"MOMMY,, aku akan menikah dua minggu lagi dengan Aleah. So, prepare everything. Aku mau semuanya berjalan lancar. And one more thing, make sure it grand! I mean the wedding!"
Nyonya Tyana Mahendra hanya melongo mendengar cerocosan Raja yang seperti rem blong itu seraya kembali memusatkan perhatiannya pada siaran memasak di televisi.
Anak itu bicara apa sih?
Raja menghentikan langkah menaiki anak tangga dan kembali berbalik menuju ruang tengah tempat Mommy nya masih asyik dengan tontonannya. Ia yakin, sang Mommy pasti belum mendengar ucapannya tadi. Kalau tidak, ibu tirinya itu pasti sudah jingkrak - jingkrak tak karuan.
"Mom... Mommy dengar gak sih aku ngomong apa?" katanya setengah menggerutu.
Sang Mommy hanya memandangnya dengan tatapan tak berminat. "Enggak. Gimana mau dengar kalau kamu ngomongnya ngegas begitu? Pakai titik koma dong kalau ngomong, Ja! Kayaknya kamu kelamaan deh tinggal di Jepang, makanya semuanya mau cepat."
Raja mendesah, kemudian mengambil tempat duduk disamping Mommynya. "Aku. Mau. Nikah. Sama. Aleah. Dua minggu dari sekarang!"
Mata Mommy melebar. Raja memundurkan sedikit tubuhnya begitu dilihatnya ibu tirinya itu sudah siap mengeluarkan suara meriam Jepang nya.
"APAAA? KAMU MAU NIKAH? SAMA LEA? OH MY GOD... OH MY GOD!!!"
Nyonya Tyana Mahendra langsung berdiri dan mondar-mandir dengan wajah berbinar. Melupakan tayangan masak - memasak chef terkanal di layar 42 inchi di depannya.
"Awwhh... Raja! Seharusnya Mommy peluk kamu dulu. Sini Mommy peluk, sayang..."
Raja tak berdaya begitu wanita paruh baya yang masih cantik itu menubruk tubuhnya dengan kasar. Ia bisa merasakan pipinya menebal karena kecupan - kecupan basah sang Mommy. Berdoa saja wajahnya tak dipenuhi cap bibir dari lipstik merah itu.
"Ada apa ini? Kenapa Mommy cium - cium kamu Raja?" sebuah suara yang sangat familiar membuat Raja menghela napas lega. Daddy baru saja pulang dari main squash dengan teman - temannya. Pria itu tampak tak senang melihat istri kesayangannya mencium anaknya dengan menggebu - gebu seperti itu.
"Daddy sayang..."
Raja mengerutkan dahi melihat Mommy nya sekarang sudah melepaskan diri darinya dan langsung menggelayuti lengan Daddy nya dengan cengiran lebar. Meski sudah sering melihat kemesraan kedua orang tuanya, Raja masih sering bergidik ngeri setiap kali Mommy menempeli Daddy dengan manja seperti saat ini, atau mengecup pipi Daddy setiap kali Daddy pulang kerja. Bukannya malu, Daddy malah balas mencium Mommy nya dengan semangat. Rasanya setiap sudut rumah ini pernah menjadi saksi adegan 21+ mereka. Pantas saja dulu Elang, adiknya itu lebih suka tinggal di apartemen dari pada di rumah.
Ewhh... Mudah - mudahan Lea nggak m***m kayak Mommy...
"Anak kita jadi kawin Dad! Ahh... Mommy harus telpon Mira sekarang juga!"
Nyonya Tyana Mahendra melepas pelukan di lengan suaminya dan bergegas mengambil handphonenya di kamar. Tapi baru beberapa langkah berjalan ia langsung berhenti dan balik badan menghadap Raja dengan raut menyelidik.
"Kamu ngomong apa sama Lea sampai dia setuju? Kamu gak maksa dia kan? Atau jangan - jangan kamu ngancam dia?"
Raja mengurut pangkal hidungnya mendengar nada curiga dari pertanyaan - pertanyaan yang diutarakan sang Mommy.
"Mommy mau Aleah jadi menantu Mommy gak sih?"
"Ya tentu mau dong. Pertanyaan macam apa itu?"
"Kalau mau ya udah. Mommy urus aja pernikahan aku dengan anak itu. Aku nggak perlu cerita apapun kal---"
"Siapa bilang kamu nggak perlu cerita? Dad, lihat anakmu. Mommy malah curiga dia ngapa - ngapain si Lea. Kamu jangan macam - macam, Rajata!" kata nyonya Mahendra.
Raja mendengus kesal. Pria itu memandang kearah Daddy nya yang sekarang juga ikut memicingkan mata menatapnya.
"What?" katanya.
"Kamu gak maksa - maksa Lea kan?" tanya Daddy.
"Enggak!"
"Nggak ngancam dia juga kan?"
Err.. Kalau itu sih iya! Sedikit...
"Emangnya ancaman apa sih yang mempan buat anak itu? Dan lagipula, trik - trik murahan itu bukan levelku."
"Trus kenapa tiba - tiba dia setuju nikah sama kamu?" Mommy kembali mengambil tempat duduk disamping Raja.
"Aku cuma memaparkan keuntungan menikah denganku, dan kerugian karena menolak pria tampan dan mapan sepertiku. Anggap saja membuka matanya. Memang cukup susah meyakinkan dia pada awalnya,tapi dengan sedikit kemampuan diplomasi dan menawarkan win - win solution, akhirnya anak itu setuju juga. Jangan lupa, anak Mommy ini negosiator handal..." kata Raja santai.
"Win - win solution? Jangan bilang kalian kawin kontrak, Raja? Mommy gak setuju!"
Raja menelan ludah kesat. Kok Mommy tahu sih kami baru tanda tangan kontrak?
"Ya ampun Mommy! Aku masih waras. Buat apa kawin kontrak? Aku masih sayang dengan saham - sahamku, Mom!"
Nyonya Tyana Mahendra menghela napas lega. "Baguslah kalau begitu. Awas saja kalau kamu macam - macam, Raja Mahendra! Mommy sendiri yang akan menghabisi kamu! Kalau sampai Mommy melihat Lea menangis gara - gara kamu, ucapkan selamat tinggal sama saham dan aset - aset kamu!"
Raja meringis mendengar ancaman Mommy yang terkesan tidak main - main. Sebenarnya yang anak Mommy itu dia atau Lea, sih? Di cekoki apa nyonya Mahendra oleh gadis itu sampai ibu tirinya sampai menyayanginya sedemikian rupa?
"Ya sudah, Mommy telpon Mira dulu. Nanti malam kamu temani Mommy dan Daddy ke rumah sakit. Banyak hal yang harus Mommy bicarakan dengan Eyangnya Lea. Nyonya Garwita pasti langsung sembuh dengar berita ini."
***
Raja tertawa kecil sambil mengelus sedikit lebam kebiruan di tulang keringnya. Cap kontrak dari Lea. Ingatannya kembali berputar pada pembicaraan mereka saat makan siang tadi.
Flashback
"I'm sorry, i can't " Kata gadis itu.
Raja dongkol setengah mati. Sudah bagus dia menurunkan egonya mengajak gadis kecil itu menikah, tapi dia malah ditolak mentah - mentah. Selama dua puluh tujuh tahun hidupnya, baru kali ini ada seorang gadis yang menolaknya terang - terangan seperti ini. Friska, mantan kekasihnya dulu malah sering menuntutnya untuk segera dinikahi.
Raja juga tak mengerti. Entah kenapa dulu ia tak pernah seyakin ini untuk menikah. Ya, jujur ia juga pernah berangan - angan suatu hari menjalani kehidupan pernikahan dengan Friska, membangun keluarga bahagia seperti kedua orang tuanya dengan anak - anak mereka yang lucu - lucu. Tapi semua angan itu perlahan meredup saat ia mengetahui Friska bermain curang dibelakangnya. Model cantik itu juga tak pernah terlihat antusias setiap kali Raja membicarakan tentang anak jika mereka tak sengaja bertemu dengan anak - anak kecil di mall atau tempat lainnya setiap kali mereka kencan berdua. Padahal Raja sangat menyukai anak kecil.
Ia mulai melupakan tentang cinta dan komitmen karena merasa sudah tak bisa percaya dengan dua kata itu sejak tahu Friska berselingkuh. Ah, bukan tak percaya, hanya saja ia butuh waktu untuk kembali menata hati dan prinsipnya.
Ia pernah begitu iri pada Elang. Mata adiknya itu selalu berbinar setiap kali ia bercerita tentang gadis pujaannya, Aleah Adiwangsa. Waktu itu Raja belum kenal dengan Lea. Elang lah yang menunjukkan foto gadis itu pertama kali saat ia mengunjungi Raja ke Jepang.
Ia tak mengerti entah apa yang digilai Elang dari gadis yang masih kecil itu. Terlebih lagi mendengar cerita Elang bahwa gadis yang dipanggil Lea itu sangat payah dalam pelajarannya. Dan juga manja.
Hah! Raja paling benci dengan gadis bodoh dan manja! Baginya, dua jenis perempuan itu tak layak menghuni bumi ini.
Mana ada yang namanya bodoh didunia ini? Yang ada hanya malas.
Kenapa harus memilih gadis manja? Padahal gadis mandiri lebih seksi dan mempesona.
Tapi ia diam saja. Ia tak ingin merusak kesenangan Elang. Biarlah, yang penting adiknya itu bahagia dengan hidupnya. Tak ada lain yang ia minta.
Dan sekarang, ia terjebak dengan si gadis bodoh dan manja itu...
"Why? Lo udah punya pengganti Elang? Makanya lo mutusin pertunangan ini? Nggak mau nikah sama gue?"
Lea menatapnya tajam. "Buat apa saya menikah dengan seseorang yang bicara dengan calon istrinya saja tidak sopan? Lo? Gue?" gadis itu menyeringai sinis. "Dan satu lagi, bukan saya yang sudah punya pengganti, tapi lebih karena anda sudah punya kekasih."
Raja terdiam sebentar. "Friska maksud kamu?" Ia mengganti lo - gue dengan aku - kamu. Dan begitu kata 'kamu' terlontar dari bibirnya, ia langsung tahu, panggilan itu sempurna untuk gadis di depannya ini.
Lea mengangguk mantap. "Pernikahan kita nggak akan berjalan lancar kalau ada orang ketiga diantara kita."
Raja melipat tangannya di depan d**a seraya menatap Lea dengan tatapan menyelidik.
"Kamu mengkhawatirkan tentang orang ketiga atau mengkhawatirkan tentang cinta? You know, we don't love each other."
Raja merasa tebakan terakhirnya benar karena dilihatnya gadis itu menggigit bibir sambil menunduk. Pria itu terkekeh. "Make me fall for you, then..."
Lea mendongak cepat.
"And i will try to love you, Aleah. Sounds good, right?" kata Raja lagi.
Ia menyeringai begitu dilihatnya Lea menatapnya dengan tatapan bingung. "What about Friska?"
"Status Friska hanya sekedar kekasih, Aleah. Dan akan segera jadi masa lalu begitu kamu menikah denganku. Kamu tenang saja, aku bukan tipe lelaki yang suka berselingkuh. Kamu akan jadi satu - satunya nyonya Rajata Mahendra." kata Raja sambil tersenyum simpul.
Raja melihat kegalauan yang jelas dari bola mata coklat Aleah. Tak ada rona merah atau tersipu sedikitpun meski Raja sudah memilih kata - kata semanis mungkin.
Hmm... Gombalan seperti apa yang kira - kira dilontarkan Elang pada gadis kecil ini dulu?
"Aku yakin kamu nggak akan menolak, Aleah!"
"Why you so sure about that?"
"Karena yang aku tawarkan adalah pernikahan yang menguntungkan kamu. Kamu beruntung mendapatkan suami yang tampan dan mapan, idaman semua wanita di Asia sepertiku. Kamu juga bisa terbebas dari belenggu keluargamu yang 'sorry to say' menyebalkan. Eyangmu bahagia, dan kamu tak perlu risau lagi akan dijodohkan dengan pria - pria tua kolega Papamu."
Mata Lea terbelalak. Dan Raja hampir saja meledakkan tawanya begitu melihat wajah gadis itu memerah menahan malu.
"Dari mana kak Raja tahu tentang hal itu?" tanyanya lirih. Gadis itu kembali memanggilnya dengan sapaan 'kak' begitu Raja menghilangkan 'lo-gue' nya.
"Kamu lupa kalau aku ini orang kaya Aleah? Nominal uangku tak berbatas. Mencari informasi tentangmu bukan masalah besar buatku."
Raja semakin bersemangat membujuk Lea yang pendiriannya tampak mulai goyah.
"Atau kamu mau kita buat perjanjian?"
"Perjanjian? Perjanjian apa?"
"Perjanjian, kontrak pranikah. Intinya aku berjanji akan berusaha melupakan Friska dan memulai hidup baru dengan belajar mencintaimu. Tapi kamu juga harus berjanji satu hal padaku."
"Apa itu?"
Raja mendekatkan wajahnya dan menatap Lea dalam.
"Kamu juga harus melupakan Elang dan belajar mencintaiku." katanya tegas.
Lea membasahi bibirnya yang mendadak kering. Gadis itu menatap Raja dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Adil, kan? Aku tahu permintaanku ini egois. Elang adikku, dan kamu punya banyak kenangan manis dengannya. Tapi kamu harus tahu satu hal Aleah, tidak ada satupun pria yang mau berbagi wanita di dunia ini. Termasuk aku."
Beberapa menit kemudian, Lea perlahan mengangguk. "Okay, maybe i am insane, but let's do this! Let's get married!"
Raja menghentakkan tangannya diatas meja saking gembiranya.
Hello again, saham - sahamku!
"But in one condition..."
Kata - kata Lea perlahan membuat euforia dalam diri Raja menguap. Ia mulai kembali was - was.
"Kita menikah dua minggu dari sekarang."
Raja mengerjapkan mata mendengar ucapan Lea. Ia benar - benar tak menyangka gadis itu akan memberikannya syarat seperti ini.
"Kenapa? Kamu sudah nggak sabar jadi istriku?" Raja tertawa geli.
Lea tetap mempertahankan raut datarnya. Tak terpengaruh sama sekali dengan nada bicara Raja yang terkesan menggodanya. "Iya, atau tidak sama sekali!"
Raja berdehem. Pria itu berusaha menimbang - nimbang maksud Lea mempercepat pernikahan mereka. Tapi beberapa menit kemudian, ia mengedikkan bahu. Apa salahnya pernikahan mereka dipercepat? Toh, akhirnya mereka menikah juga nantinya! Dia malah beruntung karena bisa buka puasa lebih cepat dari jadwal. Dia sudah 27 tahun saudara - saudara! Bukan saatnya lagi hunting perempuan diluar sana. Sejak beberapa tahun yang lalu, ia sudah melepas kebiasaannya yang satu itu karena sayang dengan kesehatannya. Apalagi sejak Elang meninggal, dia jadi makin takut dosa.
"Deal! Ya sudah kalau begitu. Ayo kita pulang sekarang. Aku antar kamu ke kampus. Soal orangtua kita, kamu tenang saja. Aku yang akan membereskannya!" kata Raja riang. Pria itu memanggil pelayan untuk membayar bill makan siang mereka.
Setelah membayar, Raja berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan restoran diikuti Lea dibelakangnya. Begitu tiba di depan mobil, pria itu berbalik dan menatap Lea intens, membuat gadis itu keheranan.
"Kenapa kak? Ada yang ketinggalan?"
"Ya. Aku baru ingat, kita membuat kontrak, tapi belum sempat menandatanganinya." kata Raja datar.
"Huh?"
Cupp...
Raja mengecup kening Lea dua detik. Tak lama, tapi cukup membuat gadis itu menegang sempurna.
Err... Raja pun tak mengerti kenapa ia tiba - tiba mengecup kening gadis kecil itu. Tapi melihat gadis itu mematung, ia jadi geli sendiri.
"Anggap saja itu stempel dariku. Apa kau juga ingin memberiku stempel?" tanyanya dengan nada menggoda.
Lea menatap Raja nyalang. "Tentu saja!"
Buukk...
"Awwww... What... have yo...u done?" teriak Raja disela ringisannya. Ia tak menyangka Lea akan menendang tulang keringnya tanpa ampun.
Lea melenggang masuk ke dalam mobil, meninggalkan Raja yang masih mengusap - usap tungkainya dengan wajah memerah menahan sakit.
Flashback off...
Raja tertawa kecil seraya menimang benda persegi berwarna coklat di tangannya. Aku nggak pernah mengeluarkan sepeserpun untuk menyelidiki tentang kamu, Lea. I have everything i need in this agenda!
Lo benar, Lang. Dia emang gadis yang menarik. Gue gak sabar punya teman berantem di rumah ini. Rumah sepi banget sejak lo pergi, dan gue sering lihat Mommy menangis sendirian setiap kali ngeliat foto lo.