Chapter 12

793 Kata
Sejujurnya memang Karyna tidak mengerti mengapa atasannya-Dave-menjadi begitu aneh hari ini. Pria itu berkata mereka berdua harus mengikuti keinginan ibu dari pria itu. "Saya masih nggak paham, ada apa dengan bapak, sebenarnya?" tanya Karyna yang sudah sampai kembali di kantor. Kembali bersikap profesional dan menjadi rekan kerja dalam status atasan dan bawahan. Dave tidak menunjukkan sikap biasa saja. Rahangnya masih mengetat seperti pertama pria itu mendatanginya setelah meminta izin pada Hayana untuk pergi ke tempat yang lebih nyaman. Beralasan tak biasa dengan urusan wanita. "Apa kamu akan bertanya terus?" "Iya. Saya akan menanyakan apapun yang saya tidak pahami. Apalagi mengenai bapak." Menghela napasnya. Dave menatap Karyna dengan tajam. "Saya nggak suka kamu berdandan lebih berani dari biasanya. Lipstick merah kamu itu membuat banyak pengunjung pria di butik itu melihat kamu!" "Mereka punya mata untuk melihat saya, Pak. Apa masalahnya? Saya mengenakan lipstick merah karena ini-" Dave sudah pasti memutus ucapan Karyna dengan langkah tegapnya. Pria yang memiliki tinggi lebih menjulang dari Karyna itu menghapus jarak mereka dan menghimpit Karyna di dinding hingga perempuan itu tak bisa melawan kemanapun. Diciumnya bibir itu hingga bercak merah turut terbagi pada bibir Dave juga. Terengah, Dave melepaskan tautan bibirnya dan mundur. "Bersihkan lipstick kamu dan ganti dengan warna yang lebih lembut!" "Saya nggak mau menggantinya." Balas Karyna dengan sengit. "Apa??!" "Bapak dengar ucapan saya." "Dan apa alasannya kenapa kamu nggak menuruti perintah saya?" "Karena bapak yang sudah sengaja membuat berantakan, maka bapak juga yang harus bertanggung jawab untuk merapikan. Saya nggak akan menanggung apapun yang sudah bapak lakukan, kecuali urusan kantor." Tidak ada yang bisa membuat Karyna mengalah sekarang ini. Dia akan selalu menarik emosi Dave atau siapapun dengan argumen keras. Meksi tahu kalah, Karyna tak berniat mengalah untuk, saat ini. "Menurut kamu, apa yang akan terjadi jika kamu bekerja dengan keadaan seperti itu?" "Akan ada gosip yang menyebar luas di kantor sebelum pernikahan terjadi diantara kita. Dan itu berhubungan dengan nama baik bapak." Dave menggeram. Dia jelas kalah jika sudah diancam dengan nama baik. Dia tak mungkin membiarkan banyak karyawannya membuat spekulasi yang menghancurkan citranya. Sebelum papanya-Darga-turun tahta menjadi pemilik utama, sedangkan diri Dave masih menyandang status CEO saja, maka belum ada hal yang jelas memperbolehkannya untuk berbuat semena-mena. Dalam hal ini semena-mena untuk menunjukkan skandalnya dengan sang sekretaris terpercaya. "Oke! Saya bersihkan. Ikut saya ke ruang istirahat!" Lalu mereka memang membersihkan kekacauan sekilas itu. * Hutang : mana duitnya? Gue butuh duit sekarang! Jangan main-main dengan berani nggak pulang! Gue bikin perhitungan kalo macem-macem lo anak sialan! Karyna sudah berhenti untuk menangis semenjak hidup susah yang selalu dia dapatkan. Hasil kerja kerasnya tak terbuktikan dengan apapun. Rumah masih sama jeleknya, perabotan di rumah bahkan sudah hampir musnah karena seringnya dijual, lalu makan yang bisa terhitung makan enaknya sedangkan sehari-hari tak pernah tersedia makanan penggugah selera di rumah. Paling jauh, Karyna memiliki pakaian berlabel ternama dan itupun baju kerja saja. "Dia selalu menggunakan bahasa yang tidak sopan begini dengan kamu?" "Jika marah dengan saya, iya." Ucap Karyna tanpa mau membalas tatapan Dave yang sudah menahan padanya. Pesan itu memang Dave yang melihat pertama, karena tak sengaja Karyna ke kamar mandi lebih dulu sebelum pulang bersama. "Kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti itu? Lagi pula, kenapa kamu namai hutang? Kamu bahkan nggak punya hutang apapun dengan siapapun." Kali ini Karyna berani menghela napasnya. "Bagaimanapun dia ayah saya, Pak. Dia juga menghidupi saya dan ibu saya. Bagaimana saya bisa melawan? Saya tetap berhutang budi dengan mereka karena sudah dilahirkan ke dunia." "Jadi, ini salahmu? Ketika lahir dari keluarga seperti itu-yang menimbun hutan-kamu adalah yang harus memikulnya? Padahal kamu nggak tahu apapun! Kamu nggak memilih dilahirkan untuk menanggung hutang orangtuamu!" "Karena saya nggak bisa memilih, makanya saya terima keadaan ini, Pak." "Jika alasannya jelas untuk kamu dan kesejateraan hidup keluargamu, saya bisa terima. Tapi ayahmu yang suka terlibat hutang adalah karena sifat buruknya yang suka berjudi." Mendesah, Karyna membalas. "Saya tahu, Pak." "Apa kamu juga tahu bahwa ayahmu bukan hanya berjudi tapi juga main perempuan?" Karyna mengangguk. "Itu sebabnya, sebelum sepakat dengan bapak saya nggak memiliki niatan untuk berkeluarga. Saya nggak ingin tersakiti dan menyakiti mental anak saya jika harus bertemu laki-laki yang sama seperti ayah saya. Itu juga yang membuat saya memaksa bapak untuk bersama mengurus anak, jika nantinya saya memang hamil dan melahirkan keturunan bapak." Dave terpikat dengan penjelasan panjang itu. Baru kali ini Karyna mengungkapkan kegelisahannya, dan menurut Dave hal itu menunjukkan Sisi manusiawi Karyna. "Sekarang, saya pastikan lagi. Apa bapak mau menerima saya untuk melahirkan keturunan untuk bapak?" Karyna sempat berpikir bahwa kesepakatan Dave akan luntur menjelang hari H, tapi jawaban pria itu mengejutkan. "Saya tahu kamu perempuan tak biasa. Maka dari itu saya tidak ragu menjadikan kamu istri dan melahirkan keturunan saya." Karyna sepertinya salah menilai Dave, karena ternyata pria itu memiliki hati juga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN