Chapter 40. Sehat Kembali, El

1754 Kata
Chapter 40. Sehat Kembali, El El terbangun dengan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Ia bangkit duduk dan baru menyadari Meysha sedang duduk di sebelah ranjangnya. "Hai!" sapa Meysha ceria. El menghargai keberadaan Meysha di sampingnya. Tapi entah, seperti ada yang hilang. Ia mengakui kekecewaannya karena Emily tidak ada di sini. "Kita sampai dengan selamat?" tanya El, mengamati ruangan di sekitarnya. Ia mengenali kamar berdinding kayu yang sangat khas di Jasper. "Ya." jawab Meysha. "Hei, kau mau kemana?" Wanita itu buru-buru menahan bahu El yang tiba-tiba akan bergerak bangkit. "Aku mau bertemu dengan Kaz," ujar El. "Ada hal yang ingin kubicarakan." "Ya, kami semua menunggu informasimu, El. Tapi kau masih perlu istirahat." "Aku sudah cukup baik." namun El berbohong. Ia merasakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya, juga hawa panas yang menguar dari permukaan kulitnya karena masih demam. Dari sekian rasa sakit, pengalaman ini adalah yang terburuk. Seandainya ia bukan Eyerish, mungkin dia sudah terkubur damai dalam liang lahat. "Nanti malam," kata Meysha. "Apa?" tanya El bingung. "Kita akan berkumpul di Rumah Batu malam ini." Jelas Meysha. “Lebih baik kau melanjutkan istirahatmu. Nanti malam kau pasti sudah merasa lebih baik.” "Oke." El segera merebahkan tubuhnya kembali. Dia memang butuh istirahat lebih lama. *** Meysha tidak datang menjenguk pada malamnya, namun El menghabiskan makan malam yang telah disiapkan untuknya. Ia agak kecewa karena tidak ada siapa-siapa yang menjenguknya. Konyol sekali, diusia ini ia masih berharap diperhatikan. Ia segera membersihkan dirinya, kemudian mengenakan pakaian yang juga sudah disiapkan untuknya. Barulah kemudian ia membuka pintu kamar. Ia terdiam di ambang pintu, memandang bingung melihat desa kecil Jasper yang sepi dan gelap di malam hari. Seolah tidak berpenghuni sama sekali. El segera mengambil lentera kamarnya untuk mulai berjalan menuju ke Rumah Batu. Meski ia adalah pendatang baru di desa pulau ini, ia yakin jika Jasper tidak akan sesunyi dan segelap ini. Padahal matahari baru saja terbenam. "Halo?" ia iseng menyapa. Namun hanya gema halus suaranya yang menyapa balik. Kemana orang-orang di desa ini? Apakah mereka semua sudah berpindah tempat? Apa jangan-jangan ia ditinggalkan? El menggeleng tidak mengerti, Meysha jelas mengatakan padanya mereka akan berkumpul di Rumah Batu. Tapi ia tidak menanyakan siapa saja yang akan ada di sana. Ia berharap bisa melihat Emily, walau pun kekecewaan memenuhi dirinya, bodohnya ia masih terus berharap pada Emily. El teringat dengan cincin Emily yang sudah tidak ada dalam genggamannya. Mungkin cincin itu sudah hilang. Ia tidak akan menyalahkan Meysha jika telah menghilangkan cincin itu. Mungkin akan lebih baik begitu. Hilang saja. El terus melangkah, ia meninggalkan desa yang kosong di belakangnya. Ia menyusuri jalan menuju Rumah Batu. Tak satu pun orang yang muncul selama perjalanannya. Ini aneh. El sampai dan ia memasuki Rumah Batu. Ia bernafas lega ketika melihat kehidupan di dalam rumah itu. Beberapa orang telah berkumpul di dalamnya. Kaz di kursi roda, Meysha, Rom, Avi, dan dua orang yang kabur dari Vinctum, yaitu Koina dan Rudy telah duduk di setiap sisi meja batu di tengah ruangan Rumah Batu yang berpenerangan lentera kunang-kunang. Dan tidak ada Emily. "Bagaimana kesehatanmu, El?" tanya Kaz, basa-basi menyambut kehadiran El. "Cukup baik." jawab El. "Walau aku masih bisa merasakan lubang peluru dalam tubuhku." "Kau bisa duduk," kata Kaz. El mengangguk, ia bergerak mendekati kursi batu yang kosong di samping Rom. Ia duduk di sana, mengabaikan tatapan Rom yang membuatnya risih. "Aku lega kau baik-baik saja," kata Rom. "Aku sangat khawatir." "Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku." El mengganguk, berusaha tersenyum pada Rom. "Dimana semua orang?" tanya El. "Mereka semua sedang bersembunyi," jawab Avi di belakangnya. Bersembunyi? El memandang bingung pada Avi. "Sebentar lagi pasukan Vinctum akan sampai di Jasper." Rudy menjawab tanpa diminta. "Bahkan aku bisa mencium bau mereka yang datang mendekat." Koina malah terkikik. "Jangan konyol. Rudy. Kau bahkan tidak bisa membedakan aroma jeruk dengan lemon.” "Diam, bocah." geram Rudy jengkel pada Koina. Koina malah semakin terkikik puas melihat kejengkelan di wajah Rudy. "Pasukan?" ulang El, mengerutkan dahi. Apalagi ini?! "Ya." Jawab Kaz. El segera menolehkan wajah pada Kaz yang duduk di atas kursi roda, di depan mereka, sementara Meysha berdiri di sampingnya. Ada yang berbeda pada Kaz. Kaz tampak sangat kurus, lebih kurus daripada terakhir kali yang ia ingat. Kaz tampak seperti seorang penderita penyakit keras, ia telah kehilangan banyak berat badan, membuat tulang-tulangnya semakin terlihat jelas bertonjolan. Bukankah mereka hanya tidak bertemu beberapa hari saja? Mengapa Kaz sudah terlihat separah ini? "Kaz.. Kau tampak tidak sehat," komentar El, mengutarakan kekhawatirannya. Kaz tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja,” ujarnya untuk meyakinkan El. “Nah, teman-teman...” ia meninggikan suaranya. "El sudah berada di sini. Kita akan mulai saja." ujarnya dan menarik semua perhatian dari mereka yang berada di sana. "Aku sudah mencapai batas kemampuanku. Aku menyesal karena tidak dapat menyelesaikan tugasku dengan baik." "Tidak ada yang perlu disesalkan, Kaz." kata Meysha yang berdiri di belakang Kaz, membelai lembut bahu pemuda itu. "Kau sudah berusaha semaksimal mungkin. Kau sudah berjasa hingga sekarang. Setiap dari kita memiliki batas kemampuan masing-masing." "Meysha benar, Kaz. Kau harus beristirahat sekarang. Kami tidak selamanya mejadi tanggung jawabmu." kata Avi juga. "Terima kasih, teman-teman." ucap Kaz. El merasa tidak nyaman dengan pertemuan ini. Kaz seolah sedang mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Meskipun El baru saja mengenal Kaz, ia merasa seperti sudah sangat membutuhkan Kaz. Kaz adalah seorang pemimpin karismatik yang tangguh, ia mengakuinya dengan sangat. "Rom sudah menceritakan sebagian besar mengenai Vinctum." kata Kaz. "Dan kita menunggu ceritamu." pemuda itu menyorotkan pasang mata gelapnya pada El. El menyadari setiap pandangan yang kini tertuju ke arahnya. "Apa yang terjadi pada Ares?" tanya Rom, ia seolah telah menahan lama pertanyaan itu untuk ditujukan kepada El. "Bocah itu... maaf, aku gagal menyelamatkannya." El menunduk, memandang tangannya yang saling terkait. "Aku tidak mengerti apa yang mereka telah lakukan pada bocah itu di sana." ujarnya. "Ares, aku menemukannya dikurung dalam ruangan besi, bahkan tanpa perawatan untuk luka-lukanya." "Hmm, aku memang tidak pernah melihat Ares memasuki lantai perawatan." komentar Rudy. "Aku tidak pernah mengetahui ada bocah bernama Ares." kata Meysha. "Padahal aku pernah menyusup dan menyamar di sana cukup lama." ia menoleh pada Rudy lalu pada Koina, meminta penjelasan. "Mereka baru-baru ini mengeluarkan anak bernama Ares itu,” jelas Rudy. “Satu bulan yang lalu, Sky -- Pemimpin Vinctum, jika kalian belum tahu, memperkenalkan kami pada seorang bocah buta yang katanya sangat hebat. Ares, Anak itu adalah Eyerish pengendali pikiran. Semenjak saat itu Sky menjadikan Ares sebagai favoritnya. Dan anak itu sangat tangguh ketika berada di Arena." "Dulu Rudy yang di peringkat satu." kata Koina, segera menambahkan. "Tapi semenjak Ares muncul, Rudy malah di peringkat bawah." Rudy mendengus. "Terima kasih sudah menjelaskan, bocah," ia kembali melototi Koina. "Aku bisa disebut peringkat satu untuk Eyerish seusiaku." Koina tanpa diminta membanggakan dirinya. "Darimana mereka mendapatkan bocah itu?" tanya Meysha. "Aku rasa Ares sudah berada lama di Vinctum." Kaz menduga. "Mungkin mereka telah menyembunyikan anak itu untuk proyek rahasia mereka. Dan aku yakin dia ada hubungannya dengan Sasha." "Mungkin." Meysha mengangguk. "Yang aku tahu, Sasha adalah satu-satunya Pengendali Pikiran di sana sebelumnya. Namun mereka mengkhususkan Sasha dengan alasan ia memiliki imunitas rendah." ujarnya. "Tapi disisi lain ternyata mereka memiliki Eyerish Pengendali Pikiran selain Sasha. Kenapa mereka menyembunyikan Eyerish itu?" "Aku kira mereka berdua bersaudara?" kata Rudy ragu. "Bersaudara?" ulang El segera. "Kau yakin?" tanya Meysha yang terlihat terkejut. "Sepertinya begitu. Aku pernah mendengar Dr. Haskel... dokter yang ada di sana, dia sangat bermulut besar. Dan dia pernah menyebutkan sesuatu tentang Sasha dan Ares. Aku yakin mereka berdua bersaudara. Dan juga... bocah itu hafal dengan setiap jalan dan sudut area Vinctum, meski dia buta, dia tidak pernah tersesat. Seolah-olah ia telah mengenal Vinctum sudah cukup lama." kata Rudy. "Lagipula sangat aneh mereka mengeluarkan Ares setelah Sasha menghilang, dan dalam waktu singkat dia menjadi nomor satu sekaligus favoritnya Sky." “Siapa Sky ini?” tanya El, entah mengapa nama itu sangat mengganggunya “Sky adalah pemimpin Vinctum,” jawab Rudy. "Usianya tak jauh berbeda dari kalian, mungkin. Berdasarkan informasi Meysha selama menyusup ke dalam Vinctum, Sky menerima jabatan kepempipinan Vinctum di usia muda, mungkin sekitar 19 atau 20 tahun setelah Pemimpin sebelumnya meninggal karena telah melewati usia ke-30." "Aku jarang melihatnya, si Pemimpin," komentar Meysha. "Katanya dia adalah Eyerish Pengendali Angin." "Wah, kukira dia adalah Pengendali Air?" Rudy juga terlihat ragu. "A... Aku kira..." Rom tiba-tiba membuka suara. "Aku kira dia adalah Eyerish Api." "Hahh... sudah kuduga Sky adalah orang aneh. Dia memang tidak pernah pamer kekuatan namun rumor kekuatannya bermacam-macam," kata Rudy yang terlihat jengkel. "Jadi selama ini kita ditipu oleh Sky?" "Ditipu?" tanya Meysha heran pada Rudy. "Ya. Bagaimana jika Sky ini adalah manusia?" tuntut Rudy. "Cih, aku akan mengubur tubuhnya hidup-hidup jika dia benar-benar adalah manusia!" Avi tampak bergidik mendengar ancaman si Eyerish Bumi. "Hmm, jadi Pemimpin Vinctum ini juga mencurigakan. Coba ceritakan tentang Ares lebih banyak lagi," pinta Kaz. "Berdasarkan gambaran kalian, itu artinya bocah ini, Ares, memang sangat unggul sebagai Eyerish. Jika dia memang memiliki koneksi dengan Sasha, sayangnya kita belum bisa menanyakan langsung kepada Sasha." Kaz mengusap dagunya. "Aku ingin mengenal lebih jauh soal Ares." "Ares... meski dia kuat, dia adalah anak yang menyedihkan," Rudy mengangkat bahunya. "Aku melihat dia sering dihukum jika melakukan kesalahan." kata Koina juga. "Aku dan Rudy sangat sering keluar masuk rumah sakit di bagian penanganan kritis Gedung Utama. Aku sering lihat Ares dibawa ke lantai di atas kami. Dia sering meraung di sepanjang lorong sambil berteriak seperti ini..." Koina berdehem sebelum ia menirukan. "'Maaf! Maaf! Sky, aku akan lebih kuat! Jangan masukkan aku ke sana!'. Padahal dia masih luka parah tapi diseret penjaga dengan kasar. Aku tidak suka sih." "Benar, saat itu aku juga menemukannya sedang dalam keadaan terluka parah. Seperti luka bakar." El juga menambahkan. Rudy mengangguk. "Malam sebelumnya kami berada di Arena. Kami bertiga melawan Ares." "Apa?" Meysha mengerutkan dahi. "Kalian bertiga melawan Ares... yang seorang diri?" "Ya, Ares selalu mendapat program Arena dengan lawan lebih dari satu orang." "Itu gila!" seru El terperangah. "Tapi dia selalu menang." kata Rudy sambil melipat tangan di d**a dengan wajah masam. "Benarkah? Dia bisa menang meski dikeroyok seperti itu?" tanya Meysha tidak percaya. "Di usia semuda itu?" "Yap, dan ini pertama kalinya dia kalah," Rudy melirik ke arah Rom. Rom menarik nafas berat ketika dirinya disinggung, ia memalingkan wajah. "Tapi tidak ada yang menang juga kok," seloroh Koina. "Si Api kan mampus juga. Jadi kita semua seri." "Wah," kata Avi. "Tamatlah kita karena mereka memiliki Eyerish Pengendali Pikiran sekuat itu." ia menggeleng-gelengkan kepala dengan ekspresi ngeri setelah menyimak pembicaraan para Eyerish di depannya. ---*---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN