MALAM ini adalah malam terakhir Aleah Mayrahani Adiwangsa menyandang status sebagai tunangan Marvin Rajata Mahendra, karena ia akan resmi menjadi istri pria itu besok pagi. Suasana rumah keluarga Adiwangsa tampak tenang karena acara baik akad maupun resepsi besok akan diselenggarakan di Mahendra's Hotel yang berada di pusat kota Jakarta. Hanya beberapa orang keluarga dan tetangga yang sedang bercengkrama di lantai bawah.
Mommy Tya dan Tante Dwi tak tanggung - tanggung mempersiapkan pernikahan Lea dan Raja. Disaat para ibu excited luar biasa, kedua calon pengantin itu malah terkesan seakan sama - sama tak peduli dengan hari besar mereka.
Ya, Lea dan Raja memang tak ambil pusing dengan pernikahan mereka. Mulai dari urusan barang hantaran, undangan, suvenir, bahkan cincin dan gaun pernikahan diurus oleh Mommy Tya dan tante Dwi. Lea dan Raja hanya diminta datang ke butik satu kali untuk fitting.
Mommy Tya juga sudah menyiapkan tiket honeymoon. Hal yang sia - sia menurut Lea, tapi dia tak menolak sama sekali. Katanya calon ibu mertuanya itu ingin cepat - cepat menimang cucu.
Raja-lah yang menentukan destinasi honeymoon mereka. Pria itu memilih Jepang dengan alasan selain waktu yang mereka miliki termasuk singkat, Raja juga pernah tinggal selama bertahun - tahun disana. Jadi mereka tak perlu mengalami culture shock nantinya.
'Ini pernikahan satu - satunya di keluarga Mahendra, Lea. Tidak akan ada lagi pernikahan setelah ini sampai anak - anak kalian dewasa nanti. Jadi Mommy mau semuanya berkesan. Raja juga pesan to make your wedding going grand!' Mommy Tya beralasan saat Lea mengomentari ballroom hotel yang didekorasi berlebihan hanya untuk dipakai untuk acara satu malam.
Lea mendesah. Pasrah saja dengan keputusan Mommy dan sang Tante. Toh, ia tak akan rugi apapun karena semua biaya pernikahan dikeluarkan oleh Raja.
Eyang sudah keluar dari rumah sakit seminggu yang lalu. Wanita kesayangan Lea itu langsung ribut menyuruhnya menjalani tradisi pingitan dan memanggil jasa salon terkenal ke rumah untuk perawatan. Dan lagi - lagi, Lea tak menolak sama sekali. Ia menjalani pingitan itu dengan senang hati jika tak ada jadwal kuliah. Haha...
Malam ini, Lea didampingi Diandra dan Lili dipasangi henna di jari - jemarinya oleh mbak Rani, salah seorang henna art drawer kenalan Lili. Lukisan henna karya Mbak Rani ini sangat terkenal karena selain rapi juga terkesan simpel namun cantik dan elegan.
"Papa Mama lo sampai jam berapa Le?" tanya Diandra. Gadis itu ikut mencoret - coret telapak tangannya sendiri dengan henna berwarna hitam.
"Mungkin besok pagi." kata Lea. Ia sebenarnya sudah menyerah mengharapkan kedatangan Papa dan Mamanya. Seminggu yang lalu, Mamanya berkata akan pulang dua hari sebelum hari pernikahannya, tapi sampai sekarang mereka tak kunjung tiba.
"Katanya transit ke Kanada dulu, jemput kak Ergan."
"Oh..."
"Gue gak nyangka lo beneran nikah besok pagi, Le." kata Lili. Gadis itu memeluk Lea dari samping.
"Gue juga!"
Lea tertawa melihat kedua sahabatnya yang sudah memeluknya erat. Ia bahkan tak peduli henna di tangan Diandra mengenai bajunya.
"Ini udah selesai, Lea. Jangan banyak gerak dulu ya..." Mbak Rani menyusun peralatan melukisnya kembali ke dalam tas khusus. Henna putih dengan ujung berukuran bermacam - macam, serbuk - serbuk glitter khas untuk henna pengantin dan henna bermacam warna yang dikeluarkan paksa oleh Diandra dan Lili tadi hanya untuk sekedar coba - coba.
Lea menatap lukisan henna di tangannya dengan senyum puas. "Makasih mbak Ran. Nanti Lea upload ke i********: deh, biar makin banyak yang order..."
Mbak Rani terkekeh. "Iya, follower kamu kan banyak, biar yang kenal mbak makin banyak dan mbak jadi makin kaya. Ahahaha... Ya udah, mbak ke bawah dulu ya, kalian jangan tidur terlalu larut. Terutama kamu, Lea."
"Sip, mbak!"
Diandra dan Lili langsung mengambil posisi nyaman begitu mbak Rani keluar dari kamar. Ketiga gadis itu kompak menghadap langit - langit dengan pikiran menerawang kemana - mana.
"Kalian ingat nggak dulu kita pernah bertanya - tanya, diantara kita siapa yang nikah duluan? Gue sama lo jawab Lea kan Li? Dan sekarang tebakan kita terbukti benar." kata Diandra.
"Ya, cuma gue gak nyangka hari itu datangnya secepat ini." kata Lili.
"Lo harus janji Le, kalau ada masalah jangan ragu buat cerita ke kita."
Lea tersenyum kecil. "Aku bersyukur yang menikah denganku adalah kak Raja. Meskipun dia bukan kak Elang, tapi dia tetap anak Mommy Tya dan Daddy Anggara. Setidaknya itu lebih baik daripada dijodohkan dengan pria yang sama sekali nggak kukenal seperti kak Rene dulu..."
"Ngomong soal kak Rene, kakak lo itu cantik juga, Le. Lebih cantik dari yang di foto..." kata Diandra. Ia sejak tadi sudah mengagumi wajah asli kakak kandung sahabatnya itu. Selama ini ia mengenal kak Rene hanya dari foto - foto. Sementara kak Ergan ia pernah bertemu dengannya beberapa kali. Ia malah sudah akrab dengan pria itu.
"Ya dong, kak Rene mirip Eyang waktu muda dulu. Lemah lembut dan cerdas. Tapi dia bisa jadi menyeramkan kalau lagi marah. Haha..."
"I heard someone is talking about me..." seorang wanita cantik dengan gaun flower print dibawah lutut menerobos masuk ke kamar Lea begitu pintu menjeblak terbuka. Ketiga gadis - gadis cantik itu refleks duduk dan menoleh kearah sumber suara.
"Nggak nyangka, adik kecil kakak udah mau jadi istri orang aja." kata kak Rene. Wanita cantik itu menarik kursi rias disamping ranjang dan duduk dengan anggun. Lea, Diandra dan Lili sampai tercengang melihatnya.
"Are you guys okay?" tanya Kak Rene begitu melihat ketiga adiknya itu menatapnya bingung.
Lea, Diandra dan Lili mengangguk serempak.
Ini kakak aku kan?
Sumpah ini kakaknya Lea? Anggun banget, dia kursus kepribadian kali ya? Duduknya aja ngalahin Ratu Elizabeth gitu...
Kira - kira nanti makin dewasa gue bisa jadi kayak kak Rene nggak ya?
Rene terkekeh. "Udah selesai henna nya?" ia melirik tangan dan kaki Lea bergantian.
"Udah kak..." jawab Lea.
Kak Rene menarik nafas pelan. "Udah lama banget kita nggak ngobrol kayak gini ya Le? Kakak sibuk dengan kehidupan kakak di Australia, dan kamu juga sibuk dengan kehidupan kamu disini."
Lea hanya diam, menunggu kalimat seterusnya keluar dari bibir kakaknya.
"Raja itu seangkatan sama kakak waktu SMP dulu, tapi nggak sekelas..."
Lea terkesiap. Kakaknya seangkatan sama Raja? Yang benar saja? Ia menoleh kearah Diandra dan Lili. Kedua sahabatnya itu juga tampak tak kalah kaget darinya. Lea baru ingat umur kakaknya 27 tahun, sama dengan Raja.
"Dia terkenal karena cukup nakal dulu di sekolah. Tapi dia juga anak emas para guru karena otaknya yang cerdas." sambung kak Rene.
"Kalau dia macam - macam dan mainin kamu, kasi tahu kakak, biar kakak penggal kepala anak itu..."
Lea tertawa pelan begitu juga Lili dan Diandra.
Kak Rene bangkit dari duduknya dan memeluk Lea dengan erat. "Kamu akan selalu punya kakak di belakang kamu, dek. Meskipun kakak sudah melewatkan banyak hal tentang kamu dan kita hanya sering berkomunikasi lewat handphone, tapi kakak tetap sayang kamu. Jangan lupakan itu!"
Hati Lea menghangat mendengar ucapan kakaknya. Bibirnya menyunggingkan senyum seiring setetes airmata mengalir dari matanya.
Lea sangat jarang menangis. Ia malah tak meneteskan airmata sama sekali ketika Papa dan Mama meninggalkannya ke luar negeri. Tapi perhatian kecil dari orang yang disayanginya seperti saat ini cukup membuatnya merasa ia adalah orang yang paling bahagia di dunia.
"Thank you sis, Lea janji Lea akan hidup bahagia dengan Kak Raja..."
Rene mengangguk. "Ya sudah, kakak cuma mau ngomong itu aja. Sekarang kalian istirahat..."