“Bibi, puding buatanmu adalah yang terbaik,” puji Luc dengan wajah yang berbinar bahagia, bahkan dia tidak berhenti mengunyah makanan kenyal itu. Terlihat penghuni ruangan makan tertawa melihat tingkah pemuda ini. Axele yang melihat temannya terlihat memalukan pun seketika ingin lenyap dari tempat itu. Akan tetapi, dia tetap mempertahankan wajah datar nan dingin miliknya.
“Terima kasih, Luc. Kamu bisa sering-sering datang ke sini, nanti akan aku buatkan puding untukmu,” ucap sang ratu vampir dengan wajah cantik yang tidak pernah menua itu.
“Terima kasih, Bibi,” sahut Luc senang.
“Jangan terlalu memanjakan dia, Bu,” sambung Axele yang sudah kesal dengan sikap Luc yang selalu mendekati ibunya. Tidak mungkin temannya ini menyukai Felis, bukan? Tentu saja sang ayah akan marah besar. “Hei, Luc, apakah kau lupa bahwa kau mempunyai kerajaan dan para pelayan. Suruh saja mereka membuatkan puding untukmu. Kenapa kau selalu menyusahkan ibuku?” ucapnya terang-terangan kepada satu-satunya manusia serigala di meja makan ini.
“Hei, kenapa kau marah? Ratu kerajaan ini saja menawariku untuk datang sering-sering ke sini. Ingat, Axe, kau hanyalah pangeran, bukan raja,” balas Luc dengan sindiran di akhir kalimatnya. Reynart yang selalu tenang dalam setiap keadaan hanya bisa mengembuskan napas lelah miliknya. Kedua pemuda di sana tidak akan berhenti jika tidak ada yang melerai. Haruskah Reynart selalu menjadi pihak ketiga? Seketika ia ingin segera menemukan belahan jiwanya daripada harus mengurus dua pemuda yang tidak pernah berhenti berdebat.
“Axele, Luc, kenapa kalian terus saja berdebat setiap berdekatan. Haruskah aku memusnahkan salah satu dari kalian agar kehidupanku terlihat damai? Sungguh keadaan ini benar-benar menyulitkanku,” keluh Reynart terang-terangan. Axele dan Luc yang mendengar perkataan wizard yang berani itu hanya melotot. “Maafkan saya Raja dan Ratu. Saya sudah tidak tahan dengan perilaku mereka,” ujar Reynart kepada raja dan ratu dari Kerajaan Vampir ini. Baz dan Felis mengangguk mengerti.
“Tidak apa-apa, Rey. Kedua anak ini memang benar-benar sulit diatur. Oh iya, kata Axele kamu sedang menyelesaikan tugasmu. Apakah semua berjalan lancar?” tanya Baz mengabaikan perdebatan kecil di antara Axele dan Luc tadi.
“Iya, Raja. Dan saya hanya butuh beberapa penjelasan sedikit dari Wizard Berta,” jawab Reynart tenang.
“Baiklah.” Kemudian Baz beralih kepada Axele di sana. “Nak, setelah makan datanglah menemui Ayah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” perintah Baz yang diangguki oleh Axele. Keadaan pun menjadi diam dan semua kembali menyelesaikan makan mereka. Terasa aneh memang ketika di kerajaan ini penghuninya memakan makanan yang dimasak. Semua makhluk immortal telah melakukan perjanjian jika tidak akan memakan manusia atau sesama. Jika vampir haus darah, mereka akan berburu di hutan begitu juga dengan kaum werewolf. Tentu saja hal ini dilakukan agar semua dunia menjadi damai.
Seperti perintah raja vampir di meja makan tadi, Axele dengan segera menuju ke ruang kerja ayahnya. Dan di sana sudah duduk raja vampir di meja besar miliknya, di belakangnya terdapat buku-buku yang tersusun rapi. Dulu saat Axele masih kecil, dia banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku di sana. jadi, tidak heran jika pengetahuan pemuda ini sudah banyak sekali.
“Ada apa, Yah?” tanya Axele mengambil tempat duduk di depan sang ayah. Axele sudah seringkali ke sini. Menurutnya ruang kerja ayahnya sangat nyaman, dan tentunya di masa depan nanti ruangan ini akan menjadi milik Axele.
“Apakah kamu sudah menyelesaikan pelajaranmu?”
Axele mengangguk sebagai jawabannya. Dia sangat giat belajar agar bisa segera dinobatkan sebagai raja vampir dan bukan sebagai pangeran lagi. “Sudah Ayah. Kemarin aku berhasil mengalahkan dua puluh prajurit saat berlatih, dan tambahan tadi aku mengalahkan anak raja werewolf,” papar Axele. Yang dia maksud adalah Luc. Baz yang mendengarnya pun hanya bisa tertawa kecil.
“Luc tidak masuk ke dalam hitungan, Nak. Sudahlah, Ayah ingin membicarakan hal penting. Ini tentang penobatanmu sebagai raja,” kata Baz dengan serius. Axele menegakkan tubuhnya dan memasang indra pendengarnya dengan baik. Dia sudah tidak sabar mendengar kabar bahagia ini. “Ayah belum bisa memindahkan tahta kerajaan ini kepadamu,” kata raja vampir membuat Axele terkejut.
“Apa?! Kenapa begitu, Yah? Aku sudah menyelesaikan pelajaranku dan semua berjalan dengan baik. Aku bisa mengalahkan prajurit yang banyak itu. Kenapa Ayah menunda penobatanku lagi? Apakah Ayah tidak ingin aku menjadi penerus kerajaan ini?” ucap pemuda ini beruntun. Axele tidak mengerti dengan keputusan Baz yang bisa dibilang tidak akan ia terima. Dirinya sudah menantikan hari di mana namanya dielu-elukan sebagai raja.
Baz mengambil napasnya dalam. Meskipun terlihat berat, akan tetapi Axele harus mengetahui perihal jati dirinya. “Nak, Ayah memiliki alasan tentang ini. Peraturan kerajaan sudah mengatakan jika tahta bisa dilimpahkan jika kamu sudah menemukan belahan jiwamu.”
Belahan jiwa lagi, Axele membenci ketika segala kehidupannya disangkut pautkan dengan belahan jiwa. Axele sebenarnya tidak peduli dengan belahan jiwa, dia yakin bisa tetap hidup tanpa sosok itu. “Aku tidak membutuhkan belahan jiwa, Yah. Jika Ayah tetap memaksaku untuk menikah, maka segera nikahkanku dengan salah satu putri dari kerajaan lain. Masalah ini sangat mudah untuk kita atasi,” jawab Axele. Baz menggeleng tidak setuju.
“Ikatan antara pasangan itu sudah ditentukan oleh pencipta. Jadi, kita tidak bisa bermain-main dengan ikatan ini. Jika kamu memaksa menikah dengan gadis yang bukan belahan jiwamu, maka gadis itu akan tewas seketika di hari pernikahan kalian. Ini sudah hukum alam, Nak,” jelas Baz membuat putranya menggeram kesal.
Tidak ingin membuat hatinya semakin kesal, Axele pun segera pergi dari sana meninggalkan Baz yang hanya menatap punggung putranya itu dengan prihatin. Baz tidak bisa berbuat banyak, dia hanyalah ayah yang tidak bisa berdaya. Ini adalah akibat dari kesalahan di masa lalu, dan sangat disayangkan Axele yang harus menanggung akibatnya.
“Arghh!!” teriak Axele di dalam kamarnya. Kamarnya ini kedap suara, jadi orang di luar tidak akan mendengar segala hal yang terjadi di dalam kamarnya. “Ikatan sialan! Kenapa aku harus berada di ikatan tidak berguna ini? Sial! Aku benar-benar membencinya,” geram pemuda itu. “Tidak! Aku tetap akan menjadi raja. Tentunya aku tidak membutuhkan belahan jiwa,” tekad Axele dengan mata yang memerah seperti darah.
Silakan beri komentar dan lovenya ya. terima kasih ❤