Bab 10 : Yang Masih Ingin Terbang

801 Kata

Siang itu, angin mengayun daun-daun di taman dekat lapangan bulutangkis. Rindang pohon seperti memayungi apa yang tidak terucap, dan suara anak-anak bermain di kejauhan terdengar seperti kenangan masa kecil yang belum usai. Di sebuah bangku kayu menghadap lapangan, Malda dan Yulianto duduk berdampingan. Yulianto menyeruput es kelapa muda dari gelas plastik bening sambil bersiul kecil, nada-nada ceria yang terdengar seperti musik latar dari hidup yang tidak pernah terlalu serius. Sementara itu, Malda memeluk gelasnya tanpa menyentuh sedotan, matanya menerawang jauh, seperti sedang mencari sesuatu di dalam langit biru. Yulianto menoleh. "Kamu kenapa? Biasanya udah cerita tiga bab sebelum saya sempat nanya lho." Malda (menoleh singkat, lalu tersenyum kecil): "Hei... kadang perempuan juga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN