setelah selesai sholat subuh , Riyan segera bersiap dengan seragam dan koper nya. Riyan melaju menuju bandara internasional Sukarno Hatta menggunakan taksi online.
setelah sampai di kokpit Garuda Indonesia Riyan melangkah menuju pesawat yang akan dikendarainya menuju Bali.
" selamat pagi capt!" tegur co-pilot yang akan mendampinginya.
" pagi" sahut Riyan.
setelah semua persiapan dan pengecekan selesai, akhirnya pesawat yang dikemudikan Riyan terbang menuju Bali, setelah menempuh kurang lebih 2 jam pesawat mendarat di bandara Ngurah Rai.
Riyan menggunakan waktu istirahat nya untuk jalan jalan menikmati kota Bali bersama temannya Ahmad Fuadi.
Riyan tertarik dengan gelang mutiara khas Bali.
" buat siapa capt?" tanya Ahmad.
" buat adik sama calon istri
" wah..mau nikah ni capt?"
" insyaallah doain aja" sahut Riyan tersenyum.
siang hari Riyan mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk penerbangan menuju Jakarta kembali. setelah sampai bandara internasional Riyan segera menuju apartement nya, berganti seragam dengan pakaian biasa, Riyan langsung pergi ke Bandung dengan penerbangan tercepat. Riyan sedang duduk santai dikursi penumpang, tiba tiba seorang pramugari mengenalinya.
" capt. Riyan?" sapa pramugari itu.
" eh..kamu, Devina!" sahut Riyan tersenyum
" mau kemana capt?, bukannya baru aja landing udah ada disini sebagai penumpang lagi" ucap Devina terkekeh
" emangnya kalo captain gak boleh jadi penumpang?!" sahut Riyan tersenyum.
" boleh dong capt."
" okey capt, enjoy your flight" ucap Devina seperti pada penumpang lain.
" thanks"
***
Riyan sudah sampai dibandung, langsung menuju rumah sakit dimana Larisa dirawat.
" assalamualaikum" ucap Riyan sambil membuka pintu.
" waalaikumsalam" jawab papa mama dan Risa, Larisa tampak tersenyum melihat calon suaminya datang.
" muka kamu kok pucet banget sih Yan?" tanya bunda sambil memegang pipi dan dahi Riyan.
" kecapean aja kali Bun, baru landing trus langsung kesini" sahut Riyan berbisik
" ya ampun ni anak". Riyan cuma nyengir.
Larisa memperhatikan bunda dan Riyan, penasaran ada apa sebenarnya.
" ada apa Bun?"
" gak kok sayang" sahut bunda sambil tersenyum.
Riyan menghampiri Larisa yang masih terbaring di brankar, Larisa terlihat sudah jauh lebih baik.
" udah mendingan Ris?" tanya Riyan.
" Alhamdulillah mas udah mendingan kok"
" cepet sembuh ya" ucap Riyan tersenyum manis, membuat Larisa malu.
Riyan menghampiri bunda, lalu duduk disamping bunda.
" bunda, ayah sama tari belum kesini?" tanya Riyan.
" aman captain" sahut bunda setengah berbisik.
" Bun, Riyan mau istirahat sebentar ya" lalu Riyan merebahkan kepalanya dipangkuan sang bunda.
" mas Riyan kenapa Bun" tanya Risa melihat Riyan.
" cuma cape aja dia" sahut bunda sambil membelai rambut Riyan
" cape meeting ya Bun?" tanya Risa lagi
bunda sempat terkejut.
" i..iya nak"
setelah setengah jam Riyan istirahat dipangkuan bunda, terdengar suara cempreng tari.
" assalamualaikum" suara nyaring tari membuat bunda kesal.
" waalaikumsalam" jawab papa mama dan Larisa.
" sssttt, jangan berisik abangmu lagi tidur" omel bunda pada tari.
" biarin weee" sahut tari menjulurkan lidahnya.
" tari!" tegur ayah. tari nyengir memperlihatkan gigi nya.
ayah menghampiri Risa,
" gimana kabar kamu nak?"
" Alhamdulillah udah mendingan yah" sahut Risa tersenyum.
lalu ayah menoleh ke arah papa Zain
" gimana kabar kamu Zain, lama tidak ketemu" sapa ayah sambil memeluk papa
" Alhamdulillah baik" sahut papa
" ayah kok gak bareng mas Riyan?" tanya Risa polos, membuat ayah bingung.
" maksudnya gimana Risa?"
" iya yah, bukannya kemaren mas Riyan pulang ke Jakarta karena meeting sama ayah?" tanya Risa lagi.
bunda segera menyela sebelum ayah menjawab.
" ayah nunggu klien dulu nak sebelum kesini" jawab bunda cepat, menoleh menatap ayah sambil mengedipkan mata, kode agar ayah meng iya kan.
" oh gitu" jawab Risa merasa tidak puas dengan jawaban bunda.
" kak Larisa" ucap tari memeluk Risa.
" gimana kabar kamu?"
" Alhamdulillah baik dong kak" sahut tari tersenyum senang.
ayah menghampiri bunda, dimana Riyan masih tertidur dipangkuan bunda.
" bunda bikin alur gak kasih tau ayah" bisik ayah sambil duduk disebelah bunda.
" bunda pegel deh yah" ucap bunda mengalihkan kecurigaan Larisa.
" bang Riyan bangunin aja Bun" ucap tari
" jangan kasian, Abang kamu kecapean tau!" sahut bunda masih membelai rambut Riyan.
Larisa tersenyum melihat wajah polos Riyan yang sedang tertidur nyenyak.
" Risa!" panggil papa, Larisa menoleh
" iya pa"
" papa ada urusan sebentar dikantor, papa pergi dulu ya" ucap papa minta izin.
" yah, mendadak banget pa" sahut Risa kecewa. papa mantap putrinya tidak tega.
" papa pasti balik lagi kesini nak, papa janji setelah urusan kantor selesai, papa langsung kesini" ucap papa menenangkan Larisa.
Risa mencium punggung tangan papa nya.
" kak, aku boleh duduk disini gak?" tanya tari.
" boleh, sini" ajak Larisa
" kita nonton film ya ka"
" boleh" sahut Risa.
mama memperhatikan Riyan dipangkuan bunda, wajah Riyan terlihat sangat lelah.
" Riyan keliatan cape banget ya" ucap mama polos.
" kurang istirahat dia, biasa" sahut bunda tersenyum.
tari mendengar percakapan mama dan bunda.
" atau Abang abis flight ya Bun?" tanya tari tiba tiba, bunda segera mengedipkan mata pada tari, tapi tari malah menggidikkan bahu.
" flight?!" tanya Risa bingung.
" eh gak kok kak, asal ngomong aja aku" ucap tari terkekeh. Larisa cemberut.
' apa pekerjaan mas Riyan sebenarnya?' batin Larisa.
***
sudah hampir pukul 10 malam, Riyan masih terlihat pulas, sedangkan Risa dan tari masih fokus menonton film melalui ponsel tari.
" eungh" lebih Riyan membuat semua terkejut
" woi bang, bangun Lo" teriak tari sambil melempar bantal.
" tari!" tegur ayah. tari malah tertawa
Riyan yang merasa tidurnya terganggu membuka matanya.
" bunda" panggil Riyan terbangun.
" gimana istirahatnya?" tanya bunda.
" enak kek di kasur" sahut Riyan terkekeh.
" dasar muka bantal" ucap tari.
" eh..tikus nyinying, kapan nyampe nya Lo" tanya Riyan
" 2 jam 10 menit 18 detik yang lalu" sahut ayah membuat Riyan terkejut. ternyata dia sudah tidur 2 jam lebih.
" busyet lengkap amat yah" ucap tari
" ayah kan profesional" sahut ayah menaikkan alisnya.
" kalian mau nginep disini?" tanya Riyan pada bunda dan ayah
" gak, kita udah check in hotel Deket sini" jawab bunda.
" kok masih ada disini, belum berangkat, ini udah malem loh" ucap Riyan.
" kamu aja tidur pules banget dipangku bunda, gimana kita mau ke hotel?" ucap ayah.
" oh iya, hehehe" Riyan tersenyum malu.
" cuci muka dulu nak" ucap mama pada Riyan
Riyan menuju kamar mandi, serelah selesai Riyan kembali duduk di sofa.
" ya udah, Riyan temenin mama sama Larisa ya, jagain mantu bunda" pesan bunda.
" iya Bun"
" bunda sama ayah mau ke hotel sekarang nak" ucap ayah, Riyan mengangguk.
bunda menghampiri Risa.
" bunda ke hotel dulu ya nak, kamu istirahat oke, besok pagi bunda kesini lagi" ucap bunda mengusap pucuk kepala Risa.
" iya bunda, makasih ya" Larisa tersenyum manis dan mencium punggung tangan bunda.
" Puspita, aku tinggal dulu ya" pamit bunda.
" iya nila gak apa apa" sahut mama.
" ini tikus nyinying gak dibawa Bun, yah?" tanya Riyan.
" masih mau disini dia, masih belum selesai nonton katanya, nanti kamu anterin adik kamu ke hotel ya nak" ucap ayah.
" ogah" sahut Riyan singkat.
" Riyan itu adek kamu loh" tegur bunda.
" hhhmmm" sahut Riyan berdehem, Risa yang melihat cuma tersenyum kecil.
" ya udah, ayah sama bunda duluan ya, assalamualaikum" pamit ayah bunda.
" waalaikumsalam" jawab semua yang ada diruangan.
setelah ayah bunda pergi. Riyan duduk dikursi kosong samping brankar.
" mama istirahat aja, biar Riyan yang jaga Risa" ucap Riyan.
" nanti sebentar lagi" sahut mama lembut.
" tapi kesehatan mama juga penting" ucap Riyan lagi, mencontoh ucapan mama waktu itu.
" kamu bisa aja Yan" mama terkekeh.
" sebelah sana ada ranjang kosong ma, mama bisa istirahat disana, Riyan disofa" ucap Riyan. mama melangkah ke ranjang yang disebut Riyan.
" kalian berdua jangan kemaleman tidurnya" pesan mama pada Risa dan tari yang masih asik nanton.
" iya ma" jawab Risa
" bang, Lo beneran gak mau nganterin gue ke hotel?" tanya tari.
" hhhmmm"
" astaughfirullah, gue dapet jatah Abang gini amat ya Allah, sama adek sendiri jahhat" ucap tari sedikit drama.
" diem Curut udah malem, suara Lo ganggu orang" omel Riyan, tari langsung diam menutup mulutnya dengan tangan.
Larisa ikut terkekeh melihat Riyan dan tari.
" kak Risa, nanti kalo udah nikah, yang sabar ya ngadepin manusia es balok kek bang Riyan" ucap tari kesal. Risa terkekeh.
" ah kak Risa gituuu, dikasih tau malah ketawa". tari kesal.
" iya deh, siaaap" jawab Larisa memberi hormat pada tari sambil terkekeh.
tari turun dari brankar dan menghampiri Riyan.
" Abang" panggil tari
" apaan?!" tanya Riyan ketus
" anterin gue ya bang" ucap tari lemah lembut dengan maksud merayu.
" iya bawel" sahut Riyan.
Riyan masih menatap ponselnya, mengabaikan tari yang menyandarkan kepalanya di bahu Riyan, menunggu abangnya merespon dirinya.
" mas" panggil Risa, Riyan langsung menoleh.
" kenapa Risa?"
" tari tidur itu mas" sahut Risa lembut
" astaughfirullah ini Curut nyusahin trooosss" ucap Riyan spontan, Larisa terkekeh.
" bangun de" ucap Riyan menepuk nepuk pipi tari
" apaan sih bang, gue ngantuk" sahut tari ketus.
Riyan kesal lalu menjauhkan diri dari tari, hingga tari jatuh ke sofa.
" aww" tari meringis
" salah siapa dibangunin susah" sahut Riyan cuek
" sumpah gue dapet jatah Abang kaya gini banget ya Allah" ucap tari kesal
" heh, gak sopan ya kamu" sindir Riyan.
" ayo ke hotel" ajak Riyan cepat
tari menghampiri Larisa.
" kak aku ke hotel dulu ya, sampe ketemu besok" pamit tari.
" Risa, mas tinggal sebentar ya" pamit Riyan
" iya mas gak apa apa" Risa tersenyum
" kamu istirahat ya, udah malem" pesan Riyan lembut.
" iya mas" sahut Risa tersenyum manis sambil merebahkan diri di ranjang.