Tujuan selanjutnya adalah rumah Riyan, seperti yang dikatakan bunda kemarin, setelah selesai fitting baju pernikahan mereka akan makan malam bersama.
" Larisa kamu bareng Riyan aja ya nak, bunda dijemput supir" ucap bunda.
" kenapa gak bareng aja sekalian Bun?" tanya Riyan
" bunda gak mau ganggu calon pengantin yang lagi pendekatan" sahut bunda terkekeh.
" bunda apaan sih" ucap Riyan datar.
terlihat supir bunda sudah memasuki parkiran butik.
" nah tu supir bunda udah sampe, bunda duluan ya, Riyan jagain mantu bunda loh"
" iya bunda" sahut Riyan.
" bunda duluan ya Risa, kalo Riyan macem macem langsung bilang bunda, biar bunda hukum Riyan"
" iya bunda" sahut Risa tersenyum.
" assalamualaikum"
" waalaikumsalam" jawab Riyan dan Risa.
***
kini diparkiran hanya tinggal Riyan dan Larisa, Riyan bingung harus mengatakan apa untuk mengajak Larisa pulang.
" emm kita pulang sekarang" ucap Riyan
" iya" sahut Risa masih menunduk.
Riyan membukakan pintu mobil untuk Larisa.
" makasih" ucap Risa sambil tersenyum manis, Riyan pun membalas dengan tersenyum lembut.
Riyan menyadari ada sedikit perubahan pada dirinya. sejak kehadiran Larisa dalam hidupnya. Riyan tidak pernah bersikap dingin pada Larisa seperti yang biasa dia lakukan pada banyak perempuan yang mendekatinya.
" jangan lupa pakai seatbelt" Riyan mengingatkan.
" eh iya lupa" sahut Risa, Riyan terkekeh.
selama perjalanan Risa hanya diam memandang ke arah jendela sambil melamun, Riyan jadi berpikir apa sebenarnya yang Larisa pikirkan. dan akhirnya Riyan memberanikan diri untuk memulai percakapan.
" Risa!" panggil Riyan lembut, tapi Larisa tidak mendengar karena asik melamun.
" Larisa!" panggil Riyan lagi
" eh iya kenapa mas?" sahut Risa gugup karena terlalu hanyut dalam lamunannya sendiri.
" jangan ngelamun Risa," ucap Riyan
" eh iya maaf"
" Larisa apakah kamu benar benar serius ingin menikah dengan saya?" tanya Riyan tiba tiba.
" insyaallah mas, maaf kalau aku bukan perempuan yang sempurna" sahut Larisa merendah.
" saya menerima apa adanya Risa"
" makasih mas" ucap Risa tersenyum.
" kita lanjut ngobrol proses pendekatan kita nanti dirumah ya, sekarang saya fokus nyetir dulu" ucap Riyan terkekeh.
wajah Larisa terlihat merah merona membuat semakin menggemaskan bagi Riyan.
" gak usah malu Risa, saya calon suami kamu" ucap Riyan lembut
" iya mas" sahut Risa tersenyum manis.
kini mereka sudah sampai didepan pintu gerbang rumah Riyan, satpam membukakan gerbang mobil Riyan masuk melewati pos satpam.
" ayo masuk" ajak Riyan. Larisa mengangguk.
tok tok tok!
" assalamualaikum" salam Riyan.
" waalaikumsalam" jawab tari yang membukakan pintu.
" haii Kaka ipar" sapa tari pada Risa
" hai tari!" jawab Risa tersenyum manis.
" ya udah langsung masuk aja, udah pada nunggu tuh bang" ucap tari
" iya sabar bawel!" sahut Riyan.
" ya udah kak Risa kita duluan aja yuk kedalem, nunggu bang Riyan mah lama, ngaret banget emang tuh kulkas" tari menarik pergelangan tangan Risa. Riyan mengikuti dari belakang.
" assalamualaikum" salam Risa dan Riyan pada ayah bunda.
" waalaikumsalam, sini nak" ayah mempersilahkan Risa dan Riyan duduk.
" gimana hari ini?!" tanya ayah.
" Alhamdulillah lancar yah" jawab Risa dan Riyan serempak.
" emang ga calon pengantin romantis banget, selalu kompak lagi" tari meledek Riyan. Riyan menatap tari tajam
" iya nih, kalian berdua kok romantis banget sih!" ucap bunda terkekeh.
" udah udah, ayo kita langsung makan, jangan ledekin Larisa terus, kasian jadi mau Larisa nya" ucap ayah.
suasana makan malam bersama itu tampak hening, tidak ada percakapan, hanya suara dentingan sendok dan piring yg terdengar.
setelah selesai makan Risa dan keluarga Riyan duduk santai ditaman belakang rumah.
***
Larisa masih berada dirumah keluarga Riyan, Risa kini sedang duduk sendirian di ayunan taman belakang menikmati udara malam dan memandang hamparan bintang dilangit. ayah bunda dan juga tari sudah lebih dulu masuk kedalam rumah.
" samperin dong bang, jangan beraninya liatin dari jauh, Cemen banget sih Abang, gak keren Lo mah bang" ledek tari yang melihat Riyan sedang memperhatikan Larisa dari jauh.
" apa sih Lo bawel!" ucap Riyan geram.
" bundaaaa!" teriak tari
" berisik woi! gak usah teriak teriak ini rumah bukan hutan" ucap Riyan kesal
Tari menjulurkan lidahnya meledek Riyan.
" ada apa sih tari kenapa teriak teriak" tanya bunda
" tuu Bun! bang Riyan payah, masa liatin kak Risa nya dari jauh gak berani nyamperin" ucap tari terkekeh.
" siapa bilang Abang lagi merhatiin Risa" Riyan menyangkal.
" tu Bun, masih gak mau ngaku, dasar kulkas, es balok"
" udah udah! kenapa kalian yang jadi ribut, bunda pusing dengernya, tari jangan teriak teriak lagi" omel bunda.
" tari sana masuk kamar bunda mau bicara sama Abang kamu!" ucap bunda.
" yah kok gitu sih Bun, tari kan juga mau ikutan" ucap tari cemberut
" gak boleh tari!" larang bunda.
" yeee! emang enak, makanya jangan jail" ucap Riyan.
" bodo weee" tari menjulurkan lidahnya meledek Riyan. lalu meninggalkan Riyan dan bunda.
" udah sana kamu samperin, kalian kan lagi pendekatan, tapi inget gak boleh macem macem kalian kan belum hahal" bunda mengingatkan.
" gak ah Bun, Riyan disini aja.
emm, gimana ya Bun, Riyan masih canggung aja sama Larisa" ucap Riyan jujur.
" ternyata anak bunda bisa malu juga, kan biasanya kamu dingin kaya es balok" bunda terkekeh.
" bunda Riyan serius jugaa"
" bunda tau kamu canggung, tapi gak ada salahnya kamu coba pendekatan sebelum menikah" ucap bunda
" jadi Riyan harus deketin Risa nih Bun?" tanya bara ragu.
" iya dong nak, kamu kan pilot, nerbangin pesawat aja berani masa pendekatan sama calon istri sendiri gak berani" ucap bunda terkekeh.
" tapi itu kan beda Bun" Riyan beralasan.
" udah sana deketin, kasian Larisa sendirian" bunda mendorong tubuh Riyan pelan.
" eemm, Risa!" panggil Riyan lembut.
" eh iya mas kenapa?" sahut Risa.
" boleh mas duduk disitu, kamu tenang aja mas gak akan macem macem kok, kita tetep jaga jarak" ucap Riyan, Risa mengangguk mempersilahkan Riyan duduk di ayunan bersamanya.
" jadi ada apa mas?"
" eemm, gimana ya ngomongnya saya bingung" ucap Riyan gugup.
" sebenernya kenapa mas?" tanya Risa penasaran.
" kalo kita mulai proses pendekatan kita sekarang, sebelum kita nikah boleh gak"
" boleh mas, silahkan aja apa yang mau mas tanyakan sama aku?" sahut Risa tersenyum
" ya udah kalo gitu mas akan banyak bertanya sama kamu"
" iya mas gak apa apa silahkan"
" jadi kamu masih kuliah?, di fakultas apa?" tanya Riyan.
" aku kuliah di fakultas kedokteran mas sedang menuju skripsi" sahut Risa.
" maaf mas aku potong dulu, aku mau tanya serius"
" iya kenapa?"
" apa pekerjaan kamu mas" tanya Risa dengan serius, Riyan mendengarnya jadi terkekeh.
" yang pasti pekerjaan saya halal Risa" jawab Riyan.
" iya Risa tau, tapi apa? Risa serius mas" Larisa masih penasaran.
" nanti kamu akan tau apa pekerjaan mas, saat resepsi pernikahan" jawab Riyan berteka teki.
" kenapa gak sekarang aja mas kasih tau, kenapa harus nunggu resepsi?" tanya Larisa.
" biar kamu penasaran" sahut Riyan tersenyum
" hhhmmm, ya udah lah" Larisa cemberut .
" saya serius Risa, nanti saat resepsi kamu akan tau" ucap Riyan serius, Risa mengangguk.
" mas Riyan boleh Risa minta sesuatu?!"
" insyaallah kalau saya bisa saya kabulkan, memang kamu mau minta apa"
" bisa gak mas kalo kita gak usah terlalu formal, masbisa kan ganti gaya ngomongnya jadi aku kamu bukan saya, jadi keberatan gak mas?"
" sebenarnya saya belum terbiasa tapi akan saya usahakan" sahut Riyan
" tuh kan masih formal" ledek Risa
" maksudnya aku, iya..aku" ucap Riyan terkekeh.
" mas pernah pacaran?" tanya Risa
" pernah" jawab Riyan
" kalau kamu pernah?" Riyan balik bertanya
" Risa belum pernah pacaran, tapi dulu Risa pernah Deket sama seseorang, cuma sebentar" sahut Risa.
" Risa!, mas ada pertanyaan serius" ucap Riyan
" iya mas ada apa?" tanya Risa
" dimana papa kamu?, kenapa mas tidak pernah melihatnya, bahkan saat lamaran papa kamu tidak ada, bukankah kita perlu restu dari papa kamu?" tanya Riyan dengan raut wajah serius.
Larisa hanya diam, wajah Larisa yang tadinya terlihat senang tiba tiba berubah murung. Larisa menunduk sedih. Riyan jadi terkejut sekaligus bingung.
" kenapa Risa? apa pertanyaan mas salah?"
" emm maaf mas, apa tidak ada pertanyaan lain?" ucap Larisa.
" jawab mas dulu Risa, ada apa sebenarnya, mas ini calon suami kamu" ucap Riyan.
mata Larisa jadi berkaca kaca, sekuat tenaga menahan air mata agar tidak jatuh. Riyan jadi semakin bingung dan penasaran.
" ya udah, mas tidak gak akan paksa kamu untuk menjawabnya, maaf kalo pertanyaan mas salah" ucap Riyan akhirnya.
" mas, Risa mau pulang" ucap Risa tiba tiba. Riyan semakin terkejut karena sekarang Risa menangis.
" kenapa?" tanya Riyan, Risa hanya menggelengkan kepala.
" mas besok sibuk?"
" gak" sahut Riyan
" maaf mas Risa belum siap untuk menceritakan semuanya sama mas, tapi kalo mas masih ingin tau besok ke Bandung villa Ayunda, disana mas akan tau semuanya , Risa akan menjawab pertanyaan mas disana, gimana?!"
" kenapa harus kebandung?" tanya Riyan bingung
" karena papa ada disana mas" sahut Risa sambil terisak.
" baiklah besok kita kesana, sekarang mas anter kamu pulang" ucap Riyan. Larisa mengangguk
" sebelum pulang mas minta kamu hapus dulu air mata kamu"
" iya mas"
" tunggu dulu, mas mau ambil kunci mobil dulu, kamu tunggu diruang keluarga ya" ucap Riyan
" iya mas" sahut Risa.
diruang keluarga masih ada ayah bunda juga tari, Larisa menghampiri mereka ikut duduk bersama dan berpamitan pada mereka.
" ayah bunda Risa pamit dulu ya, tari Kaka pulang ya" pamit Larisa mencium punggung tangan ayah bunda dan tari mencium punggung tangan Risa.
" kok pulang sih nak" tanya bunda
" iya Bun, udah malem takut mama nunggu" sahut Larisa.
" ya udah hati hati ya nak" bunda memeluk Risa
" udah siap?, yuk" ajak Riyan.
" assalamualaikum ayah bunda" pamit Risa
" waalaikumsalam nak" jawab ayah bunda juga tari serempak.
" yah, Bun, Riyan anter Risa dulu ya" pamit Riyan.
" iya nak jangan ngebut loh bang, jagain mantu bunda" pesan bunda
" iya bunda, assalamualaikum"
" waalaikumsalam"