Deep Feelings

1636 Kata
Setelah apa yang terjadi di perpustakaan hari itu, interaksi Nadia dan Yao Wang menjadi semakin kaku. Sebelumnya, Nadia sangat senang merecoki apapun yang dilakukan oleh Yao Wang dan terus-terusan mencari perhatian pria itu karena Yao Wang selalu saja mengabaikannya. Tetapi sekarang, Nadia seolah berubah total. Gadis itu sama sekali tidak mengganggu Yao Wang, tidak bertanya macam-macam, tidak mengajak Yao Wang pergi ke manapun yang dia inginkan, bahkan Nadia tidak berbicara sama sekali kepada pria itu. Sesekali ketika mereka berpapasan dan tidak sengaja saling manatap, Nadia akan buru-buru memutus kontak mata di antara mereka kemudian menghindar. Kejanggalan yang sangat tidak biasa tersebut tentu menimbulkan pertanyaan bermacam-macam dari seluruh anggota Bratva bahkan Nikolai dan Liu Jia Li. Kedua pria dewasa itu bahkan sampai membicarakan keanehan Nadia yang tiba-tiba kikuk lalu menghindar setiap kali bertemu dengan Yao Wang. Karena Nadia dan kikuk adalah dua hal yang tidak pernah terpikir akan bersanding. Nikolai menggeleng gemas. “Aku tidak tahan lagi! Aku harus berbicara dengan Nadia!” Seru Nikolai tiba-tiba dan hendak beranjak ke kamar adiknya. “Tunggu dulu Nikolai.” Liu Jia Li menahan pergelangan tangan pria itu. “Kita tunggu hingga dua hari, jika tidak ada perubahan, kau bicara kepada Nadia dan aku akan bertanya kepada Yao Wang.” Nikolai menghela napas. “Aku tidak tahan melihatnya. Kurasa masalahnya ada pada Nadia. Sejak awal, Yao Wang memang selalu bersikap dingin, tetapi Nadia? Ada apa sebenarnya dengan anak itu?” “Semoga bukan masalah besar. Mungkin saja Nadia sedang memakai trik mengabaikan Yao Wang agar dia melirik Nadia kembali. Kau tahu, terkadang seseorang merasa kehilangan ketika sudah terbiasa dengan eksistensi seseorang yang terus memperhatikannya.” “Dan kau piker Yao Wang akan seperti itu? Jia Li, yang kita bicarakan ini Yao Wang, bukan remaja laki-laki biasa.” Liu Jia Li mengangguk. “Ini hanya kemungkinan, Nikolai. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Nadia selama kita pergi waktu itu, karena seingatku Nadia masih bersikap seperti biasanya waktu itu.” “Karena itulah, kita harus—” Liu Jia Li menahan pergelangan tangan Nikolai sembari menggeleng. “Nadia sudah dewasa Nikolai, jangan mencampuri urusannya jika dia memang tidak ingin mengatakannya.” “Tapi aku Kakaknya!” Liu Jia Li menghela napas. Ia sangat tahu betapa protektif Nikolai kepada Nadia. Rasanya memang sedikit aneh mengingat keduanya seperti musuh bebuyutan ketika berseteru, namun benar-benar perhatian di saat seperti ini. Liu Jia Li tidak berpikir itu salah, karena ia sendiri pun sangat mengkhawatirkan Liu Tao setiap waktu, namun Nadia adalah gadis remaja. Liu Jia Li tahu remaja suka menyembunyikan sesuatu yang ia anggap tidak akan diterima kepada keluarganya. Mungkin juga, ada masalah di mana Nadia tidak ingin Nikolai menjadi khawatir karenanya. Sebagai orang dewasa, bukankah sudah sepantasnya untuk tidak memaksa remaja seperti Nadia mengatakan apa yang tidak ingin dia katakana? Suatu hari, jika gadis itu memang merasa sudah waktunya untuk mengatakan, Liu Jia Li yakin dia akan dating kepada Nikolai. Di saat itulah, Nikolai sebagai pihak yang lebih tua harus mendengarkannya dengan seksama dan tidak menghakimi apapun yang dikatakan oleh Nadia. “Kita tunggu dua hari seperti yang kukatakan, okay? Aku juga akan mencoba untuk berbicara kepada Yao Wang mengenai hal ini. Tenanglah Nikolai.” Nikolai membuang napas kasar. Ia kembali melemparkan tubuhnya untuk kembali duduk. Kerutan di keningnya menebal, dua alisnya menukik tajam, dan sorot matanya tampak gelisah. Liu Jia Li tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan keluarga satu-satunya. Ia dan Nikolai sama-sama harus berperan sebagai orang tua untuk satu-satunya keluarga mereka. Nikolai harus menjadi kakak sekaligus orang tua Nadia, dan Liu Jia Li harus menjadi Paman sekaligus orang tua Liu Tao. Menjadi yang lebih dewasa memang tidak selalu mudah. *** Nadia semakin sering menyembunyikan diri sendiri di dalam perpustakaannya. Ia benar-benar tidak bisa bertemu Yao Wang. Nadia merasa malu setiap kali bertemu dengan pria itu. Setelah ia menceritakan apa yang terjadi, Nadia merasa seperti membuka aibnya sendiri. Dari sekian banyak orang, Yao Wang adalah daftar nomor satu yang Nadia harap tidak pernah tahu mengenai apa yang terjadi padanya ketika dibawa oleh Liu Yantsui. Tetapi dia malah menjadi orang pertama dan satu-satunya yang mengetahui tragedi traumatis itu. Hingga saat ini pun, Nadia masih merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Setiap kali bercermin, bayangan wajah Liu Yantsui dan kejadia hari itu terus muncul di dalam kepalanya dan membuatnya sakit hati. Nadia benar-benar harus membunuh Liu Yantsui dengan tangannya sendiri agar ia bisa melupakan kejadian itu. Nadia menggenggam pisau lipat di tangan kanannya. Benda itu selalu ia bawa ke mana-mana. Pisau itu juga yang Nadia gunakan untuk menyayat pahanya beberapa waktu lalu. Sungguh, Nadia sama sekali tidak ingin bunuh diri meski rasanya ia ingin menghilang dari dunia ini. Nadia bahkan bersumpah tidak akan mati sebelum ia melihat Liu Yantsui meregang nyawa dengan menyakitkan secara langsung. Menyakiti dirinya sendiri hanya sebatas untuk pengalihan sakit hati Nadia saja. Maka dari itulah ia hanya menyayat bagian-bagian yang tidak akan membuatnya mati. Orang yang benar-benar berniat untuk bunuh diri pasti akan menyayat urat nadi di pergelangan tangan, namun Nadia menyayat pahanya. Nadia menghela napas panjang. “Bagaimana caranya aku membunuh Liu Yantsui sialan itu?” Gumamnya kepada diri sendiri. Nadia menoleh ketika mendengar suara ketukan pintu di perpustakaannya. Perpustakaan itu memang miliknya secara pribadi dan tidak ada seorang pun yang boleh masuk tanpa izin Nadia bahkan untuk Nikolai. Satu-satunya yang baru mendapatkan izin untuk masuk secara bebas hanya Liu Tao karena bocah sepuluh tahun tersebut benar-benar tampak senang membaca buku. Ketika pintu perpustakaan dibuka, Liu Tao muncul dengan senyum sopan khasnya. “Selamat siang, Nona Nadia.” Nadia tersenyum dan mengacak-acak pelan rambut Liu Tao. “Mengapa masih mengetuk pintu? Bukankah sudah kubilang kau bebas untuk masuk ke dalam?” Liu Tao hanya tersenyum. Nadia menggandeng pergelangan tangan mungil Liu Tao dan mengajaknya masuk ke dalam perpustakaan. Sedikit beban di dalam hatinya terangkat ketika bersama Liu Tao. Hingga saat ini, Nadia masih tidak menyangka anak manis dan sopan ini adalah putera dari pria brengsék Liu Yantsui. Nadia sangat bersyukur Liu Tao tidak harus hidup dengan orang seperti Liu Yantsui. Entah bagaimana nasibnya jika ia harus bersama Liu Yantsui. “Apakah Nona Nadia baik-baik saja?” Nadia menunduk. “Ya, aku baik-baik saja. Ngomong-ngomong, aku sudah mengatakan padamu untuk tidak perlu memanggilku seperti itu. Cukup panggil aku Nadia saja.” Liu Tao menggeleng. “Nona Nadia.” Katanya polos. Nadia menghela napas. “Baiklah, terserah kau saja, Tao.” Nadia melirik Liu Tao yang sejak tadi menatap wajahnya. Tidak biasanya anak itu hanya diam ketika berada di perpustakaan. Liu Tao sangat suka membaca, dan berada di perpustakaan seperti berada di surga untuknya. Liu Tao biasanya langsung menjelajahi rak-rak buku perpustakaan kemudian asyik membaca buku yang ia rasa menarik, namun kali ini ia hanya diam. “Tao, kau baik-baik saja?” Liu Tao mengangguk pelan. Ia kembali menatap wajah Nadia. “Apakah Nona Nadia baik-baik saja?” Nadia mengangguk. “Memangnya aku tampak tidak baik-baik saja?” Liu Tao meremas telapak tangannya sendiri. “Nona Nadia sebelumnya menyayat paha hingga berdarah-darah. Aku benar-benar takut ketika melihatnya.” Nadia melebarkan matanya. “K-Kau tahu?” Liu Tao mengangguk. “Aku yang memberitahukan kepada Yao untuk menolong Nona Nadia. Yao bilang, aku tidak boleh mengatakan apa yang terjadi kepada siapapun. Apakah Nona Nadia benar-benar baik-baik saja? Apakah Ayahku berbuat sesuatu kepada Nona Nadia ketika mereka membawa Nona Nadia ke Hong Kong?” Nadia secara tak sadar sedikit tersentak ketika mendengar pertanyaan tersebut. Liu Tao hanyalah seorang bocah berumur sepuluh tahun. Dia seharusnya menikmati masa kecilnya dengan baik dan bermain bersama dengan teman-teman seumurannya, tetapi anak itu harus berhadapan dengan masalah yang sangat berat. Terlebih, semua masalah berat itu bersumber dari Ayahnya sendiri. Nadia ingin sekali mengatakan apa yang terjadi kepada Liu Tao, tetapi apakah ia tega? Bocah laki-laki itu akan merasa sangat bersalah kepada Nadia meski sebenarnya ia tidak perlu merasa seperti itu. “Tenang saja Tao, tidak ada yang terjadi padaku. Hari itu, aku hanya merasa sedikit stress karena belum boleh ke sekolah oleh Nikolai.” “Lalu mengapa Nona Nadia tidak menemui Yao sama sekali?” “Huh?” “Nona Nadia selalu mendekati Yao meski Yao mengabaikan Nona Nadia. Tetapi sekarang, Nona Nadia seperti menjauhi Yao. Mungkin orang-orang di markas juga menyadarinya, karena kami semua sudah sangat terbiasa dengan Nona Nadia yang mendekati Yao.” Nadia menggaruk rambut pirangnya malu. Entahlah mengapa ia harus merasa malu, padahal selama ini ia selalu tidak tahu malu dalam gencar mendekati Yao Wang meski pria itu jelas sekali melakukan penolakan. Mungkin Nadia merasa malu karena apa yang sudah terjadi padanya. Yao Wang adalah orang yang sangat Nadia sukai. “Tao, apakah menurutmu Yao terus menolakku karena aku terlalu gencar mendekatinya?” Nadia sedikit menyesal karena kelepasan bertanya. Liu Tao hanyalah bocah sepuluh tahuh, memangnya dia mengerti apa tentang perasaan seperti itu? Tetapi pertanyaan tersebut sudah terlanjut meluncur dari bibirnya. “Mungkin Yao hanya tidak percaya bahwa Nona Nadia menyukai dirinya.” Nadia mengernyit, terganggu dengan kalimat tersebut. “Aku mengatakannya berulang kali mengenai perasaanku kepada Yao dan dia tidak percaya? Yang benar saja!” “Nona Nadia bukan orang biasa, sementara Yao mungkin berpikir bahwa ia hanyalah seorang bawahan. Yao mungkin berpikir bahwa Nona Nadia lebih pantas bersama dengan orang-orang yang selevel, mungkin seperti Tuan Luka.” “Luka itu temanku dan Nikolai, dan aku tidak memiliki perasaan khusus padanya. Mengapa Yao berpikir seperti itu padahal aku tidak? Bagaimana caranya agar Yao percaya bahwa aku benar-benar mencintainya padahal aku sudah berkali-kali mengatakannya?” Liu Tao mengusap lengan Nadia dengan lembut. “Nona Nadia mungkin hanya butuh waktu sampai Yao menyadari bahwa perasaan tersebut benar-benar mendalam.” Nadia tertawa hambar. “Hm, kalau begitu doakan saja kesabaranku sebesar alam semesta.” Benar, Nadia tidak pernah tahu sampai mana hatinya tahan untuk menerima penolakan Yao Wang yang tidak pernah berhenti. Suatu hari, perasaan tersebut mungkin akan hilang dari dalam hatinya, atau Nadia akan mati bersama perasaan tersebut. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN