BAB 6

1528 Kata
RX-King Hyunjin mendarat tepat di depan pagar rumah Nada. Mereka langsung fokus pada Nino yang terlihat berdebat dengan seseorang di sana. "Maaf, ada apa ya?" tanya Nada pada Nino dan lelaki yang sedang menggendong kucing. "Ini nih, dia ngomel-ngomelin kucing gue tadi, memang ya anak muda zaman sekarang, sama kucing aja suka ngomel," ujar lelaki itu seraya menggelengkan kepalanya. Nada tampak terkejut. Bukan terkejut dengan kelakuan Nino, tetapi terkejut melihat lelaki yang sedang menggendong kucing tersebut. "Bang Alphi? Iya kan kamu Bang Alphi kan? Bang Alphi yang menang KWF 2017 di Korea itu kan? Ini pasti Soju!" Nada menunjuk kucing yang digendong pemuda itu. Lelaki itu terkekeh sambil menggaruk kepalanya. "Kok tau?" "Iya! Temen saya, Sandra ngefans sama Bang Alphi! Kalau saya sih ngefans sama Soju! Sake mana, Bang?" tanya Nada yang mana Soju dan Sake adalah nama dari kucing. Pernyataan Nada membuat raut wajah Alphi berubah, "Heh, Soju kenape lu ngalah-ngalahin ketenaran Bapak lu sih?!" serunya pada kucing yang ia gendong. "Tuh! Ngomel juga sama kucing, tadi Nino ngomel dimarahin, hu dasar orang tua!" Nino lalu berdecak sebal dan langsung masuk ke dalam rumah. Nada tersenyum malu. "Maafin adek saya, Bang... nanti saya ajarin sopan santun lagi, hehe...." "Ah, iya nggak papa, biasa anak puber gue maklum hahaha." Alphi tertawa lepas padahal suasana sedang hening-heningnya. "Na, aku pulang ya?" Ah, Nada hampir lupa jika Hyunjin masih ada di sana. "Oh, iya, thanks ya," sahut Nada. "Sayang... kamu ngapain sih?! Soju sama Sake belum dikasih makan!" seru seorang wanita yang mendekat. Nada tampak terkejut lagi. "Vidya?" "Eh em iya, halo...," ujar Vidya, istri dari Alphiandi itu. "Kalian kok ada di lingkungan ini sih?" tanya Nada yang keheranan melihat dua sosok influencer kpop Indonesia berkeliaran di kompleksnya. "Oh iya, mulai hari ini kita tetanggaan, itu rumah kami di sana," ujar Alphi seraya menunjuk rumah yang tak jauh dari sana. "Sayang, liat deh. Dia mirip banget sama member Stray Kids! Asli!" Vidya menunjuk ke arah Hyunjin yang siap-siap cabut dari sana. "Nggak usah ngaco Yang. Mana mungkin artis Korea keliaran di kompleks gini." "Iya sih." "Na, aku pamit nih," ujar Hyunjin lagi yang sedari tadi merasa dicuekin oleh Nada. "Iya, kan tadi gue udah bilang iya. Udah sana pulang!" "Pulang ya Om, Tante ...." Hyunjin juga berpamitan pada dua tetangga baru Nada itu. "Assalamualaikum." "Walaikumussalam...." "Gila! Kita dipanggil Om sama Tante, Vi!" Alphi terlihat tidak terima. Hyunjin lalu melajukan RX-Kingnya. Dan perlahan menghilang dari sana. "Sayang, sumpah deh mirip banget sama member Stray Kids!" "Enggak, Yang ...." "Iya!" "Enggak!" "Iya!" Nada ikut pusing melihat sepasang suami istri itu berdebat. "Maaf, saya masuk dulu ya, hehe," ujarnya yang langsung membuka pagar rumahnya seraya menggelengkan kepala bisa-bisanya mereka berdua memperdebatkan wajah Hyunjin. *** Nada masuk ke rumah dan mendapati Nino yang sedang asyik dengan ponselnya di depan televisi. "Ma?!" Nada memanggil Mamanya. "Mama belum pulang," sahut Nino dengan nadanya yang ketus. Nada melihat jam dinding yang sudah menunjukkan hampir pukul enam sore. "Biasanya jam tiga udah pulang," ujarnya seraya menuju dapur, niat hendak minum tetapi dirinya dikejutkan oleh seorang perempuan yang sedang mencuci piring di sana. "Siapa?" tanya Nada pada orang itu yang sama terkejutnya dengan Nada. "Eh, udah pulang, Kak... em, saya baru kerja hari ini di sini, Kak. Kata Bu Rina, dia bakal pulang malam terus setiap kerja, jadi saya menggantikan beliau bantu ngurus rumah sama nyiapin makan kalian," ujar perempuan itu. Nada yang mendengar perkataan itu langsung mengepalkan kedua tangannya, matanya memanas, dirinya seolah tidak terima apa yang telah dilakukan Mamanya. "Oh iya, em ...." "Panggil saja Bu Ning ...." Nada hanya mengangguk dan segera meninggalkan dapur, mencari ponselnya dan langsung menghubungi sang Mama untuk berjaga-jaga orang di dapur tadi tidak berbohong. "Beneran, Ma? Oh ya udah, iya. Assalamualaikum ...." Nada menutup sambungan telepon, menghela napas kesal dan menjatuhkan diri di samping Nino. "Kenape lo?" tanya Nino yang melihat wajah Kakaknya yang begitu lemas. Nada menoleh pada Adiknya. Bisa-bisanya Nino hanya memasang wajah biasa saat ini. "Lo udah tau ada Bu Ning di sini?" Nino mengangguk. "Iya, tadi gue dimasakin mie goreng enak banget. Di dapur kayaknya masih ada, cobain deh enak beneran!" "Lo nggak sedih?" tanya Nada yang masih keheranan. Nino menggeleng tanpa menjawab sepatah katapun. "Nggak usah sok nyembunyiin kesedihan. Tadi aja di sekolah sampe berantem gara-gara masalah keluarga kita." Nada menyindir Adiknya tepat sasaran. "Ya itu ya emang anu ...." Nada terkekeh. "Menyedihkan banget sih hidup kita Nin." Kini Nino menghela napas. "Kak, emang kalau kita sedih, Papa bakal balik? Emang kalau Papa balik Kakak mau nerima dia lagi? Semua sudah berubah Kak, dan hidup terus berjalan." Nada terdiam. "Jangan sampai kita sedih tapi orang itu enak-enakan bahagia sama keluarga barunya. Jangan sampai kita hancur tapi orang itu enak-enakan mengutuhkan keluarga baru." Perkataan Nino membuat mata Nada semakin memanas. Masih tidak terima dengan apa yang terjadi pada keluarganya. "Tapi ...." Nada kembali terdiam, tidak tahu harus mengeluarkan kalimat apa lagi. Tidak sanggup mungkin. "Udahlah. Hidup terus berjalan ke depan, yaudah ayok liat ke depan aja, nengok ke belakangnya sekali-kali, jangan keseringan." Entah sejak kapan Nino terlihat sangat bijak seperti ini. Nada jadi merasa bersalah, seharusnya dia yang menenangkan Adiknya, bukan Nino yang malah terlihat lebih dewasa dibanding dirinya. Mau bagaimana lagi? Hati Nada begitu terluka untuk harus menerima kenyataan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. *** Pagi-pagi Nada yang sudah siap ke kampus, turun dari kamarnya dan mendapati sebuah post it di atas meja makan. Nada, Nino, Mama berangkat duluan, ini Mama siapin sarapan, ohiya kalau Bu Ning datang, bilangin suruh ke pasar dulu beli bahan-bahan buat makan siang, uangnya Mama taruh di atas kulkas. Love you! Nada hanya bisa berteriak dalam hati. Semenjak kejadian itu, Rina selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Padahal, sebagai pemilik usaha, Rina bisa saja menghandle semuanya dari rumah. Mungkin rumah ini terlalu banyak kenangan bersama Dion, Papa Nada sehingga Rina lebih nyaman menghabiskan waktu di luar rumah. Orang boleh pergi begitu saja, tetapi kenangan selalu ada dan bahkan sulit dilupakan. "Nino! Udah mau jam tujuh! Lo mau telat ya?!" Nada berteriak ke arah kamar Nino. "Iya iya gue masih pakai kaos kaki!" seru Nino dari lantai dua. Nada mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan Mamanya, lalu memakan dengan perasaan yang hampa. *** "Sekarang jelasin ke gue kenapa bisa lo kemarin makan bakso berdua sama Hyunjin?" Sandra menatap Nada dengan lekat. Nada menghela napas. "Hm, ceritanya panjang San, lo harus nginep di rumah gue kalau mau gue ceritain." "Oke! Siapa takut. Nanti malam ya!" Nada mengangguk. Kebetulan sekali, dia perlu teman untuk meluapkan isi hatinya yang beberapa hari terakhir ini kacau. Jika Jaehyun sudah tidak bisa diandalkan, siapa lagi kalau bukan Sandra yang selalu ada untuk Nada. "Na, lo akhir-akhir ini kok kayak murung sih?" Sandra yang memang sudah mengenal Nada sejak SMP itu sangat tahu jika ada apa-apa. "Iya, sekalian nanti malam gue ceritain," ujar Nada dengan lesu. "Oh iya San! Ada kan Bang Alphiandi yang selalu lo tunggu-tunggu video reactionnya itu?" "Iya kenapa?" "Dia pindah rumah deket rumah gue." "Demi apa?! Jadi lo tetanggaan?!" Mata Sandra hampir keluar saking lebarnya dia melotot. "Iya." Nada mengangguk. "Seru banget ngobrolin apa nih?" Sandra membuka mulutnya lebar-lebar. Menyadari sosok yang duduk di dekatnya. "H-Hyunjin?!" "Lo Sandra?" tanya cowok itu yang ternyata memang Hyunjin. "Iya ... salam kenal. Hehe," ujar Sandra malu-malu. "Kok lo tau gue?" "Lo sering nonton live i********: gue kan?" Sandra mengangguk dengan semangat. "Iya sering." Hyunjin tersenyum. Astaga, siapapun pasti akan terpaku melihat senyumnya yang manis luar biasa. Nada menggelengkan kepalanya melihat Sandra dengan gelagat malu-malunya. Sedangkan Sandra, sudah bisa ditebak, dia mematung di tempat. "Aduh ... capek banget gue! Ada minum nggak?" Jaehyun tiba-tiba datang dan langsung duduk di hadapan Nada. Seperti sudah hapal, Nada terlebih dulu mengeluarkan botol minumnya yang selalu dia bawa begitu melihat Jaehyun mendekat, lalu memberikannya kepada cowok itu. Jaehyun menegak air putih dari Nada dan menatap Sandra yang masih mematung. "Kenape nih bocah satu?" tanyanya dengan heran, seheran-herannya. Nada menggelengkan kepala. Dan hanya menjawab dua kata. "Kumat, gilanya." Jaehyun terkekeh. Dia juga sudah hapal dengan kelakuan Sandra yang kadang membuat mereka heran setengah mati, apalagi ketika sedang membahas artis Korea, astaga ... pecah, halu, bucin, gila menjadi satu. "Eh, ada Hyunjin ya. Ngapain lo di sini? Biasanya duduk di bawah pohon beringin sambil ngerokok dan gitaran." Rupanya Jaehyun baru menyadari kehadiran temannya itu. Hyunjin hanya membalas dengan senyuman tipis. "Kalian udah temenan nih?" Jaehyun menatap Nada dan Hyunjin bergantian. "Iya! Temen! Kita temen!" Bukannya Nada atau Hyunjin, tetapi malah Sandra yang menjawab. "Sudah sadar lo?" ejek Jaehyun pada Sandra yang wajahnya terlihat memerah. "Asyik nih ... kayaknya ini kombinasi yang bagus. Gimana kalau kita bikin geng?!" Seru Jaehyun dengan semangat. Nada berdiri. "Nggak." Cewek itu langsung cabut dari sana. "Gue setuju!" Siapa lagi kalau bukan Sandra yang berteriak. Jaehyun kini menatap Hyunjin. Menunggu persetujuan. Dan ... Hyunjin menjawab singkat. "Bolehlah." Langsung saja, Jaehyun menampakkan ekspresi senangnya dan berteriak, "Na! Semua setuju, berarti lo juga setuju! Sepakat! Go! Lo nggak bisa nolak pokoknya!" Nada yang sudah agak jauh dari sana sedang ngedumel sendiri. "Astaga, kekanak-kanakan banget sih. Masih musim ya main geng-gengan pas udah jadi mahasiswa gini?!" Nada hanya mengomel sepanjang jalannya dan tidak menyadari ada seseorang yang sedari tadi mengikutinya di belakang. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN