Chapter 41. Barikade

1659 Kata
Chapter 41. Barikade "Tapi kita punya Sasha." Meysha memecahkan keheningan yang canggung sesaat setelah mereka membahas kemampuan luar biasa si bocah bernama Ares. Tentu saja mereka mulai merasa goyah. Ya, rapat di rumah batu belum juga selesai. "Tetap saja, Ares luar biasa kuat," Rudy lebih terdengar mengeluh. "Mungkin juga tidak, coba lihat, mereka masih bersikeras untuk mendapatkan Sasha.” Meysha berteori. “Dulu Sasha tidak dapat melihat. Kedua matanya cacat. Namun kemudian Sky menjadwalkan operasi mata untuk Sasha." "Ares... matanya buta," bisik Rom. “Ya, Ares, bocah itu tuna netra.” Rudy membenarkan. “Dia buta tapi dia hebat,” cerocos Koina. "Mey, kau ingat kan dulu Sasha memiliki warna rambut albino?” tanya Rudy. Meysha mengangguk. “Ya, setelah operasi mata, rambutnya berubah menjadi cokelat. Kurasa itu hanyalah efek dari operasi yang ia dapatkan. Kesembuhan matanya menyebabkan imunitasnya membaik sehingga warna rambutnya berubah.” “Sasha sangat mirip dengan Ares ketika dia masih buta, hal itu membuatku mengira mereka bersaudara,” ujar Rudy. Meysha terdiam sesaat. Fakta ini kedengaran aneh. Sasha pernah buta dan Ares... bocah ini juga buta. Dan keduanya adalah sama-sama pengendali pikiran. Sebenarnya apa hubungan diantara kedua bocah itu? “Apa kau tahu kelemahan Ares, Rudy?” tanya Kaz kemudian. "Hmm,” Rudy berpikir. “Kebutaannya bukan kelemahan baginya. Selama dia bisa mengendalikan pikiran, kurasa dia tidak memiliki hambatan apa pun. Mungkin kelemahannya adalah pada teknik dan taktiknya dalam bertarung yang masih lemah. Tapi Sky mengajarinya dengan baik. Hanya tinggal menunggu waktu bocah itu akan ahli dalam segala hal.” Rudy mengangkat bahunya dengan wajah masam. "Dia bahkan bisa melawan tiga Eyerish sekaligus di Arena." "Kedengaran mengerikan," komentar El. Ia juga sempat mendapatkan serangan Ares ketika berada di Vinctum, padahal dia hanya berusaha membujuk bocah itu untuk kabur dari tempat itu. Tapi bocah itu malah mengendalikan pikirannya, dengan mengendalikan seluruh tubuhnya untuk bergerak pergi. Ia bahkan tidak mampu melawan. Benar-benar mengerikan. "Tapi bagaimana jika Sasha bisa mengendalikan pikiran lebih kuat daripada Ares?" tanya Meysha kembali. "Mungkin karena itu mereka tetap ingin mendapatkan Sasha. Mungkin pula dengan dua orang pengendali pikiran Vinctum bisa menjadi lebih kuat." "Kenapa Miss berkata begitu?" Koina bertanya heran. "Sasha tidak pernah keluar dari kamarnya, dia tidak pernah turun ke Arena. Bagaimana bisa dia menjadi lebih kuat dari pada Ares?" "Mungkin sebenarnya Sky ingin mengeluarkan Sasha dan membawanya ke Arena, tapi Sasha malah kabur bersama Meysha. Oleh karena itu ia mengeluarkan senjata tersembunyinya yang lain, yaitu Ares." Rudy berspekulasi dan hal itu kedengaran masuk akal. "Mungkin kau benar," Meysha mengangguk setuju pada Rudy. "Sky... orang macam apa dia? Dia memilih pengendali pikiran sebagai senjata utama. Kurasa dia sangat berbahaya." ujar Kaz. "Ya, dia pasti berbahaya," kali ini Rom membuka suara. "Hei, dimana Sasha saat ini?" tanya El akhirnya. "Dia sudah berada di tempat yang aman," jawab Meysha segera. "Kalian tahu..." Kata Kaz, ia menarik nafas kemudian bersandar pada punggung kursi rodanya, wajahnya semakin pucat dan tampak lemas. "Dinding udaraku sudah lenyap. Kini Jasper tidak bisa kulindungi lagi. Mulai sekarang keberadaan Jasper akan mudah dideteksi. Baik Vinctum ataupun manusia dia Beryl." Mereka semua terdiam mendengarkan informasi Kaz. Meysha segera memeluk Kaz dari belakang, matanya tampak berkaca-kaca. Kaz tersenyum tipis, ia menepuk lengan Meysha yang mengalung erat di tubuhnya. “Tidak apa-apa, Mey.” ujarnya lembut. "Kau sudah sejauh ini berjuang, Kaz. Aku bangga padamu." bisik Meysha. El menghela nafas. Ia tidak menyangka akan melihat Kaz yang sekarat dengan mata kepalanya sendiri. Padahal Kaz belum mencapai usia ke-30. Apakah Eyerish benar-benar tidak dapat berumur panjang? Ini benar-benar tidak adil. "Sori, El. Kau baru saja sehat dari lukamu, dan sudah harus bergabung dengan kami,” kata Kaz setelah Meysha melepaskan pelukannya. Wanita itu berbalik membelakangi mereka untuk menyembunyikan tangisannya. El bersimpati melihat Meysha yang menangis. Tentu saja, Meysha yang sangat berandalan itu pun pasti ketakutan melihat Pemimpin mereka yang dalam keadaan sekarat. Tanpa Kaz, Jasper tentu akan mudah dideteksi oleh siapa saja. "Apa rencanamu?" tanya El pada Kaz. Ia nyaris kaget dengan nada suaranya yang kedengaran begitu tegas. Apa ini? Ia seperti berniat akan memasuki medan perang saja. Bukankah sejak awal dia berniat menghindari segala hal yang membahayakannya? El merasa ia telah berubah banyak semenjak perjalanannya meninggalkan Beryl. "Penduduk desa sedang bersembunyi, aku sangat tidak ingin mereka direbut oleh Vinctum. Vinctum adalah tanah haram bagi kita yang sudah keluar dari sana dengan mengorbankan darah para Perawat yang telah menyelamatkan kita." Kaz menarik nafas pelan. "Jadi aku meminta kalian untuk mencoba menahan mereka sebentar saja. Aku yakin mereka menginginkan Sasha dan juga Rom." Rudy mengangguk. "Aku siap menghajar mereka." "Aku suka pertempuran!" seru Koina riang. "Aku sebenarnya tidak ingin Koina yang masih kecil terlibat," kata Kaz, ia memandang lembut pada Koina dengan pasang mata hitamnya yang redup, membuat Koina salah tingkah dengan pandangan itu. "Tapi kita membutuhkannya untuk menghalau mereka. Aku sudah memberikan sumber listrik untuk dia gunakan." Koina mengangguk mantap, dan satu-satunya gadis kecil yang sangat antusias diantara para pemuda yang berwajah suram di dalam Rumah Batu. Kontras sekali. Meski diusia semuda itu niatnya begitu membara. Vinctum telah merebut kepolosan bocah itu ke arah pertempuran. "Jadi aku memberikan tanggung jawabku kepadamu, El." lanjut Kaz. El terkesiap. "Tanggung jawab?" ulangnya dengan mata melebar ke arah Kaz. "Kepadaku?" "Ya, aku ingin kau memimpin yang lain." "Kenapa aku?" tanya El keberatan. "Kau yang terbaik, El." ujar Avi. "Ya," Meysha mengangguk setuju. Wanita itu telah berbalik, matanya masih sembab namun sorot mata tangguhnya telah kembali. Ia memandang El, mengangguk untuk menyetujui pilihan Kaz. "Tapi kita punya Rom di sini." kata El, tidak terima. "Dia adalah Eyerish terlangka dan terkuat." "Aku tidak sekuat kau, El." kata Rom. Ia menggelengkan kepala. "Aku bahkan tidak bisa mengendalikan kekuatanku sepertimu." Kaz mengangguk mendengar jawaban Rom. Ia diam saja sambil memandang El, menunggu jawaban. El terdiam beberapa saat, ia memikirkan keputusan Kaz yang diberikan kepadanya. Tidak ada yang menyelanya seolah mereka semua sudah bulat memilihnya. Sial. Dia menang hanya karena keterbatasan kandidat. "Baiklah, aku akan berusaha." ujarnya kemudian, menyadari jika mereka tidak punya waktu untuk menimbang-nimbang banyak hal. Bisa saja pasukan Vinctum sudah berlabuh di tepi pantai Jasper saat ini, dan mereka malah masih menempelkan p****t di atas kursi batu ini. "Terima kasih, El." Kaz tersenyum lega. "Aku sangat mempercayaimu. Dan aku juga mempercayai kalian semua." El tidak menyangka ia benar-benar menyatakan dirinya siap menjadi pemimpin dalam kelompok ini. Dia benar-benar sudah gila. "Aku sudah memberikan pelindung pada Rom dari Pengendali pikiran." kata Kaz kemudian. "Tapi hanya untuk Rom. Salah satu dari kalian mungkin akan dikendalikan Ares, aku kira hanya satu orang yang akan dikendalikan mengingat kondisi bocah itu yang ditemukan El terakhir kali." "Syukurlah, aku tidak mau bocah api itu meniupkan api dari mulutnya," kata Rudy sambil memandang sinis pada Rom. Rom menunjukkan wajah bersalah yang membuat Rudy malah terkekeh. "Santai, kawan. Aku hanya terkena sedikit seranganmu. Aku sudah biasa babak belur, omong-omong. Dan aku hanya bercanda. Jangan diambil hati." Sepertinya ia mulai memahami sikap Rom yang kelewat payah. Rom hanya menunjukkan senyum hambar pada Rudy yang menertawakannya. "Nah." kata Kaz. "Aku harap ini bukan perpisahan kita. Sampai jumpa, teman-teman. Semoga kita bertemu kembali." *** "Kau benar-benar sudah sembuh?" Rom bertanya entah untuk keberapa kalinya. El merasa menyesal karena sudah memilih formasi dimana dia bersembunyi di bagian atap rumah bersama Rom. Saat ini mereka sudah mengatur posisi masing-masing di desa yang kosong melompong dan gelap gulita. El bersama Rom berada di tengah-tengah desa yang menghadap tepat dengan gerbang desa. Rudy dan Koina berada di bagian depan gerbang. Mereka semua menunggu kedatangan pasukan Vinctum setelah mendapat laporan jika kapal-kapal Vinctum telah berlabuh di tepi pantai Jasper. Berapa banyak pasukan Vinctum akan menyerang mereka? Apakah mereka akan menggunakan manusia atau Eyerish? "Aku sangat sehat." Jawab El akhirnya. "Meysha memberitahuku jika Eyerish bisa saja tidak dapat menyembuhkan luka secara sempurna ketika sistem penyembuh dalam tubuh terganggu. Atau karena terlalu banyaknya luka yang dan energi penyembuh yang rendah. Kegagalan imunitas bisa menyebabkan cacat permanen." kata Rom dengan eskpresi masih khawatir. "Kau kritis sekali ketika itu." "Aku merasa sangat sehat," El menekankan. "Tidak ada cacat sama sekali. Terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan mengingatnya dengan baik." "Syukurlah." "Hei, Rom,” El tampak ragu untuk bertanya. “Apa kau sudah bertemu dengan Emily?" pada akhirnya ia menanyakan hal itu juga. Seketika raut wajah Rom terlihat melembut. "Ya." "Apakah dia baik-baik saja?" Rom mengangguk. "Ya, dia baik-baik saja. Dan Emily sangat ingin melihatmu." jelasnya, tampak kikuk. "Tapi Meysha memintanya untuk membantu penduduk berkemas." "Aku tahu." Wajah El berubah muram. "Aku lega dia bersama penduduk yang lain." "Mereka datang," Rahang Rom menegang ketika pintu gerbang membuka. Sejauh ini El belum pernah melihat Eyerish selain dirinya yang berhadapan satu sama lain. Dan sekarang ia menonton pemandangan baru. Dari kejauhan, tampak seperti ular yang bercahaya, yang ternyata adalah Cambuk listrik Koina terlihat menari-nari di udara malam. Berikutnya bumi di bawah mereka terasa bergetar, entah apa yang dilakukan Rudy, gerbang nyaris tak terlihat karena seranga tanah berhamburan terbang kesana-kemari. Praduga Kaz tepat. Koina telah dikendalikan oleh si Pengendali Pikiran. Ares mungkin belum sembuh sama sekali maka ia perlu menggunakan Eyerish yang mudah dijangkau dengan energinya, yaitu Koina yang masih muda, dan menguntungkan pula dengan jenis kekuatan Koina yang berbahaya. Sesuai rencana mereka pula, Rudy bertugas untuk berhadapan Koina. Pria itu paling tidak mengenal baik kekuatan Koina dan sudah berjanji tidak akan melukai Koina. Tapi yang membuat mereka tidak mengerti adalah, tidak ada pasukan sama sekali di ambang gerbang. Hanya ada dua orang yang berdiri di sana, seorang pria jangkung dan bocah berambut perak. "Skylar..." gumam Rom, pasang matanya menunjukkan kilatan merah yang menyala. "Dia yang memanfaatkan Ares." “Skylar?” El mengerutkan dahi mendengar nama itu. Ia memandang ke arah gerbang namun tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria yang dimaksud. " Dia... Eyerish?" tanya El. "Ya." jawab Rom. “Apa kemampuannya?” "Dia bilang dia sama denganku." "Tidak mungkin," El meragukan. Jelas-jelas Kaz memberitahu mereka hanya ada satu Eyerish Api di dunia saat ini, yaitu Rom. Tapi bagaimana jika Kaz salah menduga? Dan dua Eyerish Api adalah hal yang sangat buruk. "Tapi mari kita lihat apa kekuatannya." ---*---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN