BAB 3

1183 Kata
“Kenapa dia?” tanya Reynart kepada Luc yang sejak tadi hanya memperhatikan Axele yang berlatih sendirian. Akan tetapi, siapa pun yang melihat pemuda itu pasti akan tahu ada hal yang mengganggunya. Gerakan-gerakan yang pemuda itu buat benar-benar tidak terkendali. Reynart tahu jika Axele sedang dalam keadaan yang tidak baik. “Aku tidak tau. Kalau dia terus-terusan berlatih seperti itu, aku rasa tubuhnya akan benar-benar kelelahan. Dan perlu kau tau, Rey, barusan aku sudah tanya kepada prajurit di sana, dan dia mengatakan sudah hampir tiga jam Axele berlatih. Apa yang sebenarnya dia lakukan?” Reynart mengangguk setuju dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Luc itu. Reynart terlihat memusatkan perhatiannya, hal ini tak luput dari penglihatan Luc. Entah kenapa dua temannya terlihat aneh hari ini. “Berhenti, Axele. Sampai kapan kau akan terus berlatih membabi buta seperti itu? Tidak ada musuh yang akan menyerangmu juga hari ini. Jadi ... berhentilah sebelum tenagamu benar-benar habis.” Ternyata Reynart menggunakan kekuatan wizardnya yang bisa berkomunikasi dengan makhluk lain hanya dengan telepati. Akan tetapi, hal ini membutuhkan konsentrasi yang ekstra, dan Reynart berhasil mempelajarinya akhir-akhir ini. Axele yang mendengar suara Reynart di dalam kepalanya pun seketika membuat pergerakannya terhenti. Luc pun terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu, ditambah lagi kepala Axele refleks menoleh ke tempat dirinya dan Reynart berdiri. “Apa ini? Apa dia sudah menyadari keberadaan makhluk tampan yang berdiri di sini sejak tadi?” ucap Luc dengan pede. Reynart masih mempertahankan raut wajah biasanya, terlihat Axele menghampiri kedua teman dekatnya dengan keringat yang sudah membasahi seluruh tubuhnya. “Kau berhasil menggunakan kekuatan itu?” tanya Axele langsung ketika dirinya tiba di depan Reynart dan mengabaikan Luc di sana. Reynart mengangguk sebagai jawabannya. “Aku cukup terkesan dengan kecepatanmu mempelajarinya, Rey. Tetapi, aku minta kau untuk mengendalikannya dan tidak menggunakan kepadaku yang sedang dalam keadaan serius. Itu benar-benar mengganggu konsentrasiku,” ucap pemuda ini dengan dingin. Reynart mengangguk mengerti, tadi dia sengaja membuyarkan konsentrasi Axele agar pemuda itu cepat tersadar. “Wait, apa yang sedang kalian bicarakan? Kekuatan? Kekuatan apa yang kau maksud, Pangeran Axele,” tanya Luc yang memanggil temannya itu dengan panggilan kebesarannya. Terlihat Axele yang menatap tajam Luc, dia tidak begitu suka ketika orang-orang terdekatnya memanggil namanya dengan panggilan itu. “Aku tadi menggunakan kekuatanku untuk berbicara dengan Axele lewat telepati,” jelas Reynart kemudian. “Woah, keren, Rey. Berarti kau sama seperti bangsaku yang bisa berbicara lewat telepati. Ah, jika begitu kita bisa saling berkomunikasi tanpa perlu repot-repot berbicara,” papar Luc. Dia cukup senang melihat kemajuan teman baiknya ini. Mengabaikan perkataan Luc, Reynart lebih penasaran dengan apa yang terjadi kepada Axele. “Aku akan menceritakannya. Kalian tunggulah di tempat biasa,” papar Axele yang sangat tahu arti tatapan Reynart kepadanya, akan tetapi tidak bagi Luc yang hanya mengernyit bingung. Di dalam pertemanan mereka Luc sama sekali tidak mengerti jika Axele disatukan dengan Reynart. Reynart dan Luc pun segera menuju ke dalam Kerajaan Vampir. Tempat yang dimaksud oleh Axele adalah perpustakaan kerajaan ini yang memang sepi dan tentu saja ini keputusan Reynart yang menetapkan tempat itu sebagai tempat berkumpul mereka karena pada dasarnya dia sangat suka sekali mempelajari buku-buku. “Axele meminta kita ke sini karena dia akan menceritakan sesuatu. Mungkin saja dia akan bercerita tentang alasan kenapa dirinya berlatih tak kenal lelah seperti tadi,” jelas Reynart yang paham betul jika pemuda bangsa werewolf di sampingnya ini sejak tadi tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi. Reynart cukup tidak mengerti dengan sikap temannya ini yang selalu terlambat memahami keadaan, padahal bangsa werewolf terkenal dengan kepekaannya. Tidak berapa lama kemudian datanglah sosok yang sudah mereka tunggu. Axele sudah menggunakan pakaian santai miliknya. Dia tidak ikut duduk di kursi perpustakaan itu, akan tetapi dia malah menuju ke jendela yang menampilkan pemandangan kebun penuh bunga dan tanaman di sebelah kerajaan ini. Ibunyalah yang mendesain tempat itu, katanya untuk memanjakan para wanita di istana ini. Terdengar aneh memang. “Kemarin Ayah berbicara kepadaku mengenai pengangkatanku sebagai raja selanjutnya,” awali Axele dengan tubuh yang menghadap ke jendela di mana sinar matahari terpantul tepat ke tubuhnya. Siapa saja yang menglihat pemuda ini pasti berkomentar jika Axele adalah pahatan yang sempurna. “Wah, dia benar-benar terlihat sempurna,” puji Luc yang melihat visual temannya itu di sana. Mengabaikan perkataan Luc, Reynart malah lebih tertarik dengan cerita dari Axele sendiri. “Pengangkatanku sebagai raja ditunda. Sesuai peraturan kerajaan, raja selanjutnya bisa dinobatkan jika sudah menemukan belahan jiwanya,” lanjut Axele. Luc yang mendengarnya pun terlihat prihatin. Dunia vampir memang banyak sekali peraturan. “Kalau memang begitu, kau bisa memilih wanitamu, Axele. Pilihlah putri dari kerajaan lain, aku yakin mereka tidak akan menolakmu yang notabenya adalah pangeran tampan,” sahut Luc. Permasalahan ini sudah cukup untuk diakhiri. Axele menggeleng, kemudian dia menghadap kedua temannya yang duduk di sana. Posisinya masih sama, dia masih berada di dekat jendela. Tentu saja baik Luc dan Reynart bisa melihat ketampanan temannya itu lebih sempurna. Dan sialnya lagi Luc malah memuji ketampanan temannya itu di dalam pikirannya. “Permasalahannya tidak semudah itu, Luc. Aku tidak bisa menikahi wanita yang bukan belahan jiwaku. Jika memaksanya, maka wanita itu akan mati seketika di saat hari pernikahan itu terjadi,” jelas Axele membuat Luc terkejut, sedangkan Reynart terlihat biasa. Sepertinya pemuda ini sudah tahu banyak tentang dunia vampir. Berkat buku-buku yang dia baca tentunya. “Jadi ... apa yang ingin kau lakukan sekarang?” tanya Reynart langsung. Pemuda ini tidak banyak berkomentar sejak tadi. “Entahlah, aku membenci ikatan ini. Aku sudah mengatakan kepada Ayah bahwa aku bisa memimpin kerajaan ini sendirian. Aku bisa hidup tanpa belahan jiwa. Dan aku juga tidak begitu memikirkan siapa belahan jiwaku. Menurutku itu tidaklah penting. Memimpin kerajaan ini dan membuat warga tenang adalah tugasku,” tandas Axele. “Tidak, kau salah,” sela Reynart. “Belahan jiwa bagi semua makhluk adalah hal terpenting. Kau tidak bisa hidup tanpa belahan jiwamu itu, Axele. Bukan kau saja, aku dan Luc pun juga sama. Kita sama-sama harus bisa menemukan belahan jiwa masing-masing. Bagaimana cara kita menemukannya? Jawabannnya hanya ada pada diri kita sendiri,” jelas Reynart. Dia sudah banyak membaca buku, dan itulah yang dia tahu mengenai belahan jiwa setiap makhluk immortal. Semua sudah ditentukan oleh sang pencipta. “Enthlah, Rey. Saat ini aku tidak berniat untuk mencarinya,” kata Axele memandang kebun buatan ibunya lagi. Ya, dia memang tidak berniat untuk mencari wanitanya saat ini. Belahan jiwa? Hidupnya benar-benar sangat tergantung dengan kata itu, bahka ia tak bisa menjadi raja. “Come on, kita jangan menyerah. Aku yakin kita semua pasti bisa menemukan belahan jiwa masing-masing,” lontar Luc memecah ketegangan kecil. “Bagaimana jika kita ke salah satu kerajaan? Menguntit misalnya. Aku rasa kita harus sedikit berani untuk mencari mate masing-masing. Bisa saja salah satu mate kita ada di kerajaan yang ada di dunia ini,” sambung pemuda ini. “Belum saja kita mencari mate, kepala kita pasti sudah dipenggal oleh pemimpin kerajaan karena menguntit diam-diam, dan bisa jadi kita disangka penyusup,” sergah Reynart yang langsung membuat Luc seketika terdiam. “Bagaimanan denganmu, Axel? Apa yang akan kamu lakukan sekarang?” tanya pemuda ini beralih kepada Axele yang hanya diam mematung di tempatnya. “Entahlah, Rey. Tidak ada semangat dalam diriku untuk mencoba mencarinya.” ---- Meskipun si Axele nggak semangat, tapi kamu dan kita semua harus tetap semangat ya. Yuk komen jangan lupa biar aku semangat update.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN