Karyna menyukai sensasi bergumam dalam lautan kecap bibir mereka. Ketika mereguk aroma khas dari pria yang menuding lidah begitu dalam pada rongga mulutnya, Karyna terbang pada laut nafsu berkepanjangan. Mengenal sentuhan, maka mengenal adiksi juga. Karyna terlena, sukses melupakan segalanya. Kata manis bukan tipikal hubungan cinta keduanya, justru kegiatan yang menguarkan aroma manis dari tubuh mereka satu sama lainlah yang menjadi momok terindah hubungan tak jelas keduanya. Setidaknya tak jelas
untuk saat ini.
Jatuh pada pesona Dave, Karyna memeluk punggung pria itu. Bukan hanya dengan tangannya, juga dengan kaki menjuntai yang lama-lama mengikat Dave dalam kungkungannya pada Karyna. Saling mengungkung? Mungkin begitu kata yang tepat.
Momen serta sensasi b******a memang tidak diragukan lagi. Karyna menyukainya. Efek dari goncangan tubuh pria di atasnya membuat lonjakan hebat pada dampak selanjutnya. Karyna
meledak. Dalam jumlah yang tidak bisa diperkirakan, perempuan itu kehilangan ritme napas normalnya. Begitu juga Dave yang mulai mengeluarkan arogansi serta suara liarnya, tetapi masih memertahankan gerakannya memompa apa yang ingin dirinya gapai bersamaan dengan Karyna nantinya.
Satu persatu tubuh mereka merasakan gelombang. Jantung yang memompa laju darah seketika juga ikut riuh di dalam sana. s*x obviously drugs. Tidak ada jarak yang membuat keduanya ingin menghindar. Justru keduanya mengikat alunan gairah dengan kecap, lumat dan cairan yang keluar ketika mereka berada dipuncak.
Karyna menarik setiap helaan dengan khidmat. Sedang Dave menata geramannya karena tak bisa mengontrol diri begitu meledak dalam diri Karyna. Usai dengan semua kegiatan itu, malam panjang yang Karyna kira akan segera berakhir nyatanya tak ada.
"Saya mau ke kamar mandi, Pak." Berusaha memundurkan tubuh Dave dari atasnya, tapi pria itu tak mau.
"Buat apa?"
Karyna menghela malas. "Untuk bersihin badan saya, Pak. Apalagi?"
"Tanggung. Nanti juga perlu dibersihkan lagi." Kata Dave diceruk leher Karyna.
"Apa?" Masih belum fokus seutuhnya, Karyna masih berada diawang meski ingin segera membersihkan tubuhnya.
"Saya masih mau
lagi, Karyna. Apa masih belum mengerti?"
Karyna kembali menghela napasnya. Membiarkan Dave yang kembali menghidu aroma
lehernya.
"Saya capek, Pak. Jeda dulu sebentar, ya?"
"Hm."
Mereka memang pasangan tidur yang serasi.
*
"Gimana menurut kamu, Sayang?" tanya Hayana pada calon menantunya.
"Bagus, Ma. Aku lebih suka yang sederhana tapi elegan. Akan lebih bagus kalo aksen rendanya warna pastel, Ma."
Hayana menepuk tangannya senang. Memang benar dia sangat mengagumi daya tarik Karyna yang sangat anggun. Apalagi Karyna sudah mau memanggil Hayana dengan sebutan mama. "Besok mama akan minta desainernya turun langsung. Hari ini dia lagi sibuk banget, sih.
Mama belum bisa ngerecokin, alhasil ini kerjaan asistennya."
Karyna bergumam seraya menyentuh bahan baju yang akan dikenakan saat hari H nanti. "Aku juga lebih nyaman kalo desainernya langsung yang turun tangan, Ma. Nanti aku juga mau cek punya bap-"
"Berhenti memanggil calon suami kamu dengan sebutan bapak. Coba pakai panggilan sayang." Kata Hayana memotong ucapan Karyna.
"Aku... nggak terbiasa, Ma."
"Awalnya kamu juga nggak biasa manggil mama, sekarang bisa. Iya, kan?" Karyna mengangguk. "Yaudah, mulai sekarang dibiasakan."
"Iya, Ma. Aku usahakan."
Kembali menekuri urusan pernikahan, keduanya dikejutkan dengan Dave yang datang dengan wajah keruh.
"Dave?" Hayana menatap putranya bingung.
Bukannya menjawab Hayana, Dave justru menatap Karyna tanpa lepas.
"Kita pulang!"
"Hng?"
"Pulang sekarang atau saya cium kamu di sini!?"
Karyna membelalak. Diliriknya Hayana yang berada di sana. Mereka terkejut dengan ucapan Dave.
"Kenapa, Dave? Kenapa kamu kayaknya marah sama Karyna?"
Dave mengetatkan rahang. Dia tak melepaskan tatapan dari Karyna.
"Karyna salah, Ma. Sangat salah hari ini."
Yang tersangka oleh ucapan Dave tentu saja kebingungan sendiri atas tuduhan itu. Paham bahwa atasannya tidak akan berhenti marah jika tidak dituruti, maka dengan cepat Karyna menahan d**a Dave dan mengatakan pada Hayana untuk tak bingung dengan sikap putranya. "Hari ini fitting baju aku selesai, kan, Ma?"
"Iya... selesai."
"Yaudah, aku dan Pak Dave akan pergi lebih dulu, ya, Ma. Besok fitting baju pak Dave, Ma." "Tapi-"
Hayana tak bisa melanjutkan protesnya karena Dave sudah menarik Karyna dari sana. Tahu bahwa putranya tidak dalam mood yang baik selama menemani mereka tadi.
"Dasar anak itu!"
Sedangkan Dave mengambil inisiatif sendiri untuk membawa Karyna sesegera mungkin ke tempat yang tidak banyak orang melihatnya.
"Pak?"
"Kenapa kamu dandan seperti ini!?"
Karyna mengernyit. "Gimana, Pak? Saya memakai apa yang biasa saya pakai."
Dave menggeram. "Fitting besok kamu tidak saya izinkan memakai riasan ataupun baju biasa. Pakai baju kantor tanpa riasan. Saya tidak akan marah!"
Mobil melaju dan Karyna masih belum paham sama sekali jika pria itu sedang cemburu.