Bab 6

1036 Kata
[Nadia POV] Aku kira dia tidak akan datang karena tadi pesan terakhirku tidak dibalas jangankan dibalas dia saja tidak membacanya. "Udah kenyang?" tanya Dev setelah melihatku menghabiskan terang bukan yang dia berikan. "Udah tapi aku mau minum susu." "Belum hamil aja udah ngidam," ledek Dev mendengar keinginan ku. Aku memicingkan mataku pada Dev, "Beda ya ngidam sama keinginan itu beda jauh," elak ku menyanggahkan pendapat. "Emang apa bedanya?" tanya Dev menaikan sebelah alisnya. "Beda banget lah kalau ngidam itu waktu hamil kalau ingin itu siapa aja bisa berangan-angan iya kan? sekarang aku mau minum susu." Aku beranjak turun dari kursi dan berjalan kekulkas. "Ini kulkas lengkap isinya emang sengaja diisi?" tanyaku melihat banyak makanan didalamnya. "Iya sengaja buat tuan putri cerewet dan banyak maunya," ledek Dev berjalan menuju sofa diruang tamu. Aku mencibirkan bibirku kesal, "Bisa gak sih dia gak nyebelin gitu," gerutu ku mengambil sekotak s**u ukuran 500 ml. Aku mendekati Dev yang memutar televisi diruang tamu, "Lagi nonton apa?" "Nonton bola," jawab Dev. "Kenapa sih cowok suka nonton sepak bola padahal gak jadi pemain sepak bola juga." Astaga Nadia apa kamu ingin memulai perdebatan? Gerutuku dalam hati. "Kenapa sih cewek suka nonton drama udah tau bikin nangis masih aja ditonton ampe ada istilah nonton maraton lagi," balas Dev dengan senyum meledeknya. Aku hanya bisa mencibir kesal menghadapi wajah Dev. "Mau kemana?" tanya Dev saat dia melihatku melangkah pergi dari ruang tamu. "Kekamar mau bobo," jawabku singkat. "Sini duduk temenin." Idih buset Lo siapa woii astaghfirullah. Aku baru juga berada disini ruangannya cukup luas jadi agak ngeri juga mau tidur sendirian. Akhirnya aku duduk disofa sebelahnya Dev. "Takut ya?" ledek Dev melihat aku membawa bantal kesofa. Banyak bicit lah kau Dev. Uhh gemasnya pengen menghujat hati ini tidak tahan ingin melontarkan kata-kata mutiara. "Enggak." Dev tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku, "Pasti takutkan iya kan? kenapa sih cewek itu ribet banget ngungkapin perasaannya." Aku memicingkan mataku, "Kenapa sih cowok tuh suka ngeledek narsisnya selangit terus gak peka padahal cewek kodenya gak rumit-rumit amat kayak barcode." Yes diem kan mampos!. Aku bersorak dalam hati saat Dev terdiam tapi kenyataannya dia hanya sedang fokus menonton bola. Dahlah males ngurusin mahluk setan, aku memilih untuk menonton film drama lewat smartphone ku. "Gantengnya.." pujiku melihat aktor asal negeri ginseng itu lewat layar smartphone. "Makasih baru nyadar aku ganteng?" Astaghfirullah kesamber gledek dia ya bisa-bisanya dia ikutan nyambung apa emang urat Ke-PD-an warga Indonesia senarsis ini. "Bukan kamu," jawabku ketus tetap menonton film yang aku tonton. "Hargai sedikit apa orang yang lahir di negerimu ini," saut Dev dengan nada nasionalisme. "Gak usah sok-sokan nasionalisme deh kalau liga mu masih liga Inggris." Dev terkejut mendengar pernyataan ku, "Ihh ihh awas ya." Dev berusaha menggelitik ku tapi aku terus menghindar sampai kami bermain kejar-kejaran. Sampai akhirnya aku tersandung dan terjatuh disofa untungnya disofa gak kebayang kalau jatuhnya dilantai, "Akhh ampun.." Dev terus menggelitik perutku. "Hahaha ampun Dev." Aku terus meronta berusaha untuk menendang Dev tapi tidak berhasil. Sampai akhirnya Dev berhenti menggelitiki. Aku yang sudah kelelahan malam-malam olahraga benar-benar faedahnya. Keringat bercucuran aku seperti ikan yang terdampar. Aku mengatur deru nafasku begitu juga dengan Dev, "Dah puas?" tanyaku dengan tawa kecil. Dev hanya tertawa kecil kemudian merebahkan dirinya diatas sofa. Perlahan dia memejamkan matanya. Aku yang melihat Dev yang mulai tertidur dengan pulas. Astaga boleh peluk gak ? huhu suami orang ya Tuhan kenapa dilema ku gini amat ya... Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sambil memeluk bantal guling. Ya sudahlah cuma bisa meluk bantal. Aku menyusul Dev didalam mimpi. Mimpi ya indah .. apa kah ini nyata? "Aku mencintaimu mu Nad.." Perlahan Dev mendekati wajahku hingga bibir kami bersentuhan satu sama lain. "NAD! NADIA!" Sontak aku bangun terkejut mendengar suara yang memanggil nama ku dengan nada dingin. "Apa tadi itu nyata atau hanya mimpi?" tanyaku pelan pada diriku sendiri sambil memegang bibirku. Aku mengucek mataku melihat matahari sudah menelusuri Villa, "Jam berapa ini?" "Lihat saja diponselmu." Dev sepertinya sudah selesai mandi bahkan dia sudah terlihat rapi. "Hari ini aku akan membawa istriku kemari untuk mengajak kalian lebih akrab bersiap-siaplah dalam hitungan beberapa jam aku akan kembali," kata Dev seraya menggunakan kemejanya. Oh astaga pagi-pagi lihat yang segar-segar baru bangun dari mimpi yang indah dan aku melihat roti sobek yang baru matang begitu segarnya.. Aku hanya bisa melongo melihat tubuh Dev yang terekspose dengan seksinya. "Nad? kamu dengar tidak?" Aku membuyarkan lamunanku, "Iya aku dengar," jawabku sambil menganggukkan kepala. "Cepatlah mandi nanti aku akan bawakan sarapan atau kamu kalau terlalu lapar masak dan makanlah terlebih dahulu." Aku menganggukan kepalaku mengerti. Dev kemudian berjalan pergi menuju mobilnya. Astaga kalau mantap-mantap enak banget Ehh Nadia apa-apaan ini. Aku menepuk-nepuk pipiku, "Jahanamnya kamu Nadia." Aku bergegas merapikan ruang tamu dan beranjak untuk kekamar mandi. Rasanya baru saja aku mulai mandi atau aku mandinya yang terlalu lama? Terdengar suara mobil dari kamar mandi. Tapi kenapa kemarin tidak terdengar suara mobil dari dapur? apa karena posisi kamar mandi lebih dekat dengan garasi? Pagi-pagi udah belibet pertanyaan aku menggelengkan kepalaku dan bersiap untuk dandan yang rapi meskipun aku hanya memakai baju biasa dan menyisirkan rambutku kemudian aku jepitan dengan Jedai. Dev datang dengan istrinya. Mesra sekali mereka bergandengan tangan dan aku hanya bisa menatap mereka menyambut tamu seorang diri?  benar-benar nasib sial untukku. "Hay.." Sapanya saat aku mendekati mereka didepan pintu. "Kenalin aku Intan, Intan Prasiska kamu bisa panggil aku Intan," ucapnya seraya dengan jabatan tangan. Aku menerima jabatan tangannya, "Nadia, Nadia Christina. Panggil aja Nadia." Aku membalasnya dengan senyuman kecil. Wajar saja jika Dev ingin mempertahankan hubungan pernikahannya. Intan terlihat begitu alim menggunakan pakaian tertutup. Hijabers wanita yang selalu diagung-agungkan oleh banyak pria dan selalu diimpikan banyak orang. Aku mengajak mereka masuk kedalam sebelum aku menutup pintunya. "Kamu udah makan?" tanya Intan. "Belum baru aja selesai mandi," jawabku dengan senyuman singkat. Humble dia gampang sekali memulai pembicaraan dengan orang lain. "Aku tadi buru-buru karena malam pengajian sampai larut aku ketiduran dan bangun kesiangan jadi gak sempat membawakan makanan," kata Intan dengan wajah kecewa. "Bagaimana kalau kita masak bareng aja?" usulnya bertepuk tangan ria. "Ide bagus tuh kalian masak bareng aku mau main game," kata Dev acuh memilih duduk disofa dan mulai mengeluarkan smartphonenya. Sikap Dev membuatku geram tapi aku menahannya dihadapan istrinya tercinta, "Ayo masak bareng aku mau belajar masak dari kamu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN