bc

The Whisper

book_age16+
642
IKUTI
3.9K
BACA
independent
drama
comedy
twisted
bxg
office/work place
special ability
horror
spiritual
office lady
like
intro-logo
Uraian

Josephine Natasha atau Jojo, tidak pernah menyangka bahwa selama ini ternyata dirinya memiliki indra ke-enam. Indra yang muncul saat ia begitu tertekan akan keinginan sang Ibu yang terus menyuruhnya untuk segera menikah.

Dan karena bakat yang tidak ia sangka ada di dalam dirinya itulah, ia justru di datangi oleh jiwa sesosok pria yang raganya sedang terbaring koma karena kecelakaan. Sosok bernama Andy Gerald Tjandra, yang mulai mengganggu kehidupan Jojo.

Namun hal apakah yang Andy inginkan dari Jojo? Apa maksud Andy yang datang ke kehidupan Jojo hanya untuk mengganggu kehidupan wanita itu? Dan hal apa yang sebenarnya terjadi terhadap Andy?

***

- Cover by Pinterest

- Font and Edits by PicsArt

chap-preview
Pratinjau gratis
Memang (bukan) Teman
Happy Reading . . . *** Jakarta, Indonesia ~ Di malam hari dan di tengah jalanan yang sepi dari lalu lalang kendaraan lain, sebuah asap mulai keluar dari dalam mesin mobil sesaat setelah kecelakaan itu terjadi. Bagian depan mobil yang menabrak tiang papan iklan yang cukup besar, membuat kondisi mobil tersebut menjadi hancur dan hampir tidak berbentuk lagi. Bukti hancurnya mobil itu, menandakan betapa beratnya kecelakaan yang baru saja terjadi. Dua orang penumpang yang berada di dalamnya pun juga sudah menunjukkan ketidaksadaran dan kepasrahan disaat tubuhnya tidak bisa digerakkan karena terjepit di antara kursi dan bagian mobil lain yang menghimpit. Tidak ada bunyi sirine mobil petugas kepolisian apalagi ambulans yang terdengar mendekati tempat kejadian kecelakaan tersebut. Selain suara rintihan akibat menahan rasa sakit yang semakin lama semakin terdengar melemahkan, yang sejak tadi sudah dirasakan oleh salah seorang korban. Tidak ada hal lainnya lagi selain kedua orang tersebut yang mulai memasuki fase ketidaksadaran, karena rasa sakit yang sudah tidak bisa ditahan lagi. *** 6 bulan kemudian . . . ~ "JOJO! Sekali lagi gua gedor pintu lu, tapi lu juga kagak bangun juga. Jangan salahin gue kalo ini rumah bakal roboh!“ Sumpah serapah dan suara gedoran pintu di pagi hari seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Jojo. Atau yang bernama lengkap Josephine Natasha. Wanita berusia dua puluh lima tahun, namun masih berkelakuan seperti anak remaja yang hendak berangkat ke sekolah tetapi harus dibangunkan dari tidurnya seperti itu terlebih dulu. "Jojo udah bangun, Ibu!" Balas Jojo yang berteriak tidak kalah kencangnya dari sang ibu. Percakapan yang lebih menjurus kepada gaya bicara antara seorang teman atau saudara se-usia itu adalah hal yang sudah sangat biasa. Tetapi kenyataannya adalah mereka bukanlah seorang sahabat, apalagi saudara se-usia. Tetapi mereka adalah seorang ibu dan anak. Memang gaya bicara seperti itu tidak mencerminkan layaknya hubungan sebuah keluarga, tetapi itulah kenyataannya. Sudah semenjak Jojo kecil, ia sudah mengetahui sifat apalagi gaya bicara Marina yang memang seperti itu. Dan Jojo pun sebenarnya sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, tetapi ia sangat mempermasalahkan Marina yang terkadang masih ingin tampil seperti anak muda diusianya yang bahkan sudah menginjak empat puluh lima tahun. Jojo begitu gemas dengan sikap sang ibu yang satu itu. "Telor mata sapinya udah berubah jadi mata dajjal! Cepetan bangun!" "Astaga, Ibu! Jojo lagi pake lipstick jadi cemong gini gara-gara suara Ibu," protes Jojo setelah ia membuka pintu kamarnya dengan kesal, dan memperlihatkan warna lipstick yang memang sedikit keluar dari garis bibirnya. "Eh... udah bangun ternyata," ucap Marina yang sudah menurunkan nada bicara. "Ya udah, cepetan turun terus sarapan. Nanti sampe lu dapet SP karena telat, malah nyalahin gua lagi." Sambungnya sedikit menyindir sang anak. "Iya, Ibu." "Gua tuh ya... udah berusaha jadi Mommy yang terbaik buat lu, Jo. Tapi lu-nya aja yang susah diatur jadi anak," ucap Marina dengan nada bicara yang begitu di dramatisir. "Iya, Ibu." "Makanya, kalo malem disuruh tidur itu, ya tidur. Bukannya malah nonton superhero series. Eh... tapi episode barunya udah nongol lagi belom?“ "Nggak tau ah! Lagian siapa juga yang nonton series? Orang semalem Jojo lagi ngerjain lemburan," balasnya dengan kesal. "Emangnya gaji lu udah dinaikin?" "Boro-boro." "Ya terus ngapain lu malah lembur? Gaji aja nggak nyampe 8 digit pake segala lembur. Rugi, b**o!“ "Astaga Ibu, kasar tau! Lagian kalo Ibu ngajak ngobrol Jojo di sini terus, kapan Jojo selesai makeup-nya?" Protes Jojo yang membuat Marina tertawa kecil. "Make-up mulu, pacar aja lu nggak punya. Ya udah cepetan, gua udah laper nungguin lu dari tadi." Ucap Marina yang langsung melangkahkan kaki menuju lantai bawah. Jojo yang mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang ibu itu hanya bisa menarik lalu menghembuskan nafasnya dengan sabar saja. Sebagai seorang anak, Jojo hanya tidak ingin menjadi durhaka hanya karena tingkah orang tua satu-satunya itu. Ya, Jojo sudah menjadi anak yatim semenjak ia berusia lima tahun. Sang ayah yang memiliki penyakit jantung tidak bisa memperjuangkan hidupnya lagi, hingga pada akhirnya meninggal diusia tiga puluh tahun. Dan semenjak saat itu, Marina pun menjadi orang tua tunggal untuk Jojo hingga usianya yang kini sudah dewasa. Dengan mempertahankan usaha yang ia dirikan bersama sang suami pada saat mereka baru menikah, Marina pun bisa menyekolahkan Jojo hingga bisa meraih gelar sarjana ekonomi. Sebuah toko yang menjadi tempat jual dan beli perhiasan itulah salah satu bentuk usaha Marina untuk berjuang membesarkan anak satu-satunya itu. Walaupun tingkah Marina yang selalu membuat Jojo menelan air liurnya dengan sabar, ia begitu mencintai sang ibu yang sudah begitu hebatnya menjadi orang tua tunggal untuk dirinya. Jojo begitu kagum dengan semangat hidup Marina yang tidak pernah mengenal lelah, dan akan selalu memperjuangkan apapun itu yang menjadi hak milik dan kebahagiaan Jojo. "Bu, Jojo mau bawa bekel aja. Jojo harus berangkat sekarang," ucapnya yang baru turun dari lantai atas dan menghampiri Marina yang sudah berada di meja makan. "Ya udah bilang Mbok Min sana," balas Marina sambil menikmati sarapan paginya. "Emangnya Mbok Min nggak ke pasar?“ "Eh iya. Ya udah gua aja yang nyiapin." Marina pun langsung beranjak dari kursi meja makan untuk mempersiapkan bekal makanan Jojo. "Jojo pesen ojek online aja ya, Bu." "Nggak usah, ntar gua yang anterin." "Nggak mau ah! Nanti Ibu sok kenal sama temen-temen kantor Jojo." "Lu tuh ya! Dianterin sama orang tua sendiri bukannya bilang terima kasih, malahan nyela gua." "Abisnya Ibu suka gitu. Apalagi sama cowok-cowok yang baru mau masuk lobby, terus Jojo juga nggak kenal lagi. Jojo 'kan jadi malu kalo Ibu goda-godain mereka." "Posesif aja lu jadi anak. Lagian nanti gua juga mau sekalian ke Senen." "Mau ngapain?" "Survey kebaya buat kawinan lu nanti." "Gini nih. Kalo sebelum tidur minumnya bukan air putih. Ngaco terus!" "Siapa yang ngaco? Omongan gua yang kemaren-kemaren 'tuh nggak bercanda ya, Jo." "Omongan yang mana sih, Bu?" "Gua pengen ngawinin lu sama anaknya temen gua." "Yuk! Berangkat yuk, Bu." "Tuh... orang tua lagi ngomong jawabannya selalu dibelok-belokin." "Jojo harus dateng pagi, Ibu Marina." "Cantiknya mana?" "Ibu Marina cantik, ayo antarkan anaknya ini sebelum terlambat." "Ke pelaminan? Ayo, gua telepon temen gua dulu ya" "IBU!" Teriak Jojo yang membuat Marina benar-benar terkejut dibuatnya. "Rese lu! Gua kaget beneran tau. Tuh bekel lu, sana panasin mobilnya." Perintah Marina dengan kesal sambil memberikan kotak bekal kepada sang anak. Setelah mengambil kotak bekal tersebut, Jojo pun melangkahkan kaki keluar rumah sambil tertawa kecil karena sudah membuat ibunya itu terkejut akannya. Lalu ia membuka pintu mobil dan langsung menyalakan mesinnya. Sambil menunggu mesin mobil panas, ia melangkah menuju pintu pagar yang langsung berpapasan dengan mbok Min. Pekerja berusia paruh baya yang sudah semenjak Jojo lahir pun dipekerjakan untuk membantu Marina membersihkan dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. "Mau berangkat, Jo? Pagi banget.“ "Iya. Biar bisa beliin Mbok Min motor. Capek 'kan Mbok setiap pagi ke pasar jalan kaki terus?" "Ah, Jojo bisa aja." "Mbok, nanti tolong gantiin seprai Jojo ya. Nanti pulangnya Jojo beliin martabak deh. Yang telornya empat apa yang manisnya kebangetan kayak Jojo?" "Jangan yang manis-manis. Mbok udah tua, nanti kena diabetes lagi." "Ya udah, berarti yang telornya empat aja ya?" "Terserah Jojo aja deh." "Okay, kalo gitu Jojo berangkat dulu ya." "Hati-hati, Jo." Setelah berpamitan dengan mbok Min, Jojo pun melangkah menuju mobil dan bersiap untuk berangkat bekerja. Namun saat membuka pintu di bagian penumpang, Jojo masih belum melihat keberadaan Marina di balik kursi kemudi. Melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, Jojo pun bersiap untuk meneriaki sang ibu yang belum juga keluar dari rumah. Namun saat ia baru menarik nafasnya panjang, Marina pun keluar dari pintu rumah dengan penampilan glamor khas ibu-ibu sosialita yang membuat Jojo lagi-lagi harus mengelus d**a dengan sabar. "Ibu ada arisan?“ "Nggak," balas Marina sambil memakai kaca mata hitam nan modisnya. "Tapi kok rapi banget?" "Udah nggak usah banyak tanya. Cepetan masuk,". " Tutup pintu ya, Mbok." Sambungnya dengan berteriak kepada mbok Min yang memang sudah berdiri di dekat pintu gerbang dan berniat untuk menutupkannya setelah mobil keluar. Sedangkan Jojo yang tidak ingin memberikan pertanyaan menyelidik yang hanya akan semakin membuang waktu, Jojo pun menyusul Marina yang sudah berada di dalam dan mobil pun langsung di jalankannya. "Pagi-pagi lagunya udah mellow aja," keluh Marina sambil mematikan radio yang sedang memutar lagu bergenre ballad. "Pagi-pagi bawaannya udah sensitif aja," balas Jojo tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel di tangannya. "Gua nggak bakal sensitif kalo pagi-pagi gini nggak baca berita informasi yang sebenarnya nggak penting-penting amat." "Berita apaan sih emangnya?" "Di grup chat rumpi gua." "Kenapa lagi?" "Si Hetty, mantunya bunting lagi. Anak ketiga lagi. Lu bayangin aja, Jo. Anak yang kedua aja umurnya belom sampe setahun, lah ini udah isi lagi. Bener-bener deh." "Ya, terus? Masalahnya dimana? Yang mau punya cucu lagi 'kan tante Hetty. Terus kenapa Ibu yang jadi sewot?" "Bukan sewot, tapi iri." "Ibu... iri itu adalah sifat setan. Jangan iri-iri gitu ah, nggak baik." "Lu ngajarin gua? Lagian tuh ya, gua itu kagak bakalan iri, kalo gua bakal dikasih cucu juga." "Ibu apaan sih? Pembahasannya kayak nggak ada yang lain aja." "Lu itu anak gua satu-satunya, Jo. Selain ke anak gua yang cakepnya ini udah ngalahin Angelina Jolie, kemana lagi gua harus berharap?" "Mood Jojo pagi-pagi gini masih bagus ya, Bu. Jangan sampe karena pembicaraan Ibu yang ngelantur ini, Jojo jadi teriak-teriak nggak jelas di dalem mobil." "Lu tuh ya, nggak pernah tahu caranya nyenengin orang tua." "Kalo seneng Ibu itu cuman minta ke Jojo buat bisa diajak jalan-jalan ke California, Jojo pasti bakal berusaha buat turutin, Bu. Tapi kalo permintaan Ibu yang anehnya udah ngalahin mi rebus pake kuah s**u, Jojo jadi males sendiri mikirinnya." "Itu namanya lu nggak sayang sama gua." "Jojo sayang sama Ibu. Jojo sayang dan cinta... banget sama Ibu. Ibu 'kan wonder woman-nya, Jojo." "Nggak usah ngerayu. Gua cuman luluh kalo lu udah bisa ngasih gua cucu." "Urgh! Tau ah!" Seru Jojo dengan sangat kesal karena sikap sang ibu yang pagi itu benar-benar sedang begitu menyebalkan. Dan selama sisa perjalanan menuju kantor Jojo yang berada di daerah Kuningan, keduanya pun hanya saling terdiam dan tidak ada yang ingin membuka pembicaraan lagi. Hingga tidak terasa dengan mereka yang sudah berada di depan gedung kantor Jojo dan Marina pun menghentikan mobilnya. Bersamaan dengan itu, Marina pun membuka kaca mobil di sampinya saat melihat teman kantor Jojo yang juga baru datang. "Good morning, Kelly. Udah sarapan belom?" Sapa Marina dengan suara yang cukup kencang dan mengundang sedikitnya perhatian orang lain yang berada di sana. "Pagi tante kece. Tadi Kelly udah sarapan sama roti." "Bagus! Kalo mau kerja itu tuh bagusnya emang harus sarapan dulu. Biar kerjanya konsentrasi dan nggak salah terus. Ya nggak?" "Ibu ihh... tuh 'kan. Jojo malu tau," timpal Jojo sambil bersiap-siap untuk keluar mobil. "Malu apanya sih?" "Nggak tau ah!" "Ih, nggak jelas. Anak gua kalo pagi emang suka nggak jelas gitu," ujar Marina kepada Kelly yang sedang tertawa dan masih setia berdiri di samping mobil sambil menunggu Jojo. "Jojo turun dulu ya, Bu. Nanti pulangnya Jojo naik ojek online aja," pamitnya sambil mengambil lalu mencium tangan kanan Marina sebelum ia turun dari mobil. "Gua juga nanti mau closing di toko, jadi nggak bisa jemput lu juga." "Wih... bakal ada makan-makan nih nanti malem." "Iya, nanti gua suruh Mbok Min bikin sayur asem sama goreng ikan asin. Oke?" "Ibu nggak asik," balas Jojo sambil membuka pintu mobil dan keluar dari sana. "Tolong liatin anak gua, ya. Kalo kerjanya nggak bener tampol aja," ucap Marina dengan tertawa. "Beres, tante." "Udah ayo," ajak Jojo sambil menarik lengan Kelly untuk berjalan memasuki gedung kantor. "Nyokap lu metal banget ya, Jo. Lu udah kaya temennya aja gitu, bukan kayak anaknya.” Ucap Kelly sambil terkekeh. "Lebih dari metal. Gua itu sama dia udah kayak temen seumur hidup. Makan ati mulu kerjaan gue tiap ngeliat tingkahnya yang kadang-kadang suka... ya gitulah. Segitu anehnya dia sampe gue susah ngejelasin.” Ucapan Jojo itu membuat Kelly tertawa saat mendengar pengakuan seorang anak yang terlihat sudah begitu frustasi menghadapi tingkah ajaib orang tuanya itu. *** To be continued . . .

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook