bc

DavAl

book_age12+
47
IKUTI
1K
BACA
possessive
playboy
badboy
goodgirl
student
drama
sweet
genius
highschool
first love
like
intro-logo
Uraian

Mengisahkan tentang seorang Albilla Amata Aurora yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya sejak lahir dengan seorang Davon Albern Alfabio. Namun, bagi seorang Davon tidak ada yang nama nya perjodohan dan ia tidak pernah menganggap Albilla ada.

-

-

-

"Kak Davon kenapa sih selalu kayak gitu sama Billa emang Billa salah apa?" Tanya Albilla yang menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Salah lo karena lo hadir di hidup gue." Ucap Davon.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 01 - Tersakiti
"Tuhan tahu apa yang terbaik bagi hambanya." (Albilla) Malam yang sangat dingin namun tetap hangat. Seorang gadis berusia 16 tahun memiliki kulit putih, berwajah cantik dan imut sedang bercanda dengan seorang wanita yang memiliki usia sekitar 38 tahun. Gadis itu bernama Albilla Amata Aurora, gadis cantik nan imut yang menjadi pelengkap dan kebahagiaan keluarga Alfabio. "Hahahaha mamah lucu banget. Hahahaha." Ucap gadis itu bernama Albilla. "Terus waktu itu kan papah deketin mamah terus. Mamah pukul tuh papah biar tau rasa. Lagian ngeselin banget." Ucap mamah Elma. Mamah Elma merupakan mamah dari Davon. Namun, mamah Elma telah menganggap Albilla sebagai anak nya. Karena mamih dan papih dari Albilla telah tiada. Bella dan Fadil meninggal karena kecelakaan. Pada saat itu umur Albilla masih empat tahun. Sehingga, Alfabio dan Elma menganggap Albilla seperti anaknya sendiri. "Kasian papah" Ucap Albilla "Papah kenapa sayang?" Tanya Alfabio yang baru saja pulang dari kantor. Setelan jas hitam dengan dasi berwarna merah yang melingkar di lehernya. Albilla dan Elma langsung menatap Alfabio. "Papah" Albilla lari lalu memeluk tubuh papahnya. "Mamah cerita apa aja sama kamu?" Tanya Alfabio mengusap rambut panjang Albilla. "Mamah cerita waktu dulu papah deketin mamah. Terus papah pernah dipukul sama mamah karena papah deketin mamah mulu." Ucap Albilla. Alfabio langsung menatap Elma. Elma tersenyum kepada suaminya itu. "Yaudah sekarang papah mandi terus makan. Mamah udah siapin makanan." Ucap Elma "Davon mana mah?" Tanya Alfabio. "Davon belum pulang pah." Jawab Elma. "Udah papah duga. Anak itu sebenarnya mau nya apa sih." Ucap Alfabio mulai emosi. "Mungkin kak Davon lagi main sama temannya pah. Papah jangan marah ke kak Davon." Ucap Albilla. Alfabio menatap Albilla. Ia merasa kasian kepada Albilla karena anaknya yang menyia-nyiakan gadis lugu seperti Albilla. Pintu terbuka menampilan Davon yang masih memakai seragam namun terlihat berantakan. Sorot mata tajam terpancar untuk Albilla. "Kak Davon" Albilla berlari memeluk lelaki itu namun tidak dibalas oleh Davon. "Lepas." Ucap Davon. Albila menggelengkan kepalanya di d**a bidang Davon. "Gue bilang lepasin." Ucap Davon tegas. Albilla melepaskan pelukannya. Matanya menatap lembut Davon namun ada kesedihan di sana. "Kak Davon kenapa sih selalu kayak gitu sama Billa emang Billa salah apa?" Tanya Albilla yang menahan air matanya agar tidak jatuh. Bulir-bulir air mata telah memenuhi pelupuk matanya itu. "Salah lo karena lo hadir di hidup gue." Ucap Davon. Albilla terisak mendengar ucapan Davon. Albilla lari menuju kamarnya tanpa memperdulikan panggilan dari mamah Elma. Plak... Alfabio menampar anaknya itu. Davon memegang pipi yang terasa perih akibat tamparan dari Alfabio. "Berani kamu berucap kayak gitu. Albilla itu calon istri kamu. Kalian udah dijodohkan dari kecil." Bentak Alfabio dengan suara kerasnya. "Davon ngga peduli tentang perjodohan itu." Ucap Davon lalu meninggalkan kedua orang tuanya. "Pah." Ucap Elma yang mulai meneteskan air matanya. "Udah sayang jangan nangis. Kamu adalah kekuatan bagi Albilla. Aku yakin suatu saat Davon akan mencintai Albilla." Ucap Alfabio memeluk istrinya untuk menenangkannya. ***** "Hiks... Hiks... Kak Davon kenapa ngomong kayak gitu ke Billa. Hiks... Kita dipertemukan karena takdir. Tuhan tau apa yang terbaik. Hiks... Hiks..." Ucap Albilla yang duduk di ranjangnya. Air matanya mulai jatuh di pipi nya. "Billa yakin suatu hari nanti kak Davon akan liat Billa dan cinta sama Billa. Hiks... Hiks... Billa ngga boleh sedih. Kalo Billa sedih nanti mamah ikut sedih." Ucap Albilla sambil menghapus air mata nya. Di balik pintu ada yang mendengarkan curahan hati Albilla. Elma mendengar semuanya. "Maafkan anakku yang membuat Billa menangis Bel." Ucap mamah Elma sambil menghapus air matanya. Ia mengingat sahabatnya Bella yang tak lain adalah mamah Albilla. ***** Albilla telah berada di ruang makan menyiapkan makanan untuk Davon karena sedaritadi lelaki itu tak kunjung keluar dari kamarnya. Dengan telaten, Albilla memasukkan nasi, lauk pauk, dan sayur ke dalam piring. Lalu ia menyiapkan segelas air putih. Piring dan Gelas itu ia letakkan di atas nampan. "Semoga dengan begini hati Kak Davon bisa luluh." Ucap Albilla sambil tersenyum. ***** Harum aroma maskulin menyeruak di dalam kamar seorang Davon. Lelaki tampan yang banyak disukai oleh kaum hawa. Lelaki berusia 18 tahun yang masih bersekolah kelas 3 SMA. "Kenapa lo hadir di hidup gue Billa." Ucap Davon kepada diri sendiri. "Gue benci lo Bil. Gue akan buat lo jauh dari gue." Ucap Davon sambil menatap langit - langit kamarnya. Tok... Tok... Tok... "Kak Davon, ini Billa. Billa mau masuk boleh ngga?" Ucap Albilla. "Pergi, gue ngga mau diganggu." Ucap Davon yang masih berbaring di ranjangnya. Ceklek Davon menatap ke arah gadis yang berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dengan membawa sebuah nampan yang berisi sepiring nasi beserta lauk pauknya dan segelas air putih untuk Davon. Gadis itu memakai piyama hello kitty yang membuatnya semakin imut. Davon terpesona sesaat namun ia langsung menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran itu. "Ck, GUE BILANG NGGA MAU DIGANGGU. LO TULI." Bentak Davon yang langsung berdiri. Albilla berdiri berhadapan dengan Davon. "Maaf kak, Billa cuma mau ngasih makanan ini ke kak Davon. Kan kak Davon belum makan malem." Ucap Albilla sambil menatap Davon. "Gue ngga butuh." Ucap Davon membuang muka nya. Albilla manaruh makanannya di nakas kamar Davon. Lalu ia kembali berdiri berhadapan dengan lelaki yang masih tidak mau menatapnya. "Kak Davon harus makan. Billa ngga mau kak Davon sakit." Paksa Albilla menarik tangan Davon untuk duduk di tepi ranjang. Davon menatap tangannya yang dipegang oleh Albilla dan menurut untuk duduk di tepi ranjang. "Sekarang kak Davon makan. Ayo buka mulut. Aaaaa" Ucap Albilla. Davon menuruti apa yang dikatakan Albilla. Albilla senang melihat Davon yang mau makan. "Enak ngga? Ini mamah yang masak tapi Billa bantuin sedikit kok." Ucap Albilla yang hanya disambut oleh keterdiaman Davon. Suapan demi suapan telah masuk ke dalam mulut Davon. Albilla tersenyum senang melihat tak ada penolakan dari Davon. "Ini yang terakhir. Aaa" Ucap Albilla. Davon kembali membuka mulutnya untuk suapan terakhir. Albilla memberi minum kepada Davon. Davon meminumnya sambil menatap Albilla yang tengah membereskan piring kotornya. "Yaudah sekarang kak Davon tidur. Besok sekolah. Nanti dibangunin mamah loh. Terus nanti diomelin sama mamah." Ucap Albilla sambil tersenyum menatap Davon. Davon masih menatapnya dalam. "Gue pengin lo jauh-jauh dari hidup gue." Ucap Davon. Senyum Albilla luntur karena mendengar perkataan Davon. "Billa ngga akan pernah mau jauhin kak Davon kecuali Tuhan yang menjauhkan kita." Ucap Albilla. Lalu ia beranjak untuk pergi namun ada sebuah tangan yang menahannya. Davon berdiri di hadapan Albilla sambil menatap mata nya. Davon mendekatkan wajahnya ke arah Albilla. Albilla dapat merasakan hembusan napas Davon di wajahnya. Jantung Albilla berdetak cepat merasakan Davon yang begitu dekat dengannya. "Gue ngga suka sama lo." Bisik Davon di telinga Albilla. Albilla mematung mendengar ucapan Davon. Butiran air lagi-lagi memenuhi pelupuk mata gadis itu. "Keluar!" Perintah Davon. Albilla langsung pergi meninggalkan kamar Davon dengan menahan air matanya. "Jauhi gue sebelum semuanya menjadi jauh lagi." Ucap Davon menatap kepergian Albilla. Satu kalimat yang mengandung banyak arti dan hanya dirinya lah yang tahu. Davon masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hari ini ia sangat lelah apalagi setelah perdebatan nya dengan Albilla. ***** Albilla berlari sangat cepat dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Brak Albilla menutup pintu kamarnya. Ia langsung berbaring tengkurap di atas ranjangnya. "Hiks...hiks...." Albilla terisak sambil memeluk gulingnya. "Kenapa kak Davon selalu bersikap gitu ke Billa. Kenapa Kak Davon selalu nyuruh Billa jauhin Kak Davon hiks...." Ucap Albilla. "Billa cinta Kak Davon, Billa ngga akan bisa jauhin Kak Davon." Ucap Albilla mengusap air matanya. "Biarkan Billa yang berjuang sendiri sampai kak Davon bisa melihat perjuangan Billa." Ucap Albilla lirih. Albilla mulai memejamkan matanya. Wajahnya basah oleh air mata, hidungnya merah karena menangis. Ia berharap esok hari akan ada keajaiban untuknya. ***** Davon keluar dari kamar mandi, ia telah selesai membersihkan dirinya dan telah memakai pakaian santainya. Ia berjalan ke arah balkon kamarnya. Davon menatap ke arah samping kamarnya. Lampu kamar Albilla masih menyala. Memang kamarnya dan kamar Albilla bersebelahan, sehingga sangat mudah Davon mengawasi gadis itu. "Apa dia belum tidur?" Tanya Davon menatap kamar Albilla. "Ck, gadis itu. Jendela kamar juga belum di tutup." Ucap Davon kemudian berjalan ke masuk ke kamarnya lagi lalu membuka pintu kamarnya untuk melihat Albilla. Ceklek Davon masuk ke kamar Albilla. Terlihat gadis itu berbaring tengkurap di atas ranjangnya. Dengan langkah pelan Davon berjalan ke arah jendela dan menutupnya. Lalu ia ingin berjalan keluar dari kamar Albilla. Baru beberapa langka ia melewati Albilla, ia kembali lagi dan memutuskan duduk di tepi ranjang Albilla sambil mengamati wajah cantik gadis itu. "Kenapa bantalnya basah? Dan kenapa wajah Albilla sembab?" Tanya Davon mempertanyakan kondisi Albilla. "Apa dia nangis?" Ucap Davon mengusap kepala Albilla. "Ck, kenapa lo cinta sama gue kalau akhirnya lo sendiri yang sakit Bil." Ucap Davon menatap Albilla yang memejamkan matanya itu. "Gue ngga boleh peduli sama dia." Ucap Davon berdiri dari duduknya. Namun, matanya masih menatap Albilla. "Gue benci ini semua." Ucap Davon kemudian berlalu meninggalkan kamar Albilla. TBC Apa yang kalian pikirkan tentang Davon? Davon itu kejam atau kurang kejam sih? Komen ya? Jangan lupa tekan love dan komen ya biar saya semangat lg dalam menulis?❤ Follow ig : sip_intan

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
440.1K
bc

Imperfect Marriage

read
332.9K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.0K
bc

Because Alana ( 21+)

read
364.2K
bc

Just Friendship Marriage

read
515.2K
bc

Daddy Next Door

read
232.3K
bc

Everything

read
283.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook