Bab 34 : Pelukan yang Tak Pernah Salah

1196 Kata

Malam setelah final 800 meter di Asian Games Hangzhou seharusnya menjadi waktu istirahat. Tapi di dalam kamp atlet Indonesia, semuanya justru seperti pesta kecil. Tawa dan tepuk tangan tak berhenti menggema, bukan semata karena medali emas yang dibawa pulang, tapi karena keberanian—sebuah keberanian yang diperagakan dalam lintasan dan dalam hati. Miura duduk di tengah ruang makan utama, mengenakan jaket tim Indonesia yang kebesaran di bahunya, dengan medali emas masih menggantung di lehernya. Di tangan kanannya, semangkuk kecil es krim stroberi mulai mencair perlahan. Senyumnya tak lebar, tapi tulus. Ia tidak lagi menatap lantai seperti dulu. Malam ini, dia duduk tegak. Rekan-rekan atlet dari India, Qatar, Korea, Jepang, bahkan Kazakhstan dan Filipina berdiri mengelilingi meja tempatnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN