Banyu memperhatikan punggung istrinya yang sibuk. “Kamu nggak usah repot, aku bisa beli makanan di jalan,” katanya pelan. Pagi itu udara masih segar. Dari dapur, aroma nasi goreng sederhana bercampur wangi bawang putih tumis memenuhi ruangan. Bening berdiri di depan kompor, tangan kanannya memegang spatula, sementara di meja makan Banyu duduk dengan kemeja kasual dan wajah yang tampak lebih segar dibanding hari-hari sebelumnya. Bening menoleh sebentar, lalu melotot kecil. “Beli di jalan, katanya. Kalau nanti kamu sakit perut gimana? Lagian ini aku bikin juga buat Ayah mertuaku tau.” Banyu terkekeh kecil. “Aku cuma bilang, bukan berarti mau, tapi makasih, ya, udah inget sama Ayah.” “Ya udah diem,” sahut Bening cepat, suaranya agak galak tapi matanya lembut. Ia menuang nasi goreng ke dua

