Lalu, tubuhnya lunglai bersandar ditubuhku. Cengkeraman tangannya mengendur seakan tak ada daya lagi untuknya. Wajahku mendongak untuk mencari dimana bibirnya berada. Kukecup mesra bibir tipis dan pipi merahnya. Lalu, kubisikan kata, “Kau senang?” Ia tak menjawabku. Wajahnya bergelayut di keningku seperti kucing yang haus belaian. Tatapan sayu menatapku, bibirnya menyungging senyum sehingga pipi merahnya menekan matanya. Kejantannanku masih mengeras sempurna. Sekarang, giliranku untuk melampiaskan nafsu bejatku. Nafsu yang selalu aku impikan setiap waktu. Aku mengangkat tubuhnya. Mulutnya terngaga menahan rasa sakit, karena batang kerasku masih tertancap di rongga sempitnya. Lalu, aku berdiri tegak, sedangkan Lastri memelukku. Kakinya mengapitku seakan aku menggendongnya. Gerakan tubu

