Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba, awal tahun, bulan pertama, Januari. Pernikahan Ani dan Budi, berlangsung sederhana, hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga. Mereka berdua sudah memutuskan untuk melaksanakan intimate wedding. Setelah acara selesai, pengantin langsung pulang ke Kota B. Tina juga ikut bersama mereka. Setelah mengantarkan Tina sampai di kosan, pengantin baru itu pun menuju kontrakan mereka. Tinggallah Tina sendiri di sana. Dia merapikan semua barang dan lanjut tertidur.
Keesokan harinya, Tina yang terbiasa makan siang di taman pabrik bersama Ani, sekarang hanya makan sendiri. Ani masih cuti selama satu minggu bersama suaminya. Saat sedang makan, ada yang menghampirinya.
"Boleh gabung?" Tanya lelaki itu. Dari seragamnya, Tina tahu bahwa lelaki itu dari divisi yang berbeda dengannya, divisi benang.
"Silakan." Jawab Tina.
"Kita makan bareng. Ga enak kalo makan sendiri." Kata lelaki itu, lalu mereka pun makan dalam diam. Ternyata lelaki itu setiap hari memperhatikan Tina. Dia tahu Tina pasti makan di sini bersama seorang perempuan, ga makan di kantin seperti karyawan lainnya. Tetapi hari ini, dia tidak melihat perempuan itu. Selesai makan, mereka bercakap sebentar.
"Kenalkan, saya Cecep, divisi benang. Saya biasanya lihat kamu makan di sini bersama seorang perempuan." Kata Cecep.
"Dia bibi saya, adiknya ibu. Hari ini ga masuk, lagi cuti. Kemarin baru saja menikah." Jawab Tina.
"Begitu. Kamu asli orang sini?" Tanya Cecep.
"Kampung halaman saya di Kota G, saya merantau ke sini. Bibi saya yang mengajak kerja di sini." Jawab Tina. Entah mengapa dia lancar saja menjawab semua pertanyaan Cecep. Seakan mereka sudah mengenal lama. Padahal biasanya dia jutek pada lelaki asing.
"Setelah menikah, bibi kamu masih kerja?" Tanya Cecep.
"Masih." Jawab Tina.
"Kamu dah lama kerja di sini?" Tanya Cecep.
"Baru setahun. Kamu?" Tanya Tina.
"Udah empat tahun. Kedua orangtuaku asli orang sini. Aku masih tinggal ama mereka. Aku berencana mencicil rumah tahun ini. Semoga bisa terlaksana." Kata Cecep.
"Empat tahun kerja di sini, betah?" Tanya Tina.
"Betah. Seperti yang kamu tahu, bosnya baik. Teman-teman juga baik. Pekerjaannya juga ga terlalu berat." Jawab Cecep.
"Iya. Bosnya baik banget." Kata Tina.
"Kamu tinggal ama bibi kamu?" Tanya Cecep.
"Awalnya gitu. Tinggal di tempat kos ga jauh dari sini. Tapi sekarang bibi tinggal misah ama suaminya. Kontrakannya ga terlalu jauh dari tempat kos lama." Jawab Tina.
"Begitu. Dekat dong dari pabrik." Kata Cecep.
"Dekat. Jalan cuma lima menit. Kosannya juga aman. Ada satpam yang jaga. Gerbang ditutup jam 10 malam. Jika ada tamu, harus sudah pulang saat magrib." Jawab Tina.
"Ketat juga ya kosannya." Kekeh Cecep.
"Iya. Aku ama bibi nyaman di sana." Jawab Tina.
"Bibimu menikah dengan karyawan sini?" Tanya Cecep.
"Iya. Bagian keuangan, Kang Budi." Jawab Tina.
"Kang Budi yang tinggi putih selalu rapi berpakaian?" Tanya Cecep.
"Iya. Kamu kenal?" Tanya Tina.
"Siapa yang ga kenal ama Kang Budi. Orangnya baik dan ramah pada semua karyawan di sini." Jawab Cecep.
"Udah mau masuk sebentar lagi. Aku duluan. Mau ke musola dulu." Tina bergegas pergi dari sana. Cecep hanya menatapnya saat dia meninggalkan bangku taman.
Keesokan harinya, mereka kembali makan bersama. Hampir setiap hari selama satu minggu ini mereka makan siang bersama. Begitu juga minggu kedua. Tina juga merasa nyaman bercakap dengan Cecep. Sampai akhirnya, minggu ketiga, Cecep mengatakan serius ingin melamar Tina. Dan saat Tina pulang ke kampung halamannya, Cecep turut serta ke sana dan langsung melamar Tina pada kedua orangtuanya. Keduanya menerima lamaran itu. Mereka ingin segera menimang cucu. Sebulan setelah Ani menikah, Tina dan Cecep juga melakukan intimate wedding. Setelah menikah, Tina dan Cecep mencari kontrakan baru karena di kosan, hanya khusus untuk perempuan. Mereka mencari yang dekat dengan kantor. Tina begitu bahagia. Belum pernah berpacaran, langsung menikah, Cecep juga sangat baik. Mereka berdua begitu bahagia. Mereka masih tetap bekerja di pabrik. Bulan kelima, Ani memberitahukan kehamilannya yang menginjak bulan keempat. Dan ternyata Tina juga sama. Mereka melahirkan di tahun yang sama, beda satu bulan. Ani melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Hendra. Sedangkan Tina melahirkan anak perempuan dan diberi nama Ria. Keduanya masih cuti melahirkan selama tiga bulan. Ani memutuskan untuk kembali bekerja setelah tiga bulan. Dan Tina, juga masih ingin bekerja. Akhirnya Siti memutuskan untuk membawa kerabatnya yang seorang janda berumur 50 tahunan, untuk bekerja mengasuh Ria. Cecep memutuskan pindah dari kontrakan dan pindah ke rumah. Di sebelah rumah orangtuanya, memang ada satu rumah lagi. Tadinya mereka akan menjualnya. Tetapi karena Cecep membutuhkan, lagi pula dia anak tunggal, jadilah mereka mendiami rumah itu. Rumahnya lumayan luas, ada tiga kamar di sana. Pengasuh Ria yang bernama Nana, tinggal di sana dan menempati kamar belakang. Sedangkan kamar depan adalah kamar Cecep dan Tina. Dan di sebelahnya kamar tamu. Setelah tiga bulan cuti, pagi ini Tina kembali bekerja.
"Kamu udah pompa asi?" Tanya Cecep.
"Udah. Udah aku simpen di freezer. Teh Nana, nanti tinggal panasin susunya di air mendidih ya." Kata Tina.
"Baik teh." Kata Nana. Dia memang membiasakan memanggil Tina dengan teteh karena Tina yang meminta dan memanggil bapak pada Cecep.
"Teh Nana jangan nyuci, biar aku yang nyuci. Aku juga pagi diusahakan masak." Kata Tina.
"Iya teh." Jawab Nana. Keduanya lalu berpamitan pada kedua orangtua Cecep dan pergi bersama menaiki motor.
Mereka berdua masih seperti orang yang berpacaran karena usia Tina yang masih muda. Bulan keempat, adiknya Tina, Marni, sudah lulus SMK dan ingin bekerja juga di pabrik. Tina meminta izin pada orangtua Cecep agar Marni bisa tinggal dengan mereka. Keduanya setuju saja. Akhirnya Marni tinggal bersama Cecep dan Tina dan tidur di kamar sebelah mereka. Kebetulan ada teman di pabrik yang rumahnya searah dengan rumah Cecep. Jadilah Marni selalu pergi dan bareng dengan temannya itu, Desi. Dan Desi ga keberatan Marni menumpang padanya. Sesekali Marni minta diajari motor oleh Desi. Sampai akhirnya Marni mahir naik motor. Dan saat dia sudah memiliki uang, dia membuat SIM. Jadinya jika ke ke kantor, dia yang membonceng Desi. Begitu juga jika pulang, Marni yang menyetir.
"Mar, nanti Desi jemput seperti biasa?" Tanya Tina, saat mereka sedang sarapan.
"Iya teh." Jawab Marni.
"Kalo bisa, isiin bensinnya Mar. Ga enak nebeng terus." Kata Tina.
"Iya teh. Marni suka isiin kok. Marni juga kadang suka traktir Desi." Jawab Marni.
"Kumpulin uang. Jangan banyak jajan. Biar bisa beli motor sendiri." Kata Tina.
"Iya teh. Marni juga tiap hari kan bekal. Pulang kerja ga pernah ke mana-mana. Uangnya bisa disimpan. Paling untuk bensin aza." Jawab Marni.
"Kalo ada lelaki yang serius, langsung bawa ke kampung. Kenalin pada ayah dan ibu." Kata Tina. Marni hanya tersenyum. Akhirnya ketiganya berangkat ke pabrik. Tina dan Cecep yang duluan sedangkan Marni masih menunggu Desi.