bc

The Dark Romance [END]

book_age18+
1.0K
IKUTI
3.4K
BACA
revenge
dark
contract marriage
arrogant
mistress
billionairess
drama
mxb
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

ADULT ROMANCE!

Sabrina dan Leon bersama dua tahun lamanya. Sabrina tahu dia berada di jalan yang salah dengan mencintai pria milik wanita lain. Tapi logikanya sudah mati dibutakan cinta. Dia hidup dalam kebimbangan, ketakutan, kesedihan dan sesekali dia ingin melompat dari atas rooftop.

Dia mencintai seseorang yang tidak seharusnya dicintainya, namun Varell adik Leon menawarkannya sebuah pernikahan. Memaksa Sabrina untuk menikah dengannya karena motif pribadi terhadap kakaknya.

Lalu, akankah Sabrina dan Varell saling jatuh cinta dan melupakan Leon yang menjadi kakak iparnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
    Sabrina menyesap  kopi dalam mug bergambar wajah seorang pria—vokalis band terkenal tahun 2000-an. Mug itu pemberian seorang temannya saat SMP dulu tepat ketika Sabrina ulang tahun yang ke 13. Matanya menatap layu pemandangan langit yang sedikit demi sedikit membiru karena awan mulai menampakkan  dirinya dengan ceria. Tetapi matahari masih tampak malu-malu menyapa makhluk bumi yang selalu merindukannya di tiap pagi.      Sabrina bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta Selatan. Dia dipercaya sebagai sekretaris Direktur Utama RFO grup. Bosnya adalah seorang pria prefectionis berusia 55 tahun yang akhir- akhir ini sering muncul di televisi nasional karena dekat dengan para pejabat dan isu yang berembus soal jabatan baru yang akan diterimanya langsung dari presiden.      Sabrina kembali menyesap kopinya sembari memejamkan mata. Dia merasa bersalah karena telah menjalin hubungan gelap dengan putra bosnya—Leon Rafka Joari. Pria 31 tahun dengan seorang istri dan anak berusia 5 tahun. Sabrina mengumpati dirinya sendiri. Dia merasa bersalah dan jahat. Dia bukan w************n yang mudah memberikan tubuhnya kepada tiap pria yang rela membayarnya. Dia melakukan itu karena cinta. Karena dia mencintai Leon. Dan hubungan itu masih beralanjut lebih dari dua tahun.      “Kamu percaya kalau tiap perbuatan kita itu ada balasannya?” tanya Nadia, sahabat Sabrina di akhir bulan juli kemarin.      Sabrina terdiam.       “Sab, kamu sudah menyakiti hati seorang wanita dan kamu sendiri seorang wanita. Masih banyak pria lajang di dunia ini. Putuskan hubunganmu dengan Leon. Aku peduli sama kamu karena aku sahabat kamu.”      Sabrina mengikat rambutnya dengan asal. Dia membuka laptop dan membuka file berisi pekerjaannya sebagai sekretaris Ferry. Pria 55 tahun itu terkenal humble dan baik. Dia bahkan sangat menyayangi Sabrina seperti menyayangi kedua putranya. Sabrina harus memilih antara mengakhiri hubungannya atau mengakhiri pekerjaan yang selama ini menghidupinya.       Bagaimana nanti jika Ferry tahu soal hubungan gelap putra dan sekretarisnya? Di mana Sabrina harus meletakkan wajahnya?      Sabrina menutup laptopnya. Dia tidak tahu harus melakukan apa sebelum berangkat kerja. Dia bingung dengan  semua yang telah terjadi padanya. Mengakhiri hubungannya dengan Leon sama saja dengan mencoba hidup dalam kehampaan. Betapa dia sangat mencintai Leon dan Sabrina pun merasakan hal yang sama meski dia harus menunggu Leon mengabarinya dan bersabar karena pria itu tidak bisa  selalu ada untuknya.      Telepon berdering tertera nama di layar, Pak Ferry.      “Halo, Pak.”       “Sab, besok saya akan pergi ke luar kota dan saya tidak bisa memastikan kapan pulang bisa seminggu lebih atau  kurang. Nanti Varell bakal ngegantiin saya selama saya ada di luar kota. Kalau nanti dia banyak tingkah kamu bilang saja ke Leon ya. Leon bisa mengendalikan adiknya.”      Deg! Sabrina merasa jantungnya jatuh. Varell adalah adik Leon yang baru baru ini menduduki jabatan sebagai CEO di lini perusahaan RFO yang bergerak dibidang jasa keuangan. Pria 28 tahun itu terkenal arogan dan Bozzy. Bukan hanya itu, Varell tahu soal hubungannya dengan Leon. Sabrina semakin stres karena di satu sisi dia tidak ingin mengecewakan Ferry yang dianggap seperti orang tuanya sendiri.      “Iya, Pak.”      “Kamu kenapa,Sab?” suara hangat penuh kekhawatiran Ferry membuat Sabrina tersentuh. Dia seakan tahu kalau  sekretarisnya sedang dalam keadaan tidak baik.      “Tidak, Pak. Cuma sedikit pusing saja baru bangun soalnya.” Dustanya.      “Oh ya, jaga kesehatan, Sab. Sehat itu mahal. Saya harap kamu dan Varell bisa menjalin hubungan baik karena ada kemungkinan saya akan berhenti bekerja dan  konsentrasi di dunia politik. Dia akan menggantikan posisi saya.”      “Iya, Pak. Semoga sukses di pekerjaan barunya, Pak.”      “Iya, terima kasih. Sebenarnya saya ingin cerita banyak ke kamu soal Varell tapi ya sudahlah nanti saya cerita kalau kita bertemu saja ya. Terima kasih, Sab.”      “Iya, Pak.”      Sabrina mematikan ponselnya.      Varell salah satu nama yang dihindari Sabrina. Dia hanya tidak suka ketika Varell menatapnya seakan dirinya  adalah w*************a kakaknya.Dan tatapan Varell bukan hanya sebatas itu, ada makna tersembunyi dalam tatapan mata dingin sekaligus tajam sepertimata elang itu.  ***     Sabrina mengenakan kemeja hitam lengan panjang dan rok span selutut. Jam tangan sport perpaduan warna pink dan hitam, rambut kuncir kudanya yang khas. Sabrina jarang menggerai rambut panjang hitamnya. Dia lebih suka menguncirnya karena lebih simpel dan praktis.      Dia menyapa setiap karyawan yang dikenalnya. Tersenyum dan mengucapkan selamat pagi adalah salah satu ritual kesukaannya dalam bekerja. Dia berpapasan dengan Varell saat hendak memasuki ruangannya. Mereka saling tatap untuk beberapa saat. Varell menatap Sabrina dengan tatapan dingin dan tajam.       “Selamat pagi, Pak.” Sabrina mencoba mencairkan iklim tegang itu. Dia ingin tersenyum tapi bibirnya terasa kaku.      “Pagi, ruangan kita bersebelahan ya.” Sabrina menangkap perkataan Varell sebagai suatu pernyataan.      “Ya,” sebenarnya tanpa dijawab pun Varell sudah tahu karena dia sering ke kantor ayahnya. Itu Cuma basa basi—pikir Sabrina.      “Bagus kalau begitu.” Ujarnya seraya meregangkan dasinya dan berlalu memasuki ruangannya.      Varell berkulit putih dan memiliki lesung pipi yang menawan. Dia tidak berbeda dengan sang kakak dalam urusan ketampanan.Namun, gosip yang beredar Varell bukanlah pria ramah seperti Leon. Dia cenderung ketus dan jutek.  Terakhir kali Varell memiliki kekasih adalah sekitar lima tahun lalu. Dia tidak mudah jatuh hati pada wanita, itu yang membuat para wanita yang mengenalnya begitu menginginkan Varell.      Seperti yang Sabrina pikir, Varell seakan mempunyai maksud tertentu pada Sabrina. Tatapan bermakna itu masih terbayang di kedua mata telanjang Sabrina. Tatapan yang entah Sabrina tidak bisa menebak. Dia ingin menelpon Leon dan mengabari kalau adiknya akan menggantikan posisi ayahnya dan selama itu pula dia akan menjadi sekretaris  Varell. Sabrina ingin protes kenapa bukan Leon yang menggantikan Ferry?     Leon adalah putra pertama dan harusnya jabatan sepenting ini jatuh pada Leon bukan Varell yang dari usia belum  terlalu matang untuk memimpin sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di berbagai bidang. Namun, Sabrina ingat kalau Leon memintanya untuk tidak menghubunginya pada hari ini dan menunggu sampai Leon  mengabarinya dulu.  ***     Oliv masuk ke ruanganku dengan wajah cemberut. Dia persis seorang pria dengan rambut pendek dan penampilan kasual setiap harinya. Dia bekerja sebagai staf kepegawaian. Dia orang yang sangat menyenangkan meski agak menyebalkan dan suka berbicara ceplas ceplos. Aku tahu kegundahannya saat ini pasti karena Varell. Sudah lama Oliv tidak menyukai Varell. Dia melabeli Varell dengan label pria dingin, arogan dan selalu bertindak sesuai dengan  kemauannya tanpa memikirkan perasaan orang lain.      “Pasti gara-gara bos baru ya,” ujarku seraya membuka laptop.      Oliv meniup poni rambut yang menutupi sebagian matanya. “Pastinya. Baru juga pagi ini dia minta bikin ini-itu. Katanya sanksi disiplin di sini kurang baguslah, berantakanlah dan macem-macem deh. Aku stres!” gerutunya.      “Jangan keras-keras dia di sebelah.” Aku menunjuk ruangan Varell dengan mata.      “Ruangan ini kan kedap suara, Sab.” Katanya mengingatkan, aku cekikikan.      “Dia sudah nyuruh apa saja ke kamu?” Oliv bangkit dan menghampiriku.      “Belum.” Kataku seraya menggeleng.      “Serius belum?” dia menatapku tidak percaya.      “Iya.” Aku balik menatap Oliv.      “Kok belum sih,” Oliv tampak kecewa, dia kembali duduk di sofa. Bersender dan melipat kedua tangannya di perut.      “Ya, sekretaris kan Cuma mencatat dan menulis soal jadwal dan hal-hal yang berhubungan dengan klien.”      Oliv mendesis. “Aku sih berharap Leon saja yang menggantikan Pak Ferry. Varell—“ kalimat Oliv menggantung ketika Varell masuk ke ruanganku tanpa mengetuk pintu. Sontak Oliv membenarkan  duduknya.      “Kenapa kamu di sini? Kamu bagian ke pegawaian kan?” tanya Varell tajam.     *** Halo, Jangan lupa tap love ya kalau suka cerita ini ^^

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook