Chapter 110 : Cinta yang MembelahDunia, Menyatukannya Kembali

1477 Kata

Rumah mereka di Semarang Barat masih senyap. Matahari belum juga muncul sempurna dari timur, tapi suara ketikan laptop dan aroma kopi pagi sudah memenuhi ruang tamu. Yulianto duduk bersila di lantai, mengenakan hoodie lusuh yang sudah sering dipakai sejak zaman Miura masih aktif sebagai atlet. Di sampingnya, Miura duduk bersandar di sofa dengan rambut diikat asal, mengenakan kaus abu dan celana training. "Kamu tahu, Sayang," kata Yulianto sambil menyeruput kopi, "Kalau cinta itu negara, kita ini Presidennya." Miura tertawa pelan. "Kalau cinta itu negara, kamu pasti jadi Menteri Pendidikan. Soalnya kamu terus ngajarin aku sabar, ikhlas, dan cara menyuapi Phoenix tanpa dia meludahkan semuanya lagi." Yulianto membalas dengan cengiran khasnya. Mereka saling menatap. Dalam keheningan pagi, a

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN