Chapter 02 - Hukuman

1773 Kata
"Jantung ini selalu berdetak dengan cepat saat bersamamu." (Albilla) Pagi hari yang cerah. Albilla masih bergelayut manja bersama selimutnya. Ia sangat lelah setelah menangisi Davon. Matanya benar-benar berat untuk terbuka. Tok... Tok... Tok... "ALBILLA SAYANG, BANGUN NAK. UDAH DITUNGGUIN DAVON. INGET HARI INI HARI PERTAMA MOS JANGAN SAMPAI TELAT" Teriak Mamah Elma. Albilla menggeliat dan mulai membuka matanya yang terasa berat. "Iya mah, Billa siap-siap dulu." Ucap Albilla dengan suara serak khas bangun tidur. Albilla turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah mandi. Albilla masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya ada suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Setelah beberapa menit kemudian, Albilla keluar dari kamarnya menggunakan bathrobe warna putih miliknya sangat kontras dengan kulit putihnya. Ia berjalan ke arah lemari untuk mengambil seragamnya. Setelah itu ia mulai memakainya. Setelah siap menggunakan seragamnya, ia duduk di depan meja rias dan mulai memakai bedak tipis dan memoleskan lipgloss di bibir ranum nya itu. Rambutnya ia gerai dengan sebuah bandana berwarna merah muda sebagai hiasannya. "Kurang Billa apa Kak? Bukannya Billa cantik dan cocok buat Kak Davon." Ucap Albilla menatap dirinya di cermin. "Billa akan selalu berusaha jadi yang terbaik buat Kak Davon." Ucap Albilla kemudian berdiri dari duduknya dan menggendong tas sekolah warna birunya. Lalu Albilla keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Sudah pasti Davon, Alfabio, dan Elma telah menunggunya di sana. ***** "Pagi pah, mah." Ucap Albilla saat di ruang makan lalu dia duduk di sebelah Davon. "Davon." Ucap Alfabio kepada anaknya. Davon tau maksud papah nya itu. Ia berdiri dari kursinya lalu mencium kening Albilla. Albilla memejamkan matanya merasakan ciuman yang ada di keningnya. Davon melepaskan ciumannya dan kembali duduk. Alfabio selalu memaksa Davon melakukannya setiap pagi. Ciuman kening yang membuat Albilla bahagia. "Billa udah siapin semua kan yang buat MOS nanti?" Tanya Mamah Elma "Udah kok mah." Jawab Albilla "Hati-hati loh ketua OSIS nya galak." Ucap Mamah Elma melirik Davon. Davon hanya menatap mamahnya itu. "Ngga papa kok mah. Albilla ngga takut. Ketos kan juga manusia ngapain Billa harus takut. Lagian Billa kan ngga punya salah apa-apa." Ucap Albilla setelah mengunyah makanannya. Albilla tidak mengetahui kalo Davon yang menjabat sebagai ketua OSIS. "Ehemm, Davon berangkat dulu ya mah, pah." Ucap Davon sambil menyalami kedua orang tua nya. "Kak Davon, Billa belum selesai makannya." Ucap Albilla dengan nada manjanya itu. "Cepet makannya. Gue tunggu di mobil." Ucap Davon sebelum meninggalkan ruang makan. "Iya kak." Ucap Albilla nurut. Davon meninggalkan ruang makan. "Maafin anak mamah ya Bil." Ucap Mamah Elma merasa bersalah kepada Albilla. "Ngga papa kok mah. Yaudah Billa berangkat dulu pah, mah." Ucap Billa sambil menyalami Elma dan Alfabio. "Hati-hati ya sayang." Ucap mamah Elma. ***** Di dalam mobil hanya ada keheningan. Tidak ada yang memulai percakapan. Davon yang sibuk menyetir dan Albilla yang bingung harus memulai percakapan darimana. "Kak Davon." Panggil Albilla memberanikan diri mengajak Davon berbicara. "Hmm." Jawab Davon yang masih menatap jalan. "Emang ketua OSIS nya galak ya?" Tanya Albilla kepada Davon. "Iya." Jawab Davon singkat. Albilla menghela napasnya mendengar jawaban singkat yang terkesan dingin dari Davon. "Galakan ketua OSIS nya apa kak Davon?" Tanya Albilla yang membuat Davon melirik nya sekilas. "Sama aja." Jawab Davon. "Gantengan kak Davon apa ketua OSIS nya?" Tanya Albilla polos. "Sama aja." Jawab Davon yang fokus melihat ke arah depan. "Tapi lebih ganteng kak Davon kok." Ucap Albilla tersenyum menatap Davon. "Terserah." Ucap Davon malas. "Lebih pin--" "Bisa diem ngga, gue lagi nyetir." Ucap Davon yang membuat Albilla menghentikan kalimatnya. Di dalam mobil kembali hening. Davon melirik ke arah Albilla yang sibuk melihat jalanan. Davon tersenyum tipis karena Albilla menuruti perintahnya untuk diam. Beberapa menit kemudian, Davon menghentikan mobilnya di parkiran sekolah. "Turun." Ucap Davon yang membuat Albilla sadar karena sudah sampai di sekolah milik keluarga Alfabio. "Kak Davon, seatbelt nya susah." Ucap Albilla yang kesulitan membuka seatbelt nya. Davon memajukan tubuhnya untuk membukakan seatbelt milik Albilla. Posisi mereka sangat dekat membuat jantung Albilla berdetak dengan cepat. Albilla menatap Davon yang membukakan seatbelt nya. Ceklek. Seatbelt nya telah terbuka namun Albilla tetap menatap wajah Davon yang membalas tatapannya. Hembusan napas Davon terasa di wajah Albilla. Davon memajukan wajahnya ke arah Albilla. Albilla memejamkan matanya. Cup Davon mencium pipi Albilla. "Turun, nanti telat." Ucap Davon dingin. Albilla masih mematung dengan perbuatan Davon. "BILLA" Panggil Davon sedikit keras hingga Albilla tersadar. "Ehh iya kak. Billa masuk dulu ya kak. Dah kak Davon." Ucap Albilla keluar dari mobil. Albilla masih menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang itu. Satu ciuman di pipi membuat Albilla seperti ini. "Lucu." Ucap Davon. ***** "Kenapa jantung Billa masih deg-degan gini sih." Ucap Albilla yang saat ini sedang baris di bagian belakang. Saat ini semua siswa baru telah berbaris di lapangan untuk acara MOS. "Namanya juga lo masih hidup. Jelas deg-degan lah." Ucap Sivia teman baru Albilla. "Maksudnya bukan gitu via." Ucap Albilla. "Terus?" Tanya Sivia "Gue habis dicium." Ucap Albilla polos. Sivia membulatkan mata nya. "LO DICIUM? SAMA SIAPA?" Teriak Sivia yang membuat mereka jadi pusat perhatian. Albilla langsung menutup mulut Sivia. "Yang ada di belakang kenapa teriak-teriak." Ucap seorang lelaki yang berdiri di depan lapangan bernama Varo yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS. "Ke depan sekarang." Ucap Varo yang menggunakan microphone sehingga yang lain mendengarnya. Albilla dan Sivia langsung maju ke depan lapangan sehingga menjadi pusat perhatian dan banyak yang berbicara tentang mereka. "Mereka contoh yang tidak baik. Buat kalian jangan meniru mereka." Ucap Varo "Baik kak." Ucap para siswa "Selama upacara berlangsung kalian berdiri disini." Ucap Varo tegas "Baik kak." Ucap Albilla dan Sivia secara bersamaan. Panasnya sinar matahari membuat keringat membanjiri wajah cantik Albilla. Albilla dan Sivia masih setia mendengarkan sang wakil ketua OSIS berbicara. "Selanjutnya ketua OSIS yang akan menjelaskan. Mari kita sambut ketua OSIS SMA Alfabio." Ucap Varo. Semua orang tepuk tangan menyambut ketua OSIS yang digosipkan sangat tampan. Kecuali Albilla yang mulai menunduk untuk menghindari panas matahari. "Selamat pagi semua." Ucap sang ketua OSIS yang tak lain adalah Davon. Albilla yang mendengar suara itu segera menatap orang yang sedang berbicara. "Pagi kak." Ucap siswa kelas X. Sedangkan Albilla hanya diam mematung. "Ternyata kak Davon yang jadi ketua OSIS. Pantes aja daritadi Billa tanya jawabannya sama terus." Ucap Albilla pelan dan hanya dapat di dengar oleh Sivia. "Lo baru tau? Semua orang juga tau kali." Bisik Sivia kepada Albilla. Albilla menganggukan kepalanya dengan tatapan ke arah Davon. "Untuk kegiatan pertama, kalian harus meminta tanda tangan anggota OSIS minimal 20 orang bagaimana pun caranya." Ucap Davon tegas. "Paham?" Tanya Davon kepada kelas X. "Paham kak." Ucap siswa kelas X. "Sekarang kalian bubar, masuk kelas masing-masing. Pukul 09.00 kalian boleh meminta tanda tangan kepada anggota OSIS." Ucap Davon. Siswa kelas X pergi ke kelas masing-masing. Albilla dan Sivia akan pergi ke kelas namun ada suara yang menghentikan mereka. "Kalian berdua. Sini." Ucap Varo yang berada di sebelah Davon. Davon menatap ke arah Albilla. Albilla dan Sivia berjalan mendekati Davon dan Varo. "Ini Von, tadi mereka ngomong sendiri." Ucap Varo mengadu kepada Davon. "Ngga ngomong sendiri kok. Tadi Billa ngomong sama Sivia. Billa ngga gila ngomong sendiri." Ucap Albilla membuat siapapun yang mendengarnya akan gemas sendiri. "Maksudnya lo ngomong sama temen lo. Ngga perhatiin gue ngomong." Ucap Varo yang gemas mendengar ucapan Albilla. "Gimana mau perhatiin kakak. Jantung Billa dari tadi deg-degan tau." Ucap Albilla. Sivia menyenggol lengan sahabatnya itu. Davon menaikan alis nya bingung. "Maaf ya kak. Kita siap kok kalo dihukum sama kakak." Ucap Sivia sopan. "Tapi Billa ngga mau dihukum. Billa ngga salah." Ucap Albilla "Ade yang manis. Lo itu salah. Lo ngomong sendiri. Ralat. Ngomong sama temen lo ini waktu upacara." Ucap Varo yang semakin gemas dengan Albilla. Sedangkan Davon masih mendengarkan mereka. "Kak Davon. Billa ngga salah. Jantung Billa daritadi deg-degan karena kak Davon. Berarti kak Davon yang salah. Kak Varo bisa hukum kak Davon. Kak Davon yang salah." Ucap Albilla. Davon dan Varo bingung dengan ucapan Albilla. "Lo ngomong apaan sih ngga jelas banget." Ucap Varo. "Kak Davon itu--" "Jadi kak Davon yang ci--" Ucap Sivia terhenti karena Albilla menutup mulutnya menggunakan tangan. Davon mengerti apa yang mereka bicarakan. "Kalian gue hukum." Ucap Davon tegas. "APA?" Teriak Albilla "Ngga usah teriak-teriak." Ucap Davon. "Bersihkan ruang OSIS dan ruang ketua OSIS. Sekarang. Ngga ada bantahan" Ucap Davon. Albilla menatap Davon. "Baik kak." Ucap Albilla dan Sivia. ***** Albilla dan Sivia mulai membersihkan ruangan ketua OSIS. Dengan malas Sivia membersihkan kaca jendela, sedangkan Albilla membersihkan meja kerja ketua OSIS. Banyak buku dan berkas yang tidak tertata rapi. Dengan telaten Albilla merapikan nya. Ceklek Albilla dan Sivia menatap ke arah pintu yang terbuka. Davon berdiri di sana dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. "Ruangan OSIS belum dibersihin?" Tanya Davon dengan suara beratnya itu. Albilla dan Sivia saling melirik satu sama lain. "Emm... Belum kak." Balas Sivia dengan takut. "Yaudah sekarang salah satu dari kalian ada yang bersihin." Ucap Davon santai. "Lo aja Bil, gue mau di sini aja." Ucap Sivia pada Albilla. "Yah Via, Billa juga mau di sini. Udah nyaman di sini." Ucap Albilla membuat Sivia menatapnya kesal. "Gue juga udah nyaman di sini. Terus gimana dong? Lo aja deh. Lo kan baik harus ngalah loh." Ucap Sivia. "Billa ngga mau." Ucap Albilla. Davon menghembuskan napasnya kasar mendengar perdebatan kedua gadis itu. "Lo aja." Ucap Davon menunjuk Sivia. "Gue kak?" Ucap Sivia menunjuk dirinya sendiri. Ia tidak menyangka jika Davon menunjuk dirinya. "Iya, lo." Balas Davon kemudian duduk di kursi nya. Sivia menatap ke arah Albilla. Albilla tersenyum ke arahnya. "Via harus nurut, semangat Via sayangnya Billa." Ucap Albilla memberikan semangat kepada sahabatnya itu. Sivia mengerucutkan bibirnya kesal kemudian keluar dari ruangan ketua OSIS itu. Kini hanya ada Albilla dan Davon di ruangan itu. Albilla menatap ke arah Davon yang sedang menatapnya itu. "Kenapa?" Ucap Davon dengan nada tajamnya. "Billa cuma liatin Kak Davon." Balas Albilla kemudian berjalan ke arah rak buku untuk membersihkannya. "Bersihin yang benar dan jangan ada debu sedikitpun." Ucap Davon penuh perintah. Albilla menatap Davon dan mengerucutkan bibirnya. "Kak Davon ngga mau bantu Billa?" Ucap Albilla dengan manja. "Ngapain gue bantuin lo." Ucap Davon menatap tajam gadis itu. "Billa kan calon istrinya Kak Davon." Ucap Albilla mendekat ke arah Davon dan berdiri di samping lelaki itu. "Gue ngga peduli." Ucap Davon. "Kenapa?" Tanya Albilla. "Karena gue ngga setuju dengan perjodohan konyol itu." Balas Davon berdiri di hadapan Albilla. Kemudian berlalu meninggalkan Albilla yang masih berdiri mematung di ruangan itu. "Perjodohan konyol? Jadi Kak Davon cuma anggap ini perjodohan konyol?" Ucap Albilla dengan sebutir air yang telah jatuh di pipinya. TBC Main cium pipi aja nih Davon gimana Billa ngga baper coba wkwk. Jangan lupa komen ya biar saya tambah semangat lg?❤ Follow ig : sip_intan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN