Bab 6

1029 Kata
Tak terasa lima tahun berlalu. Lima tahun juga Tina dan Cecep mengarungi bahtera rumah tangga. Usia Tina menginjak 25 tahun, Marni adiknya 23 tahun, dan Santi berusia 21 tahun. Ga ada permasalahan berarti selama Tina berumah tangga dengan Cecep. Suaminya selalu menjadi suami siaga. Pagi hari, Tina dan Cecep mengantar Ria ke sekolahnya, yaitu taman kanak-kanak di dekat rumah mereka. Siangnya yang menjemput Ria adalah Nana. Sorenya, mereka pulang kerja bersama. Sedangkan Marni, masih betah melajang, dia sudah memiliki motor sendiri. Jadilah dia pulang dan pergi sendiri menggunakan motornya. Setelah lima tahun berumah tangga, badai menerpa rumah tangga Tina dan Cecep. Berawal dari lembur saat bekerja. Tiga bulan penuh Cecep selalu lembur. Setiap hari pulang jam 9, dan saat pulang, Tina sudah tertidur. Begitu terus setiap hari selama tiga bulan. Menginjak bulan keempat, lembur masih tetap berjalan. Tina juga tahu dari temannya, Esih, dari divisi benang juga, bahwa divisi benang memang dianjurkan lembur setiap hari. Dan Tina tidak mempermasalahkan hal itu. "Kamu lembur lagi hari ini? Padahal udah masuk empat bulan." Kata Tina, di meja makan. Mereka sedang sarapan berempat, bersama Ria dan Marni. "Iya. Lagi banyak pesanan. Divisi kamu ga diminta lembur?" Tanya Cecep, balik bertanya. "Divisi jahit ga diminta lembur." Jawab Tina, dia dan adiknya memang satu divisi, Desi, teman Marni, juga sama, divisi jahit. "Pulang malem lagi?" Tanya Tina. "Iya." Jawab Cecep, lalu melanjutkan, "Mar, nanti pulang bareng teteh ya." "Iya kang." Jawab Marni. "Ayo berangkat." Ajak Cecep setelah semua selesai makan. Cecep dan Tina mengantar dulu Ria ke sekolahnya, barulah mereka ke kantor. Dan memasuki bulan keempat ini, di kantor pun mereka jarang berinteraksi. Biasanya mereka makan siang bersama. Tapi sekarang, Cecep dan Tina lebih memilih makan dengan teman-teman satu divisinya. Entah bosan, entah ingin suasana baru. Masalah mulai terasa bulan memasuki bulan keenam. Cecep masih sering lembur. Tina mencurigai sesuatu. Saat dia mencuci baju suaminya, tercium wangi parfum yang berbeda. Dan ini, ga sekali dia kali. Akhirnya, saat makan siang, Tina mengajak Esih makan di taman pabrik. "Tumbenan ngajak makan di sini?" Tanya Esih. "Ada yang mau aku obrolin. Penting. Takutnya yang lain kepo." Jawab Tina. "Ada apa?" Tanya Esih. "Ini bulan keenam kan divisi kamu lembur terus?" Tanya Tina. "Iya. Dan aku senang. Lembur setiap hari, tentu saja uangku bertambah terus. Banyak uang aku. Enam bulan menyimpan hasil lembur. Rekening menggemuk." Kekeh Esih. "Aku mau minta tolong." Kata Tina. Dia pun menceritakan tentang baju suaminya yang berbau parfum yang berbeda dengan parfum suaminya. "Jadi, aku harus ngapain?" Tanya Esih. "Lihat pas pulang kerja. Apakah suamiku pulang sendiri ataupun enggak." Jawab Tina. "Baik." Jawab Esih. Keduanya menghabiskan makan siang mereka lalu kembali bekerja. Sorenya, seperti biasa, Tina pulang bersama Marni. Dan Esih, mulai melakukan tugasnya malam ini, saat bulan keenam dia lembur, yaitu misi rahasia menguntit Cecep. Selesai jam lembur, yaitu jam 9, Esih memakai helm fullface dan meminjam motor saudaranya. Dia mengintai dari luar pabrik dan dari kejauhan. Tak lama Cecep keluar dari parkiran pabrik. Dia menengok ke kiri dan ke kanan lalu memajukan motornya. Tak jauh dari sana, di sebuah halte bis, ada seseorang yang sepertinya menunggunya, seorang perempuan. Dia langsung naik ke motor Cecep dan mereka berlalu dari sana. Keesokan harinya, Esih kembali mengintai. Dia belum mengatakan apa-apa pada Tina. Dan perempuan itu, kembali naik ke atas motor Cecep. Senin sampai Kamis, terus seperti itu. Akhirnya Jumat malam, Esih memberanikan diri mengikuti mereka dari jarak yang jauh. Dia menyewa seorang tukang ojek. Mereka sampai di sebuah jalan dan motornya memasuki sebuah gang. "Kang, tunggu di sini sebentar ya. Saya ga lama." Kata Esih. "Baik neng." Kata tukang ojek langganannya. Esih mengendap-endap mengikuti mereka. Motor berhenti di sebuah rumah sederhana bercat biru muda. Mereka turun dari sana, Cecep masuk ke dalam. Esih gegas kembali lagi ke tukang ojek tadi. "Ayo kang. Cepet. Keburu ketahuan." Ajak Esih. "Neng Esih kaya detektif aza. Menguntit orang." Kekeh tukang ojek itu. "Emang aku lagi nyamar jadi detektif kang." Kata Esih, lalu mencatat alamat perempuan itu. Saat dia tadi berada di kontrakan perempuan itu, dia langsung serlok pada Tina. Tak menunggu lama, Tina diantar Mirna langsung menuju lokasi. Esih sudah menunggunya di sana. Dua puluh menit, Tina dan Marni sampai di sana. "Itu rumahnya masuk gang, yang cat biru muda." Kata Esih. "Oke. Makasih ya." Kata Tina. "Aku pulang duluan ya. Yuk Mar." Kata Esih pada Marni. Adiknya Tina itu hanya mengangguk. Lalu Tina mendorong motornya menuju kontrakan perempuan itu. Lalu parkir di depan rumahnya. Terlihat motor Cecep ada di dalam teras. Tina mengendap masuk ke dalam. Tina tadinya ingin mengetuk pintu, tapi urung dia lakukan. Dia melihat ke dalam dari jendela. Terlihat suaminya sedang beraktivitas panas dengan seorang perempuan. Kedua tangannya mengepak keras. Dia masuk tepat saat Cecep menumpahkan cairan di atas perut perempuan tersebut. Cecep dan perempuan itu kaget luar biasa. Perempuan itu refleks berdiri dan mendorong Cecep lalu masuk ke dalam. Sedangkan Cecep, berlari ka kamar mandi lalu memakai handuk dan menghampiri istrinya. Dia akan memegang lengan istrinya tapi dengan cepat ditepis oleh Tina. "Jangan sentuh aku. Dasar brengsek." Kata Tina. "Bu, ayah minta maaf. Ayah salah." Kata Cecep. Dia berlutut di depan istrinya. Tina yang sudah kalap, akhirnya meninggalkan suaminya. Gegas dia menuju motor Marni. "Cepet jalan Mar." Kata Tina. "Udah beres urusannya teh?" Tanya Marni. "Jangan banyak tanya. Jalan." Perintah Tina. Sementara itu Cecep berjalan menuju motor Marni dengan hanya memakai handuk di pinggang. Membuat Marni melirik dari spion. "Cepetan." Kata Tina. Marni, setelah memakai helm, gegas memacu kendaraannya, ga memedulikan teriakan kakak iparnya di belakang. "Cepet. Jangan berhenti." Kata Tina. Akhirnya, dua puluh menit, sampai juga mereka di rumah. Tina langsung masuk ke kamar. Terlihat Ria sudah tertidur di kamarnya. Lalu Tina membersihkan dirinya di kamar mandi, mengunci pintu kamar, dan terlelap di samping anaknya. Sementara Marni, setelah membersihkan diri dan mengunci pintu kamarnya, dia lalu berbaring di ranjangnya. Dia memikirkan masalah kakaknya. Apa yang terjadi di sana tadi? Kenapa kakak iparnya keluar dari dalam rumah itu bertelanjang d**a dan hanya mengenakan handuk? Apakah kakak iparnya berselingkuh? Marni memikirkan berbagai kemungkinan. Itulah sebabnya dia menunda menikah. Dia tidak ingin tersakiti. Marni hanya berharap kakaknya bisa menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka dengan kepala dingin, mengingat sudah ada anak di antara mereka. "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN