7 - Bertemu Kembali

1790 Kata
Tasya keluar dari ruangan Kasya sendirian dengan wajah muram. Ia baru saja diusir oleh Kasya. Tasya tidak marah, ia memaklumi jika Kasya saat ini sedang pusing karena pekerjaannya sedang banyak, namun Tasya tetap bersyukur, Kasya tidak membuang cheese cake yang dibawanya untuk pria itu. Tasya memandang plastik di tangannya, tadinya ia membawa beberapa cupcake dan cheese cake untuk dimakan bersama Angga serta Dilon. Berhubung Kasya sedang dalam mood yang buruk, maka rencana tersebut terpaksa dibatalkan. "Lo pilih keluar atau gue ngga akan izinin lo lagi buat datang ke sini?!" Tasya menghela nafas, mengingat bagaimana tadi Kasya mengusirnya. Tasya memilih untuk ke kantin saja, jam istirahat baru saja mulai, ia berpikir mungkin saja Angga dan Dilon sudah datang. "Latasya?" Langkah Tasya berhenti saat ada suara yang memanggilnya dari belakang, langsung saja ia menoleh ke arah suara tersebut. "Eh? Alex?" Alex berjalan mendekat dan berhenti di hadapan Tasya, "Sedang apa di sini?" "Oh, habis mengunjungi kenalan." "Pasien?" Tasya menggeleng sekilas, "Bukan." "Lalu?" "Dokter." "Kamu ada kenalan dokter di sini?" "Iya, selain kamu." "Kalau boleh tau? Mungkin aku juga kenal." "Dokter Arka," Tasya ingat jika seisi rumah sakit mengenal Kasya sebagai dokter Arka. "Ah dokter Arka, aku kenal. Kamu siapanya dia?" "Teman lama," Tasya tersenyum kecil. "Sudah selesai bertemunya?" Tasya mengangkat sekilas bahunya, "Bisa jadi?" "Memangnya ada apa?" Tasya memasang senyum masam, "Kayaknya aku datang bukan di waktu yang pas, mood dia lagi buruk jadi aku diusir deh." Alex terkekeh pelan, "Aku ngga heran, dokter Arka memang terkadang begitu. Maklum saja dia tipe cowok yang dingin, jadi harus bersabar menghadapinya." "Kamu kenal banget kayaknya sama dia?" "Sebelumnya kami berada di kampus yang sama, tidak terlalu kenal, namun cukup banyak berita tentang sifat dia yang tersebar di tengah jurusan. Anehnya walau seperti itu, banyak yang tetap suka padanya." Tasya tertawa kecil, menyadari salah satu orang yang dikatakan Alex adalah dirinya. "Setelah ini kamu mau ke mana?" Tanya Alex. "Mau ke kantin sebentar, biasanya ada sahabatnya dokter Arka berkunjung ke sini, mungkin mereka sudah sampai." "Oh... Iya aku sering melihat mereka ke sini bertemu makan siang dengan dokter Arka. Kalau diizinkan, aku boleh bergabung? Kebetulan mau cari makan siang juga." Tasya tersenyum sumringah, "Tentu dong, sekalian kamu harus coba ini," Tasya mengangkat bungkusan plastik di tangannya. "Apa itu?" "Sedikit cupcake untuk makanan penutup." "Buatanmu?" Tasya mengangguk, "Kebetulan aku buka toko roti dan kue, jadi kalau ke sini sering bawa sedikit untuk dokter Arka dan sahabatnya. Kamu juga harus coba, siapa tau nanti bisa jadi pelanggan tokoku juga." Alex terkekeh dan mengangguk, "Dengan senang hati." Keduanya berjalan bersisian menuju kantin. Setelah memesan makanan, Alex dan Tasya duduk berhadapan di salah satu meja. "Kamu udah lama kenal sama dokter Arka?" Tanya Alex kembali membuka obrolan. "Yah lumayan, kebetulan orang tua kami memang sudah dekat sejak sebelum menikah, jadi dari kecil udah ketemu Arka." Alex mengangguk paham, "Dan sejak dulu dokter Arka begitu? Maksudku bersikap dingin." "Bener," Tasya terkekeh membuat Alex ikut tertawa, "Dari dulu dia gitu, suka ketus kalau ngga suka, tapi gak bikin kesel sih, seperti udah biasa aja gitu liat sikap dia." "Sya?" Tasya dan Alex menjeda obrolan, menoleh ke samping di mana Angga dan Dilon baru saja muncul. "Kasya mana?" Tanya Angga sambil duduk di samping Tasya dan Dilon di samping Alex. "Lagi di ruangannya, ngga bisa diganggu." "Kenapa?" "Biasa, pak dokter lagi pusing banyak kerjaan, ini aja tadi gue diusir." Angga tertawa mendengarnya membuat Tasya sedikit kesal merasa ditertawakan. "Bahagia banget lo ya liat temen susah." "Lo Alex kan?" Angga dan Tasya menatap Dilon yang bertanya pada Alex. Alex mengangguk, "Gue ngga tau kalau lo kenal sama gue." "Gue dan Angga dulu di kampus yang sama dengan lo dan Arka." Alex terdiam sejenak, "Oh... Pantas saja wajah kalian ngga asing. Gue ngga kenal kalian sih, hanya sering lihat aja kalau kalian lagi ketemu Arka disela jam kuliah." Dilon mengangguk sekilas. "Ini si Kasya engga makan siang jadinya?" Tanya Angga. "Tadi gue udah kasih cheese cake kok buat dia sebelum diusir, untungnya sih ngga dibuang." "Mana mungkin dia buang tuh kue. Jadi gue dan Dilon ngga dapet nih?" "Tenang," Tasya meletakkan bungkusan yang dipangkunya sejak tadi ke atas meja, "Gue juga bawa cupcake nih, Alex juga harus cicip sambil nunggu pesanan makan siang kita." "Gue pesen makanan dulu," Dilon berdiri di tempatnya lalu beranjak ke penjual makanan setelah Tasya menjawab dengan anggukan. "Oh iya Sya, gue mau pesen kue di toko lo, bisa custom kan?" Tanya Angga. "Bisa kok, mau buat acara?" "Iya, acara ulang tahun keponakan, Mamanya minta gue yang cariin kuenya, kebetulan ada lo yang ahlinya." "Boleh-boleh, nanti dari sini mampir ke toko gue dulu aja, pesannya di sana." "Oke sip." Angga mengambil salah satu cupcake bersamaan dengan kembalinya Dilon dari memesan makanan. Tasya menatap Alex yang masih mengunyah cupcake bawaannya. "Gimana? Enak?" Alex tersenyum, "Enak banget, kamu jago ya buat kue?" "Iya, kalau ngga percuma dia sekolah sampai jauh-jauh ke luar negeri," Sahut Angga mewakili Tasya. "Gue yang ditanya," Tasya menoyor sekilas lengan Angga, "Kok lo yang jawab?!" "Mewakili doang," Jawab Angga dengan santai lalu kembali mencomot cupcake yang lain. "Aku boleh tau alamat toko kue kamu? Siapa tau nanti bisa mampir atau mau pesan kue juga." "Oh boleh!" Tasya membuka tasnya, mengeluarkan selembar kartu nama, "Ini udah ada alamat sama nomorku kalau misalkan mau pesan." Alex menerima kartu nama tersebut dan membacanya, "Latasya Ardhana," Alex tersenyum kecil, "Oke, aku pasti kabari kalau butuh pesan atau mampir ke sana." Tasya mengangguk dengan senyum sumringah. "Kaku amat sih," Sindir Angga, "Pake aku kamu segala, biasanya juga pake gue lo kalau lo ngomong Sya." Tasya berdesis sebal, "Gara-gara pertama ketemu gue diajak ngobrol pake aku kamu makanya kebiasaan. Gue juga ngga tau kalau ternyata seumuran." "Giliran sama Kasya ngga ada aku kamu-an." "Protes aja lo nih," Tasya menatap sebal Angga. Alex terkekeh pelan, "Ya udah kalo ngobrol pake gue lo aja Sya biar lebih akrab." Tasya mengangguk. Angga berdeham sekilas, "Oh biar akrab." Sindirnya membuat Tasya akan menoyor kembali lengan Angga namun tertunda karena pesanan makanan mereka baru saja datang. Usai makan siang, Alex lebih dulu pamit untuk kembali bekerja. "Hati-hati Sya," Bisik Angga setelah Alex menghilang dari kantin. "Hati-hati kenapa?" "Yah siapa tau nanti tuh dokter kecantol sama lo." "Engga mungkin, jangan ngaco deh!" "Dih kagak percaya, kalau gue bener, lo traktir gue kue di toko lo selama seminggu ya," Angga menyodorkan tangan kanannya untuk berjabatan dengan Tasya namun segera ditepis oleh Tasya. "Enak aja! Masih kurang lo tiap ke sini gue bawain cupcake?!" "Kurang dong, di toko lo kan ada macam-macam kue, bukan cupcake doang." "Ya udah lo beli aja, ogah amat jadi taruhan." "Ah ngga asik. Ya udah, lo udah mau balik belum? Biar gue bisa mampir dulu ke toko lo." "Oke, ayo berangkat." Tasya, Angga dan Dilon beranjak meninggalkan kantin menuju ruang parkir rumah sakit di mana mobil mereka terparkir. ... Malam ini Tasya menutup tokonya lebih cepat karena pelanggan memang cukup ramai hari ini. Semua pegawainya sudah pulang dan Reyna baru saja berpamitan dijemput suaminya. Suara lonceng diatas pintu berbunyi membuat Tasya menoleh saat dirinya tengah memastikan bahwa toko sudah siap untuk ditutup. "Lho, udah mau tutup kak?" Tasya tersenyum, "Eh Helen, ada apa? Iya nih karena udah pada habis makanya tutup lebih cepat." "Rencana mau main sih kak, sekalian kalau ada yang masih bisa dibeli. Tapi karena udah habis, besok aja deh kalau gitu." "Kamu ke sini naik apa?" "Taksi kak, biasanya pake motor, tapi kemarin mendadak bermasalah jadi hari ini lagi di servis dulu." "Kalau gitu kakak antar pulang aja ya?" "Eh ngga perlu repot kak." "Engga kok, ini sekalian buat kamu deh," Tasya menyodorkan sebuah kotak kue pada Helen. "Lho, ini apa kak?" "Itu brownies, tadinya mau kakak bawa pulang karena tinggal sisa itu, tapi kebetulan kamu mampir, jadi buat kamu aja kuenya." "Eh, beneran kak?" Tasya kembali tersenyum, "Iya, gratis kok tenang aja, soalnya itu udah diluar pendataan hari ini. Kan kasir udah tutup." "Makasih ya kak!" Helen ikut tersenyum sumringah. "Kamu kakak antar aja ya, kakak malah ngga tega biarin kamu pulang sendiri. Tapi tunggu bentar, kakak mau tutup toko dulu." Helen mengangguk, "Siap kak!" Hanya perlu waktu sebentar untuk Tasya menutup tokonya. Setelah dirasa aman, Tasya mengajak Helen masuk ke mobilnya. "Jadi sekarang kamu lagi bantu-bantu kelola perusahaan nih?" Tanya Tasya diperjalanan pulang. "Iya kak, masih magang sih soalnya kan perlu banyak belajar." "Bagus dong, kakak juga lagi belajar nih buat bisnis." "Oh ya? Belajar sama siapa kak?" "Sama suaminya sepupu, karena nanti kan orang tua kakak memindahkan perusahaannya ke sini, kakak harus bantu-bantu juga dan diminta meneruskan nantinya." "Capek banget dong kak? Kakak harus bantu kelola perusahaan dan kakak juga punya toko." "Engga terlalu sih, soalnya kakak punya rekan kerja di toko, sepupu itu. Jadi sesekali bisa ditinggal kalau harus sibuk yang lain. Dia udah lumayan paham kok bantuin di toko." Helen mengangguk mengerti, "Kayaknya Helen harus belajar banyak dari kakak juga nih." Tasya terkekeh, "Lho kakak aja masih belajar lho Helen." "Kalau gitu kita sama-sama belajar." "Nah, setuju." Mobil Tasya berhenti di depan gerbang rumah Helen. Tasya menatap sekilas bangunan tempat tinggal keluarga Kasya. Ini pertama kalinya Tasya ke sana, karena saat terakhir bertemu Mamanya Kasya, Helen belum pernah mencoba mencari alamat yang diberikan. "Jadi sekarang tinggal di sini Len?" Helen mengangguk, "Iya kak, kakak mau mampir dulu?" "Lain kali aja ya, soalnya udah lumayan malam, ngga enak mau bertamu. Lain waktu kakak datang kalau jamnya pas ya." Helen kembali mengangguk, "Iya deh kak, tapi janji ya lain kali kakak bakal datang. Kalau engga, Helen yang jemput kakak di toko." Tasya tertawa pelan, "Iya deh." Saat Helen akan turun, sebuah mobil berhenti di dekat mobil Tasya karena Tasya memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang masuk. "Bentar Len, kakak majuin sedikit." Gerbang pagar dibuka oleh seorang wanita yang diduga merupakan asisten rumah tangga keluarga Kasya setelah mobil tersebut membunyikan klakson tepat setelah Tasya memajukan sedikit mobilnya. "Kayaknya itu kak Kasya baru pulang kak. Kakak engga mau bertemu dulu?" Tasya menggeleng sekilas, bukannya tidak mau, ia sangat ingin bertemu Kasya, namun mengingat siang tadi Kasya mengusirnya maka Tasya takut mood Kasya menjadi kembali buruk saat melihatnya. Setidaknya Tasya menahan bertemu untuk hari ini. "Beneran ngga mau ketemu nih?" Helen memang tau kalau Tasya menaruh perasaan pada kakaknya. "Iya, salamin aja buat kak Kasya dan Papa Mama ya, beneran lain kali kakak akan mampir." "Oke deh kak." Helen berpamitan lalu turun dari mobil Tasya. Tasya kembali beranjak setelah Helen memasuki gerbang rumahnya. "Lo pulang sama siapa?" Tanya Kasya yang baru saja turun dari mobilnya. "Kak Tasya," Jawab Helen. "Kok lo bisa sama dia?" "Tadi Helen main ke tokonya kak Tasya, lalu diajak pulang bareng." Kasya tidak lagi merespon, dirinya langsung berjalan masuk ke rumahnya. Helen mengekori dari belakang sambil memeluk kotak kue pemberian Tasya. ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN