Kita bisa hidup sama-sama. Aku janji bakal adil antara kamu dan dia." "Mas, kamu tau bukan itu masalahnya." "Tapi Ay, kamu kan udah ngizinin aku nikah lagi. Kamu yang ngizinin aku nikahi Mesya, kamu nggak lupa kan sama kata-katamu?" Ruangan kamar bernuansa biru laut itu sangat sepi untuk beberapa saat. Permasalahan yang sama, pertengkaran yang tak ada ujungnya, dan tangisan keputus asaan hingga keputusan untuk memberi izin pernikahan pun menjadi jalan pilu untuk perempuan yang tengah duduk di ujung ranjang dengan kepala menunduk. Menatap lantai kamar dengan pikiran kalut menyadari bahwa dunianya telah hancur berantakan. Perlahan suara lirih pelannya memecah kesunyian. "Benar, mas. Aku ngizinin kamu buat nikahi wanita yang kamu cintai. Karena hampir setiap hari kita bertengkar dengan masalah yang sama. Kamu yang selalu bahas dia, kamu yang selalu jujur dengan cinta buta dan kamu yang selalu bersikukuh tetap akan nikahi dia walau aku nggak ngasih izin pada awalnya. Aku capek Mas, bertengkar tiap hari dengan masalah yang sama. Aku lelah hadapi sikapmu karena sepuluh tahun pernikahan kita, bagimu nggak ada artinya." "Ayana, aku nggak bisa hidup tanpa Mesya. Aku benar-benar cinta sama dia." Ayana memejamkan matanya ketika kata cinta lagi-lagi terdengar seperti kutukan. Dia menatap laki-laki di depannya, Farhan, yang telah menjadi suaminya selama sepuluh tahun ini selalu menyebut nama perempuan lain dengan kata cinta yang dalam. Mengiris hatinya secara pelan dan kian bertambah perih seiring waktu berjalan. Ada badai hebat dalam hatinya yang mengamuk dan meluluh lantakan kewarasannya, tapi dia berusaha tegar dan menyembunyikan semua dengan baik. "Jadi tolong, Ay. Jangan mempersulit semuanya. Kamu bisa kan? Lagian juga kamu biasanya nggak pernah protes gini." "Mempersulit? Aku? Menurutmu aku mempersulit semuanya? Mas, kamu sadar yang kamu omongin?" Ayana menahan tawa perihnya. Bahkan setelah semuanya, dia didorong sampai batas akhir kesabarannya. Semuanya hancur! Dia benar-benar tak tahu lagi harus berbuat apa. Tapi meski begitu, nada suaranya tetap lembut dan patuh, seolah dia tak memiliki amarah. "Terus kalau nggak mempersulit, ini apa, Ay? Nggak usah nangis, nggak usah lebay. Aku cuma nikah lagi dan bakal adil sama kalian berdua. Aku juga bakal tinggal di rumah ini. Apa sih yang kamu tangisin tiap hari?" Ayana menghapus air matanya yang jatuh karena kata-kata Farhan selalu menusuk hatinya. Seolah semua tangisannya hanyalah beban dan sandiwara. "Nah gitu. Aku sumpek liat kamu nangis tiap hari. Terus, Ay. Pestanya, bisa kan kamu yang ngurus?" "Pesta?" ulang Ayana tanpa sadar. Pesta pernikahan untuk suaminya, lebih tepatnya. Seluruh tubuh Ayana pun gemetar menahan sesaknya d**a. Farhan mengangguk, seolah semua memang lumrah. "Harusnya ini jadi tanggung jawab ibu, tapi kamu tau kan, ibu udah nggak ada. Dan satu-satunya orang yang kupercaya buat handle semua cuma kamu, Ay." Hening, tak ada jawaban sampai desahan napas berat Farhan terdengar. "Aku minta tolong, Ay. Sekali ini aja, aku janji nggak akan ada yang berubah dalam pernikahan kita. Kamu mau kan?" "Tapi dengan satu syarat, Mas," jawab Ayana kian lirih karena putus asa tapi terdengar tanpa ragu, seolah pernikahan itu juga merupakan kemauannya. "Aku bakal siapin pestanya sesuai permintaan kamu. Pesta besar untuk pernikahan kalian, tapi tinggal dalam satu atap sama wanita yang kamu cintai, aku nggak akan bisa. Aku nggak akan sanggup, Mas." "Ay, apa pun syaratnya aku bakal penuhi. Apa pun permintaanmu setelah ini bakal aku kasih. Aku juga udah janji bakal adil. Kamu nggak perlu khawatir, walau satu rumah kamu nggak bakal sering ketemu Mesya. Dia bakal tinggal di bagian kanan, dan kamu di bagian kiri. Itu juga supaya aku bisa tenang karena bisa liat kalian berdua akur." Akur? Ayana ingin sekali lagi ketawa. Wanita gila mana yang bisa akur hidup dengan madunya saat tau kalau suaminya lebih mencintai wanita lain dari pada mempertahankan rumah tangganya. Ayana juga tau kalau suaminya itu bakal nekat nikahi Mesya meskipun dia menolak dengan berbagai cara. Karena sudah seperti ini, dia memilih menyetujui terus mundur secara pelan. Kepala Ayana menggeleng tanda tak kuasa. "Aku nggak bisa, Mas. Aku nggak bakal bisa. Terus Meysa juga nggak akan nyaman." "Aku bakal ngasih pengertian ke Mesya supaya nggak sering-sering muncul di depan kamu. Kamu bisa tetap-" "Mas, kamu beneran cinta kan sama Mesya?" Potong Ayana cepat menghentikan ucapan suaminya. Farhan mengangguk ringan tanpa pikir panjang seolah jawabannya bukan masalah besar. Meski begitu, Ayana tetap tersenyum seolah itu bukan apa-apa. Dia menyembunyikan rasa sakit hatinya dengan sangat baik. "Menurutmu, apa dia rela berbagi rumah bahkan kasih sayang sama wanita lain meski wanita itu aku? Kalau kamu nggak bisa ngertiin perasaanku tapi kamu pasti bisa ngerti kalau itu perasaan Mesya 'kan?" Farhan diam, karena dia juga tau kalau Mesya sempat mengeluh tentang ini. Wanita yang akan dinikahinya itu takut kalau Ayana bakal berbuat macam-macam seperti menyakiti atau membully lalu dia berjanji bakal melindungi Mesya apa pun yang terjadi. Harusnya dia emang menjauhkan Mesya dari Ayana. Tapi, masa Ayana bakal nyakiti Mesya? Ayana, orang lemah lembut dan sangat baik di matanya selama sepuluh tahun pernikahan mereka. "Talak aku mas, ceraikan aku sesudah pernikahan kalian." Putus Ayana dengan suara bergetar. Kalau suaminya tak mau mengalah dan terus maju, maka dia harus jadi orang yang mengalah dan mundur. "Itu satu-satunya syarat dan permintaan terakhir yang aku minta ke kamu." Sebuah permintaan di luar nalar kembali menyambar telinga Farhan. Matanya langsung menatap tajam Ayana yang anehnya masih menatapnya dengan tatapan lembut. Tapi permintaan macam apa yang seperti itu? Talak? Bisa-bisanya istri baiknya ini punya syarat kaya gitu. Tanpa sadar dia pun jadi tersulut emosi. "Gila kamu, Ay! Kamu ngajuin syarat yang nggak masuk akal. Kita udah sepuluh tahun terus kamu mau minta pisah gitu aja? Nggak, nggak bakalan." "Iya, aku udah gila, Mas. Rasanya aku udah hampir gila. Aku nggak sanggup lagi, Mas. Jadi tolong, sekali ini aja. Talak aku, talak aku kalau kamu mau nikahi Mesya." "Kamu bisa minta permintaan lain. Tapi dari sekian banyak permintaan kenapa harus itu? Apa kamu nggak percaya sama aku? Kalau aku bisa adil?" "Mas, dengerin aku dulu. Kamu bilang kamu cinta mati sama Mesya dan perasaanmu sama aku sama sekali nggak berubah. Kamu sama sekali nggak pernah cinta meski kita udah hidup sepuluh tahun sama-sama." Farhan diam. Dia nggak bisa jawab apa pun. Karena perasaannya sama Ayana hanya sebatas tanggung jawab karena Ayana istrinya. Ayana bukan orang yang dia inginkan buat jadi istri melainkan orang pilihan ibunya untuk dia nikahi. "Mas, buat apa kamu pertahanin aku saat kamu bisa miliki Mesya sepenuhnya. Kehidupan kalian bakal sempurna, karena aku cuma duri buat perjalanan cinta kalian. Kamu nggak usah khawatir, aku bisa hidup dengan baik dengan atau tanpa kamu. Aku cuma mau kamu bahagia sesuai dengan angan-anganmu. Terus coba kamu pikirkan perasaan Mesya. Dia mungkin nggak bakal cerita dengan gamblang tapi di hati kecilnya dia berharap kamu pisah sama aku. Percaya atau nggak, Mesya pun pasti sedikit membenci keberadaanku. Pikirkan baik-baik mas." "Mesya nggak mungkin kaya gitu. Kalau kamu benci Mesya, aku percaya. Karena dari dulu kamu selalu benci semua perempuan yang dekati aku." Ayana menahan tawanya, miris. Jadi seburuk itu dia di pikiran suaminya? Terus buat apa dia bertahan? Buat apa dia perjuangin semuanya kalau pada akhirnya dia tersakiti sampai mau mati. "Karena kamu tau, jadi nggak ada baiknya kalau kamu tetap pertahanin aku. Tapi kamu harus pikirin perasaan Mesya. Sampai kapan pun dia nggak akan nyaman dengan status istri kedua." Farhan lagi-lagi diam berpikir. Semua yang istrinya katakan memang benar. Ayana tersenyum lembut melihat Farhan memikirkan kata-katanya, dia menyentuh tangan suaminya lalu menciumnya pelan. Tangan ini lah yang memberinya nafkah selama sepuluh tahun tanpa kekurangan apapun. Dan selama sepuluh tahun ini juga dia menyerahkan semua cinta yang dia miliki pada suami yang tak mencintainya sedikitpun. "Mas, dari awal kamu mau nikahi Mesya 'kan? Kamu nikahi aku karena permintaan ibu yang nggak bisa kamu tolak. Sekarang ibu sudah meninggal, jadi kamu bisa jalanin rencana awal kalian yang udah kalian rancang sejak dulu. Sebagai istrimu, aku bakal siapin semua hal yang dibutuhkan untuk pernikahan kalian sebagai pengganti ibu." Farhan melihat punggung tangannya yang masih hangat karena bibir istrinya baru saja menciun tangannya beberapa saat lalu. Sebuah kebiasaan Ayana sebagai istri dan dia sudah terbiasa dengan itu. "Nggak papa mas. Pesta pernikahan, kamar pengantin, bahkan tempat bulan madu kalian, aku bakal siapin dengan sangat baik." Suara Ayana terdengar sekali lagi. Begitu ringan tanpa beban seolah menyusun rencana pernikahan itu bukanlah hal yang berat. Menyudutkan pikiran Farhan yang kacau karena permintaan perpisahan Ayana yang begitu tiba-tiba. "Kita ga perlu pisah, Ay. Kita bertiga bisa-" "Mas, kamu harus jaga perasaan Mesya," potong Ayana cepat. "Jangan kecewakan dia lagi hanya karena kamu udah nikah sepuluh tahun sama aku." Farhan mendesah kasar, seharusnya dia senang mendengar Ayana meminta perpisahan karena awalnya Mesya pun meminta dia menceraikan Ayana. Hanya saja, dia memiliki banyak alasan dan akhirnya Mesya mengerti dan tak lagi mempersalahkan status Ayana. Tapi jika Ayana sendiri yang meminta bukankah artinya Ayana juga sudah memikirkan perpisahan ini dengan matang? "Mas, yang aku tahu, kamu begitu menjaga perasaan Mesya. Jadi, seharusnya perpisahan kita menjadi jalan yang baik untuk pernikahan kalian berdua." "Kamu benar, Ay." Pelan tapi pasti, Farhan mengangguk, menyetujui permintaan Ayana. Perpisahan mereka akan menjadi hal yang begitu membuat Mesya bahagia. Dan setelah itu air mata Ayana pun jatuh. "Aku bakal ceraikan kamu setelah pesta pernikahan selesai." Ayana menghapus air matanya, kepalanya mengangguk lemah. Dia menatap wajah suaminya dengan senyum lebar. Seolah tak ada kesedihan disana. "Kamu ngelakuin hal yang benar, Mas. Dan Mesya bakal seneng banget dengernya," "Terus kamu?" Ayana tersenyum setelah menghapus air matanya. Dia mengunci kesedihan hatinya rapat-rapat. "Aku nggak papa, Mas. Aku bisa atasi semuanya. Jadi, pernikahan kalian satu bulan lagi 'kan?" Farhan terdiam sesaat lalu kemudian kepalanya mengangguk. "Mesya minta tanggal 10 bulan depan," Ayana ikut mengangguk. Hari ini dia menerima banyak kejutan. Namun hal yang paling membahagiakan adalah kata perpisahan. Karena dia tak bisa memiliki cintanya, maka dia berniat untuk melepaskannya. Untuk kebahagiaannya dan untuk kebahagiaan orang yang dicintainya. "Kamu nggak perlu khawatir, aku bakal siapin semuanya. Tapi ingat ya mas, janji kamu ke aku. Jangan pernah kamu ubah dengan alasan apa pun. Setidaknya itu permintaan terakhirku sebagai istrimu." Farhan menatap manik Ayana dengan tatapan sedikit bingung. Dia melihat tekat yang bulat di mata Ayana. Tekat untuk berpisah dengannya. Yang dia tahu, istrinya ini begitu mengidolakannya sejak sekolah SMA. Jika itu perihal cinta, dia tak perlu meragukan Ayana. Karena dia sangat tahu, istrinya begitu mencintainya. Lalu tiba-tiba, perpisahan seperti ini, apakah hal ini akan baik-baik saja? "Ay, aku-" Ucapan Farhan terhenti karena gawai miliknya bergetar. Samar, Ayana bisa melihat nama yang tertera di layar persegi panjang suaminya. "Angkat Mas, itu Mesya 'kan?" Farhan mengangguk. Dia berdiri lalu menjauh dengan wajah tersenyum lembut, meninggalkan Ayana sendiri. Mengamati hal itu, tangan Ayana mengepal erat, air matanya jatuh sekali lagi. Karena selama pernikahan mereka, suaminya belum pernah menatapnya lembut dengan senyuman seperti itu. "Kamu menang Mas, sabarku kalah. Akhirnya aku menyerah," Ayana mengamati wajah suaminya yang awalnya tersenyum lembut berubah menjadi panik dalam sesaat. Tanpa pamit, Farhan keluar dengan sedikit tergesa menuju garasi mobil. Membuat Ayana mengikuti langkah suaminya cepat. "Ada apa mas?" "Mesya jatuh dari motor. Ay, aku harus cepat kesana." Ayana mengangguk. "Tunggu mas," Farhan berhenti, dia menoleh ketika tangan istrinya meraih tangannya lalu menciumnya lembut. "Kamu harus hati-hati, Mas. Mesya pasti bakal baik-baik saja. Jangan ngebut," Farhan mengangguk sebelum memasuki mobil lalu melaju. Ayana tersenyum getir, tangannya tanpa sadar meremas gamis di tubuhnya. "Selesai, sebentar lagi tugasku selesai." Sekuat tenaga dia menahan kesedihannya, namun ketika melihat kepergian suaminya dengan wajah kalut karena sesuatu terjadi pada Mesya, kekuatannya pun runtuh. Ayana terduduk di lantai dengan tangisan yang dalam. Dia berkali-kali merasa dunia tidak adil namun pada akhirnya pernikahan yang dia pertahanankan selama sepuluh tahun ini akan berakhir.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.3K
bc

TERNODA

read
198.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
26.0K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook