Aku berdiri mematung! Buru-buru pun sudah tak berguna lagi. Jadi, lebih baik aku menenangkan diri dan bersiap menerima segala apa yang sudah digariskan Sang Khalik. Aku menenangkan debar yang berdentum tidak keruan. Menegarkan segala resah dan gelisah yang membuncah. Menarik napas, aku melangkah memasuki pekarangan yang sunyi lengang. Selintas fajar kizib tampak melintasi cakrawala di sebelah Timur. Berarti sebentar lagi fajar sidik akan muncul dan subuh segera akan tiba. Halaman begitu sunyi mencekam. Patung singa di kolam ikan koi seperti sedang menatapku dengan sorot mata muram dan kasihan. Suara gemercik air umpama tangis pedih dari seorang wanita yang baru saja ketiban malang. Hatiku getir. Mulut pun terasa pahit dan kecut. Namun, aku tetap melangkah. Selangkah demi selangkah

