Pagi itu, embun masih belum sepenuhnya menguap dari rerumputan halaman ketika Miura menjejakkan kembali langkahnya di tanah air. Bukan hanya tanah kelahiran, tetapi tanah kenangan. Tanah yang dulu ia tinggalkan dengan hati remuk, dan kini ia tapaki dengan langkah pelan penuh tekad. Menyambut kepulangannya, media berlomba menyorot wajahnya. Satu stasiun televisi swasta nasional langsung mengajukan tawaran: reality show berjudul "Miura: Jalan Pulang Sang Pelari." Program itu akan menyorot perjalanannya: comeback dramatis, sesi latihan, luka-luka yang tak terlihat, hingga sisi emosional yang tak pernah diberitakan. Miura mengangguk. Tapi dengan satu syarat. “Sesi terakhir harus live. Dan bolehkah aku yang menentukan ending-nya?” katanya pada produser acara. Awalnya tim produksi mengira pe

