Keesokan harinya, dari pagi buta Tina sudah bangun. Dia langsung mandi dan menyiapkan sarapan untuk anaknya dan Mirna. Dia sengaja ga menyiapkan untuk suaminya. Mengingat kejadian tadi malam, membuatnya maki emosi. Setelah siap dengan setelan kantornya, Rina gegas memandikan Ria. Saat dirinya dan Ria sudah di meja makan, Mirna ternyata juga udah siap.
"Cepetan sarapannya. Teteh bareng ama kamu aza ke pabriknya." Kata Tina.
"Baik teh." Jawab Mirna.
Tina pun langsung menyuapi Ria. Setelah itu, dia meminta Nana untuk menjemput Ria seperti biasa saat pulang sekolah. Dia pun berpamitan pada Nana lalu diantar Mirna, mereka mengantar Ria dulu. Setelah itu, barulah mereka ke kantor.
"Teteh, kok ga bangunin Kang Cecep?" Tanya Mirna.
"Biarin aza. Males. Teteh masih marah ama dia." Jawab Tina.
"Tadi malem itu gimana ceritanya teh?" Tanya Mirna. Dia mengajak Tina berbicara saat lampu stopan berwarna merah.
"Dia sudah berselingkuh dengan perempuan lain. Teteh memergokinya sedang begituan ama perempuan itu. Udah jangan bahas masalah itu. Males." Jawab Tina dengan muka masam. Marni terdiam. Jadi dugaannya benar. Kakak iparnya berselingkuh.
"Teteh minta Teh Esih ngikutin akang?" Tanya Mirna.
"Iya. Pulang lembur, Esih ngikutin dia. Ternyata, setiap hari dia mengantar perempuan itu pulang." Jawab Tina.
"Waduh. Ternyata cinta lokasi rupanya." Kata Mirna.
"Sepertinya begitu." Jawab Tina.
"Terus, teteh sekarang mau gimana?" Tanya Mirna.
"Entahlah. Teteh bingung. Kasihan Ria kalo teteh sampai berpisah dengan akang. Dia pasti sedih." Jawab Tina.
"Pikirin aza dulu dengan kepala dingin teh. Jangan dengan emosi." Kata Marni.
"Teteh akan mendiamkannya sampai dia sadar." Kata Tina. Keduanya akhirnya sampai di pabrik. Lalu mulai masuk ke ruangan kerja mereka. Saat istirahat makan siang, Tina mengajak Esih makan di taman.
"Gimana Tin, apa yang terjadi tadi malam? Maaf ya aku ga ikut ke dalam. Aku takut terseret." Kata Esih.
"Suamiku memang berselingkuh dengannya. Aku melihatnya bergumul dengan perempuan itu, tanpa busana." Tina menitikkan air matanya.
"Mereka beneran selingkuh? Ternyata Imas perempuan seperti itu. Kupikir dia perempuan baik-baik." Kata Esih.
"Kamu kenal ama dia?" Tanya Tina.
"Kenal. Tapi ga terlalu dekat. Dia janda tanpa anak. Bekerja untuk membantu orangtuanya di kampung." Jawab Esih.
"Pantesan.Janda rupanya. Butuh belaian." Ujar Tina.
"Tapi setahu aku sih, dia jarang deket ama lelaki mana pun. Selama aku kerja di pabrik, dia ga pernah terlihat jalan ama lelaki mana pun." Ucap Esih.
"Mungkin baru ama akang dia deket. Dan mereka berhubungan sudah jauh. Aku ga nyangka akang bisa berhubungan badan dengan perempuan selain aku. Sakit hati ini. Sesek. Tadi malam, aku hampir nekad mencekik perempuan itu. Kalo saja ga inget ama anakku, udah kusiksa perempuan itu." Ujar Tina berapi-api.
"Kamu tahu ga, Imas ga masuk hari ini." Kata Esih.
"Akang juga kayanya ga masuk. Tadi saat aku pergi, dia masih tidur. Biarin azalah. Aku mau mendiamkannya sampai dia sadar." Kata Tina. Keduanya melanjutkan makan lalu kembali bekerja.
Sedangkan di rumah, Cecep terbangun saat waktu menunjukkan pukul 9. Dia pun memanggil Nana.
"Na, kenapa saya ga dibangunin? Kan jadi kesiangan." Kata Cecep.
"Tadi Teh Tina pesen kalo akang ga usah dibangunin." Jawab Nana.
"Ya udah. Udah siang juga. Saya ga akan ke kantor. Ada sarapan?" Tanya Cecep.
"Teh Tina ga nyiapin apa-apa pak. Biar saya buatin." Kata Nana.
"Ga usah. Saya beli sarapan di luar aza." Kata Cecep. Gegas dia menuju kamar mandi lalu membersihkan tubuhnya. Setelah berpakaian, dia pun pergi dari sana. Saat sedang sarapan di tukang bubur, dia membuka ponselnya. Ada chat masuk dari Imas, jam 6 pagi.
"Kang, aku ga masuk kerja hari ini." Cecep gegas menghabiskan sarapannya. Lalu dia pergi menuju kontrakan Imas. Setelah mengetuk pintu dan Imas membukanya, Cecep langsung masuk.
"Maaf akang kemarin langsung pulang." Kata Cecep.
"Ga apa kang. Aku tahu akang pasti kaget saat melihat istri akang datang ke sini. Aku juga sama kagetnya." Kata Imas.
"Sepertinya kita harus mengakhiri hubungan ini. Akang sudah bilang dari awal bahwa akang sudah menikah. Dan kamu menerima. Akang beberapa bulan ini memang lelah bekerja dan butuh teman bicara. Dan kamu datang di saat saya butuh seseorang. Kamu begitu penyabar, pendengar yang baik, lembut. Dan membuatku terlena. Tapi ini harus diakhiri. Aku sudah memiliki anak." Ujar Cecep dengan tertunduk. Imas pun meneteskan air matanya. Tak menyangka jika Cecep akan memutuskan hubungan mereka. Dia sudah terlanjur memiliki perasaan pada lelaki ini. Hancur hatinya. Remuk. Tapi, dia harus bisa menerima keputusan Cecep. Dia hanya dianggap selingan sepertinya.
"Aku ngerti. Aku berharap akang bahagia bersama keluarga akang. Aku harus menerima keputusan akang. Karena ini demi anak kalian." Kata Imas.
"Maafin akang ya. Kita sudah berhubungan terlalu jauh. Akang minta maaf. Terima kasih buat beberapa bulan yang menyenangkan. Akang ga akan melupakan kamu." Kata Cecep. Keduanya terisak. Menahan rasa sesak di d**a. Menahan luka yang tak kasatmata.
"Akang pamit ya. Jaga diri kamu baik-baik. Semoga kamu mendapatkan lelaki yang lebih baik dari akang. Lebih baik segala-galanya." Kata Cecep. Dia mendekati Imas dan mengecup keningnya untuk terakhir kalinya. Cukup lama Cecep mengecup kening Imas. Lalu, gegas dia pun meninggalkan kontrakan Imas. Berusaha menghapus air mata yang tumpah ruah. Setelah itu, dia mendatangi pabrik tempatnya bekerja. Ternyata, dia masuk ke ruang HRD dan memberikan surat pengunduran diri. Setelah itu, dia menghubungi temannya.
"Tumbenan nelepon. Dah lama banget ga kontakan." Kata teman Cecep itu.
"Maaf Dan. Aku sibuk. Aku mau nanya, terakhir kita bertemu, kamu menawari pekerjaan sebagai satpam di sebuah bank. Apakah lowongannya masih ada?" Tanya Cecep to the point.
"Masih. Ini aku lagi di bank. Aku kebagian sif pagi. Sore pulang. Nah, yang diperlukan di sini satpam yang berjaga dari sore ampe pagi." Kata temannya yang ternyata bernama Dadan.
"Waduh. Kirain office hour." Kata Cecep.
"Ga. Bank lagi butuh yang bisa kerja malam. Tapi, kemarin temenku nelepon. Dia lagi butuh karyawan di restorannya. Buat bagian bersih-bersih. Kamu lebih tertarik yang mana?" Tanya Dadan.
"Kalo yang bersih-bersih, pulangnya jam berapa?" Tanya Cecep.
"Masuk jam 8. Pulang jam 4." Jawab Dadan.
"Kayanya aku ambil yang bersih-bersih. Soalnya istriku kan kerjanya dari jam 8 sampai jam 4 sore. Jadi kalo aku terima pekerjaan sebagai satpam, aku ga ada waktu ketemuan ama istri. Kalo jadi tukang bersih-bersih, aku masih punya waktu bersama keluarga." Jawab Cecep.
"Baiklah. Nanti aku telepon temenku dulu ya. Nanti aku kabarin lagi." Kata Dadan. Setelah itu, Cecep keluar dari pabrik tempatnya bekerja. Tadi dia menghubungi Dadan setelah keluar dari ruang HRD lalu duduk di taman pabrik. Dia melangkahkan kakinya menuju motor dan melajukannya ke rumah.