Chapter 44. Green

1936 Kata
Chapter 44. Green El tidak memegang senjata apa pun. Namun ia bisa mendengar sumber air yang mengalir dari pipa-pipa di dalam rumah. Satu-satunya cara adalah dengan meledakkan air untuk membuat wilayahnya, meski ia tahu Ayahnya akan marah padanya. Tapi mungkin itu satu-satunya jalan untuk mempertahankan diri. Ayah pasti akan memakluminya jika ia membuat sebagian isi rumah 'agak' berantakan nantinya, dia hanya mencoba bertahan dari serangan senjata yang saat ini ditodongkan oleh Green kepadanya. Lalu Green tertawa terbahak-bahak. El mengerjap kebingungan, begitu pula Meysha. Pria tua itu segera mengembalikan pistol ke balik ikat pinggangnya. "Wah, lama tidak melihat wajahmu, Nak!" Seru Green yang kini berjalan mendekat. El reflek mundur. "Wow, santai saja. Tadi aku hanya bercanda!" Seru Green melihat sikap waspada El. "Green, kau di sini untuk menangkapku kan?" Tanya El, menyorotkan tatapan hati-hati kepada si pria tua. Green terkekeh. "Perintah dari kepolisian sih, iya." Ia mengangguk. "Tapi aku tidak akan melakukannya." "Apa maksudmu?" "Aku punya urusan yang lebih penting daripada membawamu ke kepolisian." El memandang bingung pada Green. "Teman baikku sedang mencarimu." "Teman baik?" "Ya, seorang Eyerish. Sama dengan kalian." El ternganga. "Kau... tahu jika aku adalah Eyerish?!" "Aku tahu soal Eyerish, tapi aku tidak tahu jika kau adalah Eyerish," koreksi Green. "Jadi bagaimana?" Tanyanya. "Bisakah kita duduk santai sambil meminum teh untuk membahas hal ini lebih lanjut?" *** El mengenal Green mungkin baru lima tahun lamanya, baginya ia sudah mengenal Green luar dalam. Tapi nyatanya ia hanya mengenal pria itu dari permukaannya saja. Green masih sama dengan yang terkahir diingat oleh El. Tua dan lusuh. Namun memiliki sorot mata yang tajam dan berwibawa. Ia terlihat lusuh hanya karena ia belum memiliki pasangan yang mampu mengurus penampilannya yang berantakan. Rom dan Ben sudah bergabung di ruang tengah, dan Nevin tampak ragu untuk tetap berada di sana atau tidak setelah menyuguhkan minuman dan camilan. "Pa bisa tetap di sini jika mau," kata El pada Nevin. "Hmm, aku akan menemani Maya saja," ujar Nevin. Maya adalah nama istrinya, Ibu El. El mengangguk mengerti, ia membiarkan Nevin pergi menuju ke lantai atas. "Lalu?" El menolehkan wajah pada Green yang sedang mengunyah sandwich kering. "Siapa kau sebenarnya?" "Harusnya aku yang bertanya begitu," ujar Green. "Aku masihlah El Shan, dan yang berbeda dariku hanyalah karena aku sebenarnya adalah Eyerish." "Pengendali apa?" "Air." Green terdiam sesaat, memincingkan sebelah matanya pada El. "Dorys juga Eyerish Pengendali air." Ujarnya. "Eyerish yang mati di rumah Pak Alkin." El terkesiap mendengarnya. "Kau... Kau mengenal Eyerish itu?" "Ya," Green mengangguk. "Kami berdua cukup akrab." El mengerjapkan matanya. "Ma... Maafkan aku. Temanmu... Dia..." "Sejujurnya aku cukup kaget ketika mendengar hal ini," ujar Green. "Kenapa kau membunuh Eyerish dan kenapa Dorys berada di sana." "Apa maksudmu?" Kini Meysha membuka suara. "Sekelompok Eye Tracker itu mencoba menangkap Rom dan Sasha. Kalian akan menangkap mereka untuk Vinctum bukan?" "Hmm," Green menyandarkan diri pada punggung sofa. "Mungkin aku perlu menjelaskan lebih dulu mengenai diriku agar kita tidak salah paham." Ujarnya. "Kami memang sekelompok Eye Tracker. Kami terdiri dari manusia dan juga Eyerish. Ada dua divisi besar, yaitu divisi Pemburu Eyerish untuk menambah pasukan kami dan... Divisi Pemburu Eyerish untuk 'menyingkirkan' berdasarkan keinginan klien kami." Jelasnya. "Dan Anda masuk pada divisi mana?" Ben tampak tertarik mendengarkan penjelasan Green. "Tidak keduanya." Jawab Green. "Kerjaanku di sana hanyalah... Semacam administrasi." "Apakah di kepolisian ada banyak orang sepertimu?" Tanya El. Green terdiam sebentar. "Tidak banyak sih. Hanya beberapa dan kami menyembunyikan pekerjaan sambilan kami ini. Tugas bagianku hanyalah mengurus segala hal yang berhubungan dengan jejak Eye Tracker." "Eye Tracker yang menyerang pertama kali adalah Eyerish, namun yang lainnya adalah manusia," ujar Meysha. "Oh ya, salam dari Bos kami. Kau hebat sekali menyingkirkan para Eye Tracker," ujar Green pada Meysha. "Kau benar-benar membunuh para Eye Tracker itu?" Tanya Ben tak percaya pada Meysha. "Apa? Kau membunuh mereka?" Ulang El yang juga memandang Meysha. "Aku hanya menghajar mereka, lalu mewawancarai mereka," jawab Meysha sambil mengangkat bahu. "Tapi mereka malah meledakan diri sendiri. Sumpah, aku tidak berniat membunuh siapa-siapa," tambahnya begitu melihat sorot meragukan dari El. "Jam tangan itu..." Kata Ben segera, ia teringat pada jam tangan yang digunakan Eyerish, jam tangan itu menampilkan waktu mundur yang berwarna merah sebelum rumah Pak Alkin meledak. "Tepat sekali," Green menunjukkan jam tangannya. Tidak ada yang aneh dari jam tangan lusuh dan murahan itu. "Jam ini akan meledak jika kami membeberkan identitas kami. Itu adalah peraturan mutlak Eye Tracker." "Apa? Kau membawa bom bersamamu?!" Seru El segera. Green mengangguk, malah tampak santai. "A... Apakah kita akan meledak?" Tanya Ben. "Bukankah kau sudah membeberkan identitasmu?" Green tertawa tiba-tiba. Ia menyadari jika ia telah mengatakan hal yang membuat mereka ketakutan. "Oh maaf... Santai saja, kita tidak akan meledak. Haha." Ia masih terkekeh geli. "Hei, kau sudah membeberkan identitasmu kepada kami," kata El jengkel. Tentu saja mereka merasa was-was mendengar Green yang membawa-bawa bom di tangan. "Oh ini hanya bagian umumnya saja, tidak terlalu rahasia," Green terkekeh. El memutar bola matanya. Yang benar saja, hal semacam ini dibilang tidak terlalu rahasia, padahal ia tidak pernah mengetahui hal ini. "Lalu? Apakah kau dapat dipercaya?" Tanya Meysha dengan sorot tajam ke arah Green. "Jangan-jangan kau akan melaporkan kami kepada atasanmu. Entah yang di kepolisian atau pun di Eye Tracker." Green kembali terakhir. "Santai, Nona manis. Aku juga saat ini memikirkan hal yang lebih baik, bukan untuk diriku pribadi, tapi untuk banyak hal." "Untuk banyak hal?" Ulang Meysha. Green mengangguk. "Aku sudah menduga jika El akan bertemu dengan Eyerish lainnya. Aku pernah mendengar jika ada kelompok Eyerish selain dari Eye Tracker dan Vinctum. Kurasa kalian lah kelompok itu." Meysha mengangguk ragu untuk membenarkan. "Jadi, Dorys dan kawan-kawannya memang mendapat tawaran dari klien yang berasal dari Vinctum. Aku tidak tahu jelasnya karena kerahasiaan klien sangat ketat. Jadi mereka diperintahkan untuk menangkap dua orang Eyerish, dan seperti yang kau katakan, Nona, pastilah Eyerish yang dimaksud adalah si buronan dan satu lagi entah siapa." Jelas Green. "Tapi aku mendengar laporan jika satu orang Eye Tracker gagal dalam misi di dekat tempat tinggalku. Dan setelah aku mengeceknya, Eye Tracker yang gagal tersebut terkahir dideteksi berada di rumah Pak Alkin, dan El baru saja dari sana pada malam tersebut." "Kau...sudah mencurigaiku?" Tanya El. "Sedikit." Green mengangguk. "Aku tahu jika Emily berbohong tentang alergimu. Dan kau juga berbohong ketika itu. Aku tahu kalian berbohong tapi aku tidak tahu kenapa. Jadi aku mengawasi rumah Emily untuk beberapa saat. Lalu aku melihat si buronan di dalam rumah Emily, saat itulah aku tahu jika kalian terhubung sesuatu mengenai Eyerish." Green menyeruput minumannya sebentar. "Kemudian tiba-tiba saja El terluka parah ketika kita sedang menyelidiki kasus, saat itu beberapa Eye Tracker ditemukan terbakar di beberapa titik. Aku berencana untuk menanyakan penyebabnya, namun kau malah kabur bersama Emily. Jadi aku mengikuti kalian..." "Kau mengikuti kami?" Sela El segera. "Oh ya, tentu saja. Kenapa kau tidak bertanya mengapa Eye Tracker tidak menyerang kalian ketika itu?" "Kukira karena kami berhasil lolos?" "Tidak, kawan. Aku yang menyingkirkan mereka sehingga kau dan Emily bisa pergi." El terhenyak di kursinya. Ia tidak menyangka Green akan terlibat ketika ia melarikan diri dari rumah sakit. Padahal saat itu ia berencana untuk menghindari Green. "Ma... Makasih kalau begitu," kata El. "Sama-sama," Green mengangguk santai. "Lalu kau mengikuti mereka?" Tanya Meysha. "Yap," jawab Green. "Aku mengikuti mereka hingga di Goshenite. Sayangnya teman-temanku sudah berada di sana. Dan juga Vinctum." "Teman-temanmu?" Ulang Ben. Green mengangguk. "Eye Tracker datang ke sana untuk menyelidiki mengapa anggota kami banyak yang gagal dalam misi. Sekaligus..." Ia jeda sesaat. "...mencoba untuk merekrut Eyerish yang diincar oleh Vinctum." "Merekrut?" Ulang Ben, tampak bingung. "Kau pikir kami bodoh? Eye Tracker juga ingin menangkap Eyerish Api kan?" Kata Meysha sinis. Green menjentikkan jari. "Tentu saja. Kabar keberadaan Eyerish Api sungguh menghebohkan. Sampai-sampai atasanku lebih menginginkannya daripada uang Vinctum." "Maksudmu... Kau ingin menangkap Rom untuk kelompok kalian? Bukan untuk Vinctum?" Tanya El, melirik sebentar pada Rom yang diam saja selama pembicaraan mereka. "Bisa dibilang begitu." "Untuk apa kalian menangkap Rom?" Tanya Ben. "Hal klasik. Seperti... untuk memperkuat kelompok kami. Vinctum agak menyebalkan karena memanfaatkan kelemahan kami. Begitu pula pemerintah dari kelompok Manusia yang terlalu sombong karena menguasai Beryl." "Maaf, tapi aku tidak sekuat itu," Rom membuka suara. Green terdiam sesaat mendengar kata-kata Rom, mungkin ia sempat mengira Rom bisu karena diam saja selama pembicaraan. "Oh, yah..." Katanya bingung. "Biasanya orang yang lebih kuat memang suka merendah." Ia terkekeh lagi, namun ruangan tetap hening. Green buru-buru menghentikan tawanya melihat ekspresi serius dari kelompok lawan bicaranya. "Ngomong-ngomong, aku tidak memberitahu atasanku tentang kau yang adalah Eyerish, El." kata Green kemudian pada El. El mengerutkan dahi mendengarnya. "Aku melapor kepada atasanku jika yang membunuh Dorys adalah si buronan." "Yang benar saja, Green..." Keluh El. "Aku berniat melindungimu, kuharap kau berterima kasih." El malah mendengus jengkel, ia melirik Rom yang kini tampak gugup. Tentu saja hal ini akan menambah tuduhan pada si Eyerish Api yang payah itu. "Oh, jadi kau dipanggil Rom?" Green buru-buru menyodorkan sebelah tangannya. "Namaku Green, partner kerja El." Rom diam saja sambil memandang tangan Green yang terjulur ke arahnya. Ia semakin gugup. Mungkin Green mengira Rom adalah pribadi yang dingin, ia segera menurunkan tangannya melihat Rom yang tak kunjung menjabat tangannya. "Pokoknya senang bertemu denganmu, haha." Ujarnya canggung. Rom hanya menganggukkan kepala. "Jadi sekarang aku adalah buronan?" Tanya El. "Tidak secara resmi. Hanya dari kepolisian yang memberikan perintah untuk segera menemukanmu. Mungkin mereka mengira kau ada sangkut pautnya dengan Eyerish Api." "Kabar bagus karena belum ada yang tahu jika kau adalah Eyerish," komentar Meysha pada El. "Aku tidak berpikir ini kabar bagus," El menghela nafas. "Lalu, Anda di pihak mana?" Tanya Ben. "Ah, pertanyaan anak ini mengena," komentar Green. "Siapa dia? Keponakanmu?" "Namaku Ben," Ben segera memperkenalkan dirinya. "Dan aku adalah seorang mahasiswa yang sedang membuat tugas akhir. Aku meneliti tentang kelompok lain, dan aku memilih untuk meneliti tentang Eyerish." Ekspresi Green tidak jauh berbeda dengan El ketika mengenal Ben pertama kali, tentu saja. Ucapan Ben memang kedengaran agak aneh. Meneliti Eyerish? "Wah, aku baru tahu ada mahasiswa yang akan meneliti tentang Eyerish," komentar Green. "Lalu Anda berada di pihak mana, Pak?" Ben mengulang pertanyaannya. "Hmm," Green mengusap dagunya. "Untuk ini, aku akan memberikan keputusan kepada El." El membelalak bingung. "Aku?" "Ya, silahkan kau pilih yang mana," ujar Green. "Anggap saja aku adalah pengemudi mobilmu, kau bebas memilih arah yang mana. Aku akan siap mengantarkanmu. Jika kau memilih kepolisian, itu artinya kau memasuki zona Manusia. Jika kau memilih Eye Tracker, kau tahu apa yang mereka inginkan," ia melirik sesaat pada Rom. El menghela nafas dengan jengkel. Lagi-lagi ia diberikan pilihan. Sial. "Aku tidak suka keduanya," komentar Meysha. "Tapi kita butuh bantuan untuk melawan Vinctum," kata Ben. "Ben benar," El tidak ingin mengakui hal ini, tapi jika Vinctum benar-benar akan menyerang Beryl, cepat atau lambat, mereka harus memasuki salah satu kubu untuk membangun kekuatan. Dan kubu ini haruslah sejalan dengan mereka, yaitu jalan untuk berdamai. Tapi kubu mana yang akan mau memilih perdamaian? Meysha menarik nafas dengan jengkel. "Jika kita memang tidak memiliki banyak pilihan," ujarnya. "Aku tidak akan memilih kelompok Manusia." "Tapi jika kita memilih Eye Tracker, kita seperti menjual Rom." Kata Ben juga. "Wah, wah... Kalian kelihatan serius ya?" Green seperti mengolok mereka sambil mengunyah camilannya. "Oh ya, beritahu ayahmu jika kue ini enak sekali." El mengusap dahinya yang entah mengapa berkeringat. "Lalu apa keputusanmu, El?" Tanya Ben, seperti mendesak El. Meysha bersandar pada punggung sofa dengan tangan melipat di d**a, tampaknya ia memberikan kewenangan kepada El untuk memutuskan pilihan. Lalu terdengar bunyi ponsel. Ben bergerak merogoh sakunya, dan benar saja ponselnya yang sedang berdering. Pasang matanya melebar melihat layar ponselnya yang menyala. "Dari Avi!" __*__
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN