bc

Menjadi Wanita Simpanan

book_age16+
1.0K
IKUTI
6.3K
BACA
love-triangle
pregnant
goodgirl
twisted
sweet
bxg
city
office/work place
secrets
wife
like
intro-logo
Uraian

Berawal dari rasa kecewa yang ia dapatkan dari Bagas Marcelino—suaminya. Renata Carlina memilih untuk bercerai, karena suaminya sudah berselingkuh hingga wanita simpanannya itu mengandung. Ia belum bisa memberikan anak untuk Bagas, hingga tidak ada rasa percaya diri lagi untuk mempertahankan rumah tangga itu.

Namun, ketika dua bulan sudah perceraiannya bersama Bagas. Ia pun bertemu dengan Andreas Anfhony—mantan kekasihnya dulu.

Renata pun dekat dan menjalin hubungan kembali dengan Andreas, tanpa tahu jika julukan wanita simpanan tersemat padanya.

Seperti apakah kehidupan Renata selanjutnya, ketika ia tidak tahu bahwa Andreas sudah mempunyai seorang istri bernama Erika. Bahkan, kejadian serupa pun menghampiri dirinya. Karena tiba-tiba saja ia dinyatakan positif hamil dan merupakan darah daging Andreas.

 

Cover by Canva.

chap-preview
Pratinjau gratis
Tanda Merah dan Rambut Basah
“Mas, bekalnya nggak dimakan?” tanya Renata, sambil menatap makanan yang sudah dingin dan masih utuh sejak tadi pagi. Sudah ke sekian kalinya Bagas—suaminya membawa kembali makanan bekal itu. Renata sengaja membuatkan makanan bekal untuk suaminya, agar tidak perlu pergi ke luar untuk makan siang. Namun, nyatanya Bagas tidak mencobanya sedikit pun. “Nggak sempat, kamu tahu 'kan aku sibuk akhir-akhir ini. Pulang kerja pun selalu terlambat, jadi jangan membuatkan aku bekal terus. Karena percuma nggak akan aku makan,” jelas Bagas sambil membuka jas putih miliknya, ia pun bertelanjang d**a masuk ke dalam kamar mandi. Renata hanya menatap punggung suaminya itu, kemudian berjalan perlahan menuju tempat sampah. Sambil menangis, ia membuang makanan itu untuk yang ke sekian kalinya. Akhir-akhir ini, Bagas selalu pergi ke kantor pagi-pagi sekali dan pulang sampai larut malam. Renata tahu, jika suaminya itu baru diangkat sebagai manajer di perusahaan tempat ia bekerja dan menjadi lebih sibuk dari biasanya. Tidak ada kecurigaan apa pun dari Renata tentang sikap suaminya yang mulai berubah dingin. Bahkan setiap melakukan hubungan suami istri, Bagas selalu mengeluh jika ia lelah dan menyudahi aktivitas mereka secepat mungkin. Renata paham, jika suaminya itu pasti sangat lelah setelah bekerja seharian. Bahkan, di akhir pekan, jika biasanya ia mengajak Renata untuk pergi berjalan-jalan. Kali ini, Bagas selalu pergi sendiri dengan alasan ada pekerjaan yang belum selesai di kantor. Renata yang lugu dan tidak banyak memikirkan hal itu, berusaha sabar dengan berubahnya sikap Bagas. Ia pun tetap menjadi istri yang baik dan berbakti, walaupun Bagas tidak sering berada di rumah. Malam itu, Renata dan Bagas tampak menyudahi aktivitas hubungan suami istri. Bagas terlihat lelah dan memejamkan matanya, sedangkan Renata menatap suaminya itu lembut. “Mas, akhir-akhir ini kamu cepat lelah. Selalu tidur lebih awal dan kita hanya melakukannya satu kali.” Renata memeluk tubuh suaminya itu dari samping. Bagas membuang napas kasar mendengar hal itu. “Untuk apa lama-lama, toh kamu belum hamil juga sampai saat ini.” Seperti tersayat benda tajam, ucapan Bagas sangat terasa sakit di hati Renata. Bagas pun bangkit dan melepaskan pelukan Renata, ia meraih ponsel yang sejak tadi membuat gaduh. Dilihatnya sebuah pesan dari seseorang, sontak senyuman pun terukir pada bibir Bagas. Ia menjauh dari Renata yang sangat bingung dengan perubahan sikap Bagas ketika menatap ponselnya. Tidak ada yang bisa Renata lakukan, ia ingin bertanya siapa yang mengirimkan pesan malam-malam. Namun, ia takut jika Bagas akan marah padanya. Pagi hari, seperti biasa Bagas pamit pergi ke kantor dan mengatakan akan pulang terlambat. Hal itu sudah sangat biasa bagi Renata, mengingat selalu terulang setiap hari. Ia hanya bisa menunggu kepulangan Bagas larut malam dengan wajah dan tubuh yang lelah. Tidak ada hal yang luar biasa seperti awal mereka menikah, pernikahan yang sudah berjalan dua tahun itu terasa sangat sepi tanpa kehadiran seorang anak di samping mereka. Tiba-tiba saja, ketika Renata tengah melamun memikirkan tentang kehamilan. Bel rumah pun berbunyi, ia bergegas berjalan mendekati pintu dan membukanya. Ternyata yang datang adalah ibu mertuanya, dengan sopan Renata pun menyambut Ibunya Bagas. Namun, raut wajah dari mertuanya itu selalu tidak bersahabat. “Masuk, Bu.” Renata melebarkan pintu, agar Ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. Ibunya pun masuk dan menatap ke semua arah. “Rumah besar ini selalu sepi, nggak ada cucu yang menyambut neneknya datang. Bosan sekali, kapan ramai seperti rumah tetangga sebelah?” sindir Ibu mertuanya. Renata tetap berusaha sabar, ia hanya menghela napas perlahan sambil mendekati Ibu mertuanya yang sudah duduk di atas sofa. “Ibu mau minum apa?” tanya Renata mengalihkan pembicaraan. Ibu mertuanya menatap tajam mata Renata, “Ibu mau seorang cucu. Satu pun nggak apa-apa, menikah dua tahun tapi kamu nggak berusaha untuk itu.” “Bu, aku dan mas Bagas udah berusaha. Tapi, mungkin Tuhan belum memberikan kepercayaan pada kita. Ibu mau kan menunggu lagi, aku janji akan memberikan seorang cucu.” Renata dengan lembut mengatakan hal itu, walaupun ia benar-benar tidak berjanji karena takut tidak bisa memberikan seorang cucu pada Ibu mertuanya. “Alah, lebih baik Bagas disuruh nikah lagi kalau harus menunggu yang nggak pasti.” Ibu mertuanya bangkit dan sedikit mendorong tubuh Renata, ia pun pergi ke luar dari dalam rumah tanpa menengok ke belakang. Tidak Bagas tidak Ibunya, saat ini membuat Renata serba salah. Hanya karena menginginkan seorang cucu, Ibu mertuanya bahkan mengatakan hal yang menyakiti hati Renata. Renata pun ambruk di bawah lantai, ia menangis menahan rasa perih di hatinya yang mulai terluka. Meraba tubuhnya, dan meminta pada Tuhan, agar ia segera mengandung. “Nggak, gue nggak mau kalau mas Bagas harus menikah lagi. gue harus berjuang untuk bisa mengandung anaknya.” Renata bangkit, kemudian mencari alat tes kehamilan di dalam laci kamarnya. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi, dan memastikannya lagi. Hasil yang di dapat tetap negatif, tidak ada tanda-tanda ia tengah mengandung. “Bahkan gue nggak mual dan pusing. Kenapa harus memeriksanya lagi?" Renata memukuli kepalanya dan memeluk kedua kakinya, ia menangis kembali meratapi hidupnya. Malam hari, Bagas sudah pulang sekitar pukul sebelas. Ia menyimpan koper dan membuka jasnya, sedangkan Renata sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur. Namun, ia segera bangun mendengar Bagas pulang. “Mas, tumben pulang lebih awal?” tanya Renata yang tiba-tiba memeluk tubuh Bagas dari belakang. “Apa kamu senang kalau aku pulang larut malam?” tanya Bagas ketus. Renata menggeleng cepat, “enggak mas. Aku senang kamu pulang lebih awal, jadi kita bisa ....” Renata meraba d**a bidang milik Bagas dan mencoba untuk memulai aktivitas hubungan suami istri. “Bisa apa? Aku lelah, lebih baik kamu tidur sana.” Bagas melepaskan pelukan Renata, namun tiba-tiba mata Renata menatap tanda merah pada leher Bagas. Ia pun menatap rambut Bagas yang basah, dan mencium aroma parfum yang berbeda dari biasanya. Jantung Renata mulai berdetak tidak karuan, tanda itu bukan bekas gigitan nyamuk. Bagas yang tak peduli dengan Renata, langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. “Mas, nggak mandi dulu?” tanya Renata. “Udah tadi,” jawab Bagas singkat. Jawaban singkat dari Bagas membuat Renata semakin tidak karuan, apakah suaminya itu berbuat hal macam-macam di luar sana, dan di mana ia mandi? Pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikiran Renata, membuat ia tidak bisa tidur. Renata merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap suaminya yang sudah mulai memejamkan mata. Air mata mulai mengaliri ke dua pipinya, ia sangat takut jika suaminya benar-benar melakukan hal yang buruk di luar sana. “Mas, tadi makan di mana? Kamu nggak lapar?” tanya Renata yang mencoba tetap tenang. Bagas menggeliat dan membelakangi Renata, rupanya pria itu belum tidur. “Jangan tanya hal itu, kamu pikir aku anak kecil?” jawaban ketus dari Bagas selalu membuat hati Renata ngilu. Ia menangis dalam diam, dan sulit menutup matanya. Apakah dirinya harus terus melihat Bagas yang dingin setiap harinya? Ia tahu, perubahan Bagas dikarenakan dirinya belum mengandung seorang anak.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook