bab 15

1578 Kata
Riyan menikmati perjalanan malam ini, sedangkan tari, seperti biasa, tidur pulas dibahu Riyan. Riyan menoleh menatap Larisa yang belum tidur, dadanya berdegup setiap kali melihat wajah Larisa. jam 10 malam pesawat akhirnya landing. " cafe dulu yuk" ajak tari pada semua anggota keluarga. " yuk, sekalian Riyan nunggu temen Riyan nanti" " siapa emangnya?" tanya bunda " Randi sama Devina Bun" ucap Riyan " ya udah kita tunggu di cafe sana aja" tunjuk tari. mereka melangkah menuju coffe shop, istirahat sambil menikmati kopi. tak terlalu lama menunggu kedua teman Riyan datang menghampiri. " om Tante" sapa Devina. " ya ampun Devina kamu cantik banget" jawab bunda sambil memeluk Devina. " udah besar tapi belum ada calon" ayah menimpali. " belum rezeki om, belum ketemu jodohnya" ucap Devina terkekeh. " Randi, kamu sibuk banget sekarang ya, jarang main kerumah" ucap bunda ketus pada Randi " hehe iya Tan!" sahut Randi bunda merangkul Larisa, memperkenalkannya pada Devina dan Randi. " o iya, kenalin ini Larisa calon istrinya Riyan" " Devina" " Larisa" jawab Larisa menjabat tangan Devina sambil tersenyum manis. " gila! cantik banget kalo senyum!" ucap Randi spontan. dan langsung mendapat pelototan dari Riyan, membuat semua terkekeh. " hai, gue Randi" Randi mengulurkan tangannya. " Larisa" ucap Risa sopan. " kalo yang itu ibu Puspita, mamanya Larisa" ucap bunda sambil menunjuk ke arah mama. Rendi dan Devina langsung mencium punggung tangan mama. mereka berkumpul menikmati kopi, kali ini kehadiran Randi yang humoris selalu membuat semua orang tertawa. " pulang yuk cape" ajak tari. " bentar, bunda telpon supir dulu" " 3 mobil Bun" ucap Riyan dan bunda mengangguk " baru juga jam 10, masa pulang" ucap Devina terkekeh " cape woi" teriak Randi. " kangen juga ya udah lama gak ngumpul gini" sahut Riyan. " sibuk tugas semua sih" ayah menimpali, Devina dan Randi tertawa. sambil menunggu supir menjemput, Riyan memperhatikan Larisa yang sedang sibuk dengan ponselnya, tanpa sadar Riyan senyum senyum. " bunda, Abang gila kayanya, liat aja tuh, senyum senyum sendiri" ucap tari. membuat semua orang terkejut dan menoleh ke arah Riyan. " kenapa emangnya tar?" tanya Devina. " gila! masa senyum senyum sendiri" sahut tari terkekeh. Riyan menatap sinis kearah tari. " kesambet setan bandara kali!' celetuk ayah. membuat semua orang tertawa. " padahal Riyan kan kaku banget kaya kanebo kering" ucap Randi asal. " yuk pulang, sopir udah didepan" ucap bunda tiba tiba. mereka mulai melangkah meninggalkan cafe dengan wajah ceria, bukan lelah, membuat suasana menjadi hangat. " Yan, calon istri Lo sumpah senyumnya gak nahan njir" ucap Randi pelan tapi masih bisa terdengar Larisa. membuat Larisa menahan malu. " urusan cewe mah getol banget Lo" sahut Devina yang juga mendengar ucapan Randi. " lah serius woi, siapa coba yang gak tertarik sama Larisa" " godain terus ran, mantu Tante" sindir bunda, Randi tertawa lepas. setelah sampai, Riyan menghampiri supir pribadinya, pak Joko. " kuncinya mana pak?" tanya Riyan. " ini den" pak Joko memberikan kunci mobil pada Riyan " Yan, gue aja lah yan, yang nganterin Larisa" ledek Randi " ribut dulu kita" sahut Riyan terkekeh " hajar bang" ucap tari sambil tepuk tangan. " gue duluan bro" pamit Randi " oke, kalian jangan lupa Dateng ke nikahan gue" tegas Riyan. " oke capt, pasti dong" sahut Devina. Randi dan Devina sudah pergi menjauh. " bunda, Riyan nganterin mama sama Risa dulu ya" ucap Riyan. " oke, jangan ngebut loh Yan" pesan bunda sambil mengacungkan jempol. " yuk Ris" ajak Riyan. Riyan Larisa dan mama melangkah menuju mobil Riyan. tak lupa Riyan membukakan pintu untuk Larisa da mama. " Risa, mas bukan supir loh" sindir Riyan saat Larisa hendak duduk dikursi belakang. " emang kenapa mas" tanya Risa polos. " pindah duduk didepan" jawab Riyan terkekeh. Riyan melajukan mobil dengan kecepatan sedang, menikmati ramainya kota Jakarta yang tak pernah sepi, tak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Larisa. " inget nak, Risa mau dipingit, jadi 3 hari kedepan kalian gak boleh ketemuan" pesan mama sebelum turun dari mobil. " emang harus ya ma?" tanya Riyan polos. " iya nak, biar nanti kamu pangling" sahut mama terkekeh. " ya udah mama turun duluan, kalian gak boleh lama lama berduaan, inget belum halal" ucap mama tegas. " iya ma" ucap Riyan dan Risa berbarengan. " makasih Riyan udah anterin mama pulang, mama turun dulu ya". Riyan hanya menjawab dengan senyuman. " ya udah mas, Risa turun sekarang ya" pamit Risa tersenyum. " iya Risa" jawab Riyan lembut. " have a nice night mas" ucap Risa tersenyum manis. " have a nice night too Risa" " makasih mas" " sama sama calon istri" ucap Riyan terkekeh. DEG seketika larisa merasa pipinya panas, kenapa Riyan selalu membuat Risa malu. " assalamualaikum" salam Risa gugup. Riyan tersenyum melihat sikap Risa " waalaikumsalam" Riyan melajukan mobilnya menuju rumah, sampai rumah Riyan langsung memanggil bundanya. Riyan ingin tau tentang Larisa yang akan dipingit. " bundaaaa" teriak Riyan. " kumat tuh anakmu, persis kaya tari ya kan, teriak teriak rumah kaya hutan" ucap bunda sewot. ayah hanya terkekeh. " kamu tu kenapa ya!, ini tu rumah bukan hutan, udah malem juga ngapain sih pake teriak teriak" omel bunda begitu Riyan sampai diruang keluarga. " hehe" Riyan cuma nyengir menampilkan deretan gigi nya. " Bun, emang bener ya Risa harus dipingit trus kita gak boleh ketemu sampe nanti pas nikahan?" tanya Riyan. " ya iya lah, biar nanti pas nikah kamu pangling Larisa tambah cantik" sahut bunda. udah ngerti kan?!, udah sana tidur!" usir bunda. " iya Bun Riyan paham, kalian mau mesra mesraan kan?!" tuding Riyan terkekeh. " kenapa kamu iri?!, sabar!" celetuk ayah " gak!" sahut Riyan sambil melengos pergi. " 3 hari lagi Yan!" teriak ayah tertawa. Riyan mengabaikan ayah bundanya, terus melangkah menuju kamarnya. setelah membersihkan diri, Riyan merebahkan tubuhnya diranjang, Riyan sempat melirik bingkai foto kenangan masa lalu, terlihat jelas wajah Ayana Riyan Randi dan Devina sedang tersenyum bahagia tanpa beban, Riyan tersenyum mengingat kenangan manis masa lalu nya. ' gak nyangka tiga hari lagi gue udah berubah status jadi suami' batin Riyan. tak lama Riyan sudah masuk ke alam mimpi. *** pukul 3.45 Riyan terbangun, suara ponselnya tak henti berdering. Riyan beranjak mengambil ponselnya di atas nakas. " halo!" sapa Riyan. " halo capt, mohon maaf mengganggu waktu istirahatnya" ucap seseorang. " ada apa?" tanya Riyan singkat. " hari ini capt Riyan ada jadwal flight dari pusat, penerbangan menuju London jam 7 pagi ini" jelas seseorang diseberang sana. Riyan kaget mendengarnya. " kenapa mendadak sekali?" " maaf capt, kebetulan flight kali ini capt Riyan menggantikan capt Dimas yang sedang cuti" " baiklah terima kasih informasinya" " siap capt" . lalu sambungan telepon dimatikan. Riyan yang merasa masih sangat lelah segera bangkit dari ranjang mengabaikan rasa lelahnya, karena mau bagaimanapun ini pekerjaannya. setelah membersihkan diri dan sholat subuh, Riyan sudah siap dengan seragam lengkap kebanggaan nya, setelah memastikan perlengkapan, Riyan turun sambil membawa koper. " LOH KOK KAMU PAKE SERAGAM?!' teriak bunda saat melihat Riyan menuruni anak tangga. " darurat Bun, hari ini Riyan harus flight" sahut Riyan. " kenapa mendadak banget siiihhh?" tanya bunda gemas sambil mengelus dadanya. " Riyan flight jam tujuh Bun, jadi harus siap siap" " flight kemana sih emang?" tanya bunda lagi " ke London" sahut Riyan " APA?!' bunda kaget. " biasa aja kali Bun, kan udah biasa juga Riyan flight keluar negri" sahut Riyan santai. " iya bunda tau, tapi kan tiga hari lagi kamu nikah Yan" ucap bunda frustasi. " ya abis mau gimana lagi Bun, namanya juga pekerjaan" " kira kira berapa hari?" " perkiraan dua hari Bun, itu juga kalo gak ada delay" " kamu bikin bunda khawatir aja yan, bentar bunda panggil ayah". ucap bunda melangkah menuju kamarnya. " kamu flight hari ini Yan?" tanya ayah begitu menghampiri Riyan. " iya yah, ini urgent banget, tadi pagi Riyan ditelepon sama pusat" jelas Riyan. " gimana nanti pas wedding kamu belum sampe Indonesia Yan?" tanya ayah " insyaallah udah yah" sahut Riyan " kok bisa sih mendadak banget, padahal acara udah didepan mata" ucap bunda mulai berkaca kaca " kalo dulu jadwal dadakan gak apa apa, tapi sekarang kamu mau nikah Yan, tinggal ngitung hari lagi malah ada flight" ucap bunda yang sudah meneteskan air mata. " bunda kok nangis sih" " bunda takut pas wedding kamu belum sampe Jakarta Yan" bunda memeluk Riyan. " insyaallah udah Bun, Riyan usahakan sampe Indonesia sebelum wedding, bunda doain Riyan ya" ucap Riyan sambil dipelukan bunda. " bunda selalu doain kamu nak, tapi kali ini bunda takut banget" ucap bunda mengeratkan pelukannya. " gak bisa izin dulu yan?" tanya ayah. " gak bisa yah, ini juga Riyan karena gantiin capt Dimas yang lagi cuti" jelas Riyan. " bunda jangan nangis dong, Riyan jadi sedih nii" ucap Riyan sambil menghapus air mata bunda. " awas ya pas hari H kamu belum sampe" ancam bunda. " iya bunda" jawab Riyan tersenyum " ya udah Riyan berangkat dulu ya, takut telat" pamit Riyan mencium punggung tangan ayah bunda. " jangan lupa berdoa nak" pesan bunda. " siaapp bunda" sahut Riyan memberi hormat pada bunda. " jangan lupa harus tepat waktu sampe Indonesia" pesan ayah lagi. " insyaallah yah, Riyan berangkat ya, assalamualaikum" " waalaikumsalam" jawab ayah bunda. Riyan melangkah keluar rumah, kali ini Riyan diantar supir pribadinya, pak Joko. setelah mobil Riyan berbelok, ayah dan bunda kembali kedalam rumah. " yah, perasaan bunda gak enak" ucap bunda pada ayah. " kita berdoa aja Bun, mudah mudahan Riyan baik baik aja" jawab ayah menenangkan bunda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN