sepuluh

1228 Kata
RADHA menggigit bibir bagian bawahnya. "Saya rasa..." Ia melirik Max yang tengah menatapnya serius. Radha tidak bisa menebak apa isi pikiran Max karena pria itu... terlalu sulit untuk dimengerti. "...anda juga bukan orang yang jahat." Max menyeringitkan dahinya; ekspresinya menunjukkan kebingungan. "Semua orang... memiliki sisi baik dan buruk, meskipun anda bilang anda bukanlah orang yang baik... itu tidak menjadikan anda orang jahat sepenuhnya 'kan?" jelas Radha. Entah itu hanya ilusi atau mata Radha yang salah melihat, ia seperti melihat sudut bibir Max sedikit terangkat. Tetapi itu hanya bertahan sepersekian detik dan bibir Max kembali ke posisi semula. "Satu tahun." "Apa?" "Waktu pernikahan kita adalah satu tahun." Radha merasa hari ini ia benar-benar menjadi super duper bodoh atau memang Max terlalu pintar sehingga Radha tidak mengerti dengan perkataan pria itu? "Maksud anda..." "Pernikahan kita ini adalah pernikahan kontrak," Max mengatupkan kedua tangannya, "saya tidak ingin menghabiskan hidup saya dengan orang yang tidak saya cintai, maupun yang tidak mencintai saya. Anda juga berpikir begitu bukan?" Di dalam hati, Radha menyetujui perkataan Max. Ia cukup terkejut mengetahui Max yang bijaksana mengenai hubungan pernikahan, meskipun ia tidak masalah harus menikahi Max dan menghabiskan sisa hidupnya bersama pria itu demi kepentingan banyak orang rasanya memang kurang menyenangkan apabila bertahan di sisi orang yang tidak ia cintai. "Dalam kurun satu tahun anda harus mencegah perusahaan keluarga anda agar tidak bangkrut dan mampu mengembangkan perusahaan keluarga anda kembali dalam masa kejayaannya." Max meraih gelas sampanyenya. "Apabila anda berhasil melakukannya dan melunasi hutang keluarga anda, maka saya akan mengabulkan satu keinginan anda." Radha mendengar penawaran Max dengan hati-hati. "Apa anda tidak takut saya meminta sesuatu yang merugikan anda?" Tanya Radha perlahan. Max menyunggingkan senyum dinginnya. "Saya tahu anda bukan orang yang seperti itu." Radha sedikit kebingungan mendengar balasan Max, tetapi ia berusaha menutupinya dengan menyunggingkan senyuman sopan. "Saya akan meminta saham yang diberikan kakak saya kepada anda untuk dikembalikan." "Cerdas," komentar Max singkat. "Saya memiliki saham sebesar 10% di perusahaan anda dan dengan 45% itu tentu saja saya menjadi pemegang saham terbesar, saya hanya akan mengembalikan 40% saja dan sebagai kompensasi bunga atas keterlambatan pembayaran hutang keluarga anda, saya akan menahan 5% sahamnya. Bagaimana?" "Baiklah." Lagipula penawaran itu tidak terlalu merugikan perusahaan ayah Radha. Meski Radha buta dalam hal bisnis, setidaknya Max setuju untuk mengembalikan 40% saham perusahaannya dan itu adalah win-win solution. Anggap saja 5% saham itu sebagai bunga dan biaya hidup Radha selama Radha tinggal bersama Max. Max mengangguk puas. "Kalau begitu saya akan menyiapkan segala persyaratannya dengan pengacara saya. Tapi," seketika itu juga telinga Radha menjadi awas, ia tetap menampakkan wajah tenangnya tetapi hatinya sedikit was-was. Bagaimana pun juga Max bukanlah pria yang simple. "saya memiliki tiga persyaratan dalam pernikahan kita." Radha memilih tidak menyahut, ia memasang postur untuk mendengarkan perkataan Max dengan seksama. "Satu, sebagai suami istri kita harus saling menghargai. Kita memang tidak saling mencintai tapi alangkah baiknya kita tetap respek dengan tidak berselingkuh dan saling mempercayai. Kita harus memiliki fondasi dasar dan kepercayaan agar menjaga hubungan kita tetap harmonis dan tampak akur di hadapan semua orang." Radha mengangguk. Bagaimana pun juga ia tidak memiliki kekasih saat ini dan hal itu tidaklah sulit. Mungkin untuk memercayai Max membutuhkan waktu beberapa lama tetapi untuk loyalty, Radha bisa menjamin itu. Ia sedikit khawatir mengingat Max memiliki banyak partner one night stand dan mantan kekasih yang tidak bisa disandingkan dengannya, tetapi mendengar perkataan Max yang seolah-olah memintanya untuk mempercayai dia, diri Radha menjadi jauh lebih tenang. Setidaknya meskipun mereka tidak saling mencintai, mereka harus berakting saling mencintai di hadapan banyak orang. Radha setuju dengan poin yang dibicarakan Max, mereka harus saling menghargai satu sama lain. Ada sedikit kekaguman yang tumbuh dari dalam hati Radha terhadap Max, dari sekian banyak minus yang ditunjukkan Max kepadanya, pria itu kini menunjukkan satu poin positif yang membuat Radha kagum. "Dua, perjanjian kita ini tidak boleh ada satu orang pun yang tahu. Termasuk keluarga dan sahabat anda, tidak ada yang boleh tahu. Yang mengetahui hal ini hanya saya, anda, dan pengacara saya. Mungkin orang kepercayaan saya akan ada yang mengetahui hal ini karena bagaimana pun juga sulit bagi saya merahasiakan ini dari mereka, tetapi sebisa mungkin saya akan merahasiakan hal ini. Saya harap anda bisa kooperatif dalam hal ini, kita akan disorot berbagai pasang mata baik itu kawan maupun lawan saya dan saya harap kita tidak membiarkan mereka mengetahui celah ini dan memanfaatkan kita untuk kepentingan mereka yang merugikan kita." Radha mengangguk lagi. Tidak heran orang seperti Max memiliki lawan bisnis yang mengerikan, mereka bisa saja melakukan apapun untuk menghancurkan Max. Mungkin kalau itu Max sendiri, Radha masa bodoh tetapi saat itu terjadi ia sudah menjadi istri Max dan keluarganya sendiri pun bisa menjadi sasaran mereka. Radha tidak ingin hal buruk kembali menimpa keluarganya, cukup ia saja yang mengalami hal ini. "Dan terakhir, let's not fall in love." Tatapan Radha kepada Max berubah menjadi sedikit menajam, ia mengerti maksud pria itu dan ia sendiri tidak berniat untuk jatuh cinta kepada Max tapi... apa perlu dipertegas? Rasanya Max terlalu pede kalau ia, seorang Radhayana Saviela Brathawidjaya akan jatuh cinta kepadanya. "Saya sudah memberitahu anda bahwa saya bukanlah orang baik dan saya harap kita tidak saling jatuh cinta. Hal itu akan mempersulit hubungan kita ke depannya, lebih baik kita tetap bertahan sebagai rekan yang baik dan menciptakan lakon harmonis di hadapan semua orang." "Saya mengerti semua poin anda dan saya akan melakukannya dengan baik." Radha segera menjawab to the point, ia adalah orang yang tidak suka basa basi dan Max cukup puas dengan jawaban lugas Radha. Sepertinya calon istrinya ini bukanlah wanita yang terlalu buruk. "Baiklah. Kabar mengenai pernikahan kita akan keluar besok lusa dan sabtu depan anda akan bertemu dengan keluarga besar saya membicarakan mengenai pernikahan ini." Keluarga besar? Radha merasakan hatinya menciut seketika. Ia tahu keluarga Dexter adalah keluarga yang cukup terpandang di Indonesia. Setelah mencaritahu mengenai sejarah keluarga Dexter, Radha mengetahui kalau generasi pertama keluarga Dexter adalah seorang pria Inggris yang bekerja untuk Gubernur Raffles dan menikah dengan seorang wanita Indonesia keturunan tionghoa. Meskipun Inggris telah keluar dari Indonesia, ia tetap berada di Indonesia dan bekerja keras untuk membangun kerajaan Dexter yang diturunkan secara turun temurun kepada anak cucunya hingga saat ini. Leluhur Max pastinya bukan orang yang simpel mengingat mereka mampu bertahan dari jaman penjajahan, kemerdekaan, orde baru, hingga reformasi saat ini. Melihat wajah Radha yang sedikit muram, Max bersuara, "Tidak perlu khawatir, saya akan memastikan tidak ada yang menghambat pernikahan kita. Anda akan menjadi istri saya kelak dan menjadi bagian dari keluarga Dexter, walaupun hanya sementara, selama kita menjadi suami istri saya akan selalu menjadi perisai anda." Hati Radha sedikit tersentuh mendengar kata-kata Max, tetapi ia tidak mau mengambilnya sampai hati. Ia mengangguk pelan, "Saya mengerti." "Tiga bulan." Radha kembali menampakkan kebingungannya. "Dalam tiga bulan kita akan menikah. Saya akan meminta orang kepercayaan saya untuk mengurusnya dan akan melibatkan anda juga, tetapi hanya bagian kecil saja sehingga tidak membebani anda. Dan dalam kurun waktu itu, saya akan menyuruh orang kepercayaan saya untuk mengajar anda pula mengenai dasar-dasar bisnis." Pelayan datang membawakan makanan yang mereka pesan membuat keduanya terdiam beberapa saat, setelah pelayan tersebut selesai menyajikan di hadapan Radha dan Max barulah Max berbicara lagi, "Mari kita makan terlebih dahulu. Selebihnya akan dijelaskan oleh orang kepercayaan saya nanti." Radha mengangguk. Ia cukup senang dengan sikap respek yang diberikan Max kepadanya, setidaknya ada satu hal yang Radha tangkap dari segala sikap Max kepadanya, Max tidak merendahkan wanita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN